Wolff Schoemaker, Guru Belanda Soekarno di Bandung yang Inginkan Indonesia Jadi Islam
Selain mengembangkan pemikiran Soekarno di lingkup konstruksi, Schoemaker juga menjadi sosok yang fenomenal karena ingin membentu Indonesia sebagai negara Islam lewat kepemimpinan presiden pertama RI tersebut.
Selain sebagai pemimpin tertinggi negara, Presiden Soekarno turut dikenal sebagai arsitek yang pernah membuat ide rancangan beberapa bangunan salah satunya monumen nasional (Monas) di Jakarta.
Keterlibatannya di lini pembangunan Indonesia rupanya tak terlepas dari rekam jejak pendidikannya yang sempat mengampu jurusan teknik sipil selama kurang lebih empat tahun, di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB), Bandung, Jawa Barat.
-
Kapan Soeharto mendengar berita kemerdekaan Indonesia? Di Yogyakarta dia mulai mendengar secara samar-samar tentang berita kemerdekaan Indonesia.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Apa arti dari istilah Jawa kuno "Merdeka iku yen Soekarno mbe Hatta baris rapi ning njero dompet. Yen sing baris Pattimura, berarti isih perjuangan."? "Merdeka iku yen Soekarno mbe Hatta baris rapi ning njero dompet. Yen sing baris Pattimura, berarti isih perjuangan."(Merdeka itu kalau Soekarno dan Hatta baris rapi di dalam dompet. Kalau yang baris Pattimura, berarti masih perjuangan)
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
Saat berkuliah di ITB pada 1922-1926, terdapat satu sosok guru asal Belanda yang cukup berpengaruh bagi Soekarno, bernama Charles Prosper Wolff Schoemaker atau karib dikenal Wolff Schoemaker.
Selain mengembangkan pemikiran Soekarno di lingkup konstruksi, Schoemaker juga menjadi sosok yang fenomenal karena ingin membentuk Indonesia sebagai negara Islam lewat kepemimpinan presiden pertama RI tersebut. Melansir berbagai sumber Kamis (25/11), berikut kisahnya.
Dari Zeni Militer Jadi Guru Soekarno di Bandung
Charles Prosper Wolff Schoemaker
©2021 wikipedia/Merdeka.com
Sebagaimana dimuat di laman mooibandoeng, Wolff Schoemaker mengawali karier sebagai perancang teknik berperang militer Hindia Belanda (letnan zeni) pada tahun 1905-1911.
Dua tahun kemudian, ia memilih keluar dan menjatuhkan pilihan untuk berdinas sebagai insinyur teknik pada Dienst Burgerlijk Openbare Werken atau Dinas Pekerjaan Umum di Kota Batavia (sekarang Jakarta).
Londo kelahiran Banyubiru Ambarawa, Jawa Tengah, tahun 1882 itu sempat menjabat sebagai direktur di Gemeentewerken Batavia, hingga beberapa waktu kemudian menjadi pengajar di ITB dan mendidik Presiden Soekarno.
Diketahui, Soekarno sempat menjadi mahasiswa favorit Schoemaker karena kecakapannya dalam membuat desain bangunan.
Pembuka Gerbang Arsitek Soekarno
Charles Prosper Wolff Schoemaker
©2021 wikipedia/Merdeka.com
Sebagai seorang pengajar, Schoemaker menjadi salah satu guru yang cukup disegani lewat beberapa karya arsiteknya yang populer di kota kembang itu seperti, Gedung Merdeka, Bioskop Majestic, Landmark Building, Gedung Jaarbeurs, Penjara Sukamiskin, Gereja Bethel, Katedral St. Petrus, Mesjid Raya Cipaganti hingga Peneropongan Bintang Bosscha.
Sayangnya secara teori ia tak pandai menyampaikan materi, dan kerap dianggap sebagai guru yang gagal di kampus. Namun dari keseluruhan muridnya, hanya Soekarno yang dianggap mampu menuntaskan materi dengan nilai yang apik hingga ia diperhatikan sebagai murid favorit.
"Saja menghargai ketjakapanmu, Dan saja tidak ingin ketjakapan ini tersia-sia. Engkau mempunjai pikiran jang kreatif. Djadi saja minta supaja engkau bekerdja dengan pemerintah," kata professor itu kepada Soekarno, tulis Cindy Adams dalam 'Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat' (1966) halaman 37, melansir kanal Kepustakaan Presiden Perpusnas.
Jadi Mualaf dan Ingin Jadikan Indonesia Negara Islam Lewat Soekarno
Presiden Soekarno
©2021 wikipedia/Merdeka.com
Kekagumannya terhadap Soekarno tak berhenti sampai di situ, setelah Soekarno menolak dengan tegas terlibat di proyek Belanda dalam mendirikan perumahan di Kota Bandung, Schoemaker sempat melayangkan sebuah surat panjang yang berisi keinginannya untuk mengubah negara Indonesia yang saat itu baru merdeka agar memakai sistem kerajaan Islam.
Profesor tersebut memang telah menganut Agama Islam saat menjadi tenaga pendidik di ITB. Bahkan ia juga banyak mengikuti sejumlah organisasi Islam seperti Western Islamic Association di Bandung, hingga menyandang gelar Kamal oleh teman-teman Schoemaker.
Kembali lagi, surat panjang tersebut merupakan gagasan Schoemaker yang memandang bahwa Indonesia yang masih seumur jagung tak cocok menerapkan sistem pemerintahan Barat mengingat kultur Timur jauh melekat di sini. Pandangan Schoemaker ini tertuang di essay yang diterbitkan dengan judul 'Cultuur Islam' (1937).