3 Fakta ABK Korban Kapal Tenggelam di Samudra Hindia, Keluarga Ungkap Kontak Terakhir
Pada Selasa (16/5), sebuah kapal penangkap ikan asal China terbalik di Samudera Hindia. Kapal itu membawa 39 ABK dan delapan di antaranya berasal dari Jateng.
Pada Selasa (16/5), sebuah kapal penangkap ikan asal China terbalik di Samudra Hindia. Posisi kapal itu tenggelam berada pada 5 derajat 47,939 menit lintang selatan dan 77 derajat 46,315 menit bujur timur. Kapal itu tenggelam pada kedalaman sekitar 5.000 meter.
Kapal bernama Lupeng Yuanyu 028 itu membawa 39 awak kapal yang terdiri dari 17 pelaut China, 17 pelaut Indonesia, dan lima pelaut dari Filipina. Kementerian Perhubungan China mengatakan tak ada korban selamat yang ditemukan dalam kejadian itu.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Dari seluruh awak kapal itu, delapan di antaranya berasal dari Jawa Tengah. Duka mendalam dirasakan oleh keluarga yang kehilangan anggotanya akibat kecelakaan itu. Berikut selengkapnya:
Pengambilan Sampel Keluarga
©YouTube/Liputan SCTV
Pasca tenggelamnya kapal tersebut, Tim Disaster Victim Identification Bidang Kedokteran Kesehatan Polda Jateng mengambil sampel DNA keluarga ABK asal Jateng. Dari delapan ABK asal Jateng yang dinyatakan hilang, enam ABK berasal dari Kabupaten Brebes, satu ABK berasal dari Banjarnegara, dan satu ABK berasal dari Tegal.
Sampel DNA itu akan digunakan sebagai pembanding dengan hasil posmortem jika nanti jenazah para ABK ditemukan.
“Kita melakukan pengambilan sampel DNA sebagai pembanding untuk para korban WNI asal Indonesia tenggelamnya kapal asal China,” kata Teguh Imantoko, PAUR 2 Subbidokpol Biddokkes Polda Jateng, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (31/5).
Kontak Terakhir
©YouTube/Liputan SCTV
Salah satu keluarga ABK di Desa Kebonagung, Kecamatan Jatibarang, Brebes mengungkap kontak terakhir dengan korban saat akan berlayar dari Afrika menuju China.
“Sebenarnya ini waktunya pulang. Karena dalam perjalanan dari Cape Town ke China. Dalam perjalanan di Samudra Hindia itu kejadiannya jam 3 pagi. Isu yang kami dengar ada gelombang,” kata Sayuti, kakak salah satu korban.
Selain pengambilan darah dan air liur, polisi juga meminta keterangan dan data dari pihak keluarga terkait ciri fisik dan juga kontak terakhir ABK dengan keluarga. Mereka berharap kepada pemerintah agar ikut membantu pencarian sehingga para ABK asal Indonesia yang hilang di Samudra Hindia segera ditemukan.
Kronologi Kejadian
©2016 Merdeka.com
Kapal itu hilang sejak Rabu (17/5). Angkatan Laut India menyebut bahwa pihaknya sempat menerima panggilan darurat yang dikirim kapal penangkap ikan itu. Mereka kemudian segera mengirim pesawat patroli maritim P-8I di kawasan Samudra Hindia, sekitar 900 mil dari India.
Tak hanya India, Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA) juga mengklaim telah mengidentifikasi area yang sangat luas di Samudra Hindia. Pertahanan Australia juga turut menerjunkan armada pesawat P-8A untuk mencari kapal tersebut.
Selanjutnya, 10 kapal dari berbagai negara turut terlibat dalam pencarian kapal itu. Negara-negara seperti Indonesia, India, Sri Lanka, Maladewa, Filipina, dan Australia sudah memberi bantuan dan simpati untuk para korban.