4 Fakta Sejarah Kelenteng Sam Poo Kong, Simbol Keberagaman Warisan Tionghoa
Kelenteng Sam Poo Kong merupakan kelenteng yang cukup terkenal di Semarang, bahkan di Pulau Jawa secara keseluruhan. Di dalam kelenteng itu, terdapat jejak-jejak pelayaran bangsa Tionghoa dalam mengarungi samudra. Salah satunya adalah sosok seorang pelaut lintas samudra bernama Laksamana Cheng Ho
Bangsa Tionghoa telah melakukan pelayaran ke seluruh dunia sejak dahulu kala. Salah satu wilayah yang dikunjungi adalah Nusantara. Kini, jejak-jejak pelayaran bangsa Tionghoa itu terekam dalam tiap kelenteng yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satunya adalah Kelenteng Sam Poo Kong.
Kelenteng Sam Poo Kong merupakan kelenteng yang terkenal di Semarang, bahkan di Pulau Jawa. Di dalam kelenteng itu, terdapat jejak-jejak pelayaran bangsa Tionghoa dalam mengarungi samudra. Salah satunya adalah patung Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang diyakini terbesar se-Asia Tenggara.
-
Siapa yang membangun Kelenteng Sam Poo Kong? Dibangun pada abad ke-15 oleh seorang muslim Tionghoa, Laksamana Cheng Ho atau Zheng He, kelenteng ini menjadi salah satu tempat pemujaan utama bagi umat Konghucu dan Tionghoa di Semarang.
-
Siapa Teuku Iskandar? Iskandar adalah seorang guru besar, kritikus sastra, dan juga leksikografer yang menempuh pendidikan di Universitas Leiden.
-
Apa yang ditampilkan oleh Tari Landok Sampot? Sesuai dengan namanya "Landok Sampot" tarian ini menampilkan gerakan perkelahian antar 2 pemuda dengan senjata berupa sebilah bambu. "Landok" yang berarti Tari, sedang "Sampot" berarti libas atau pecut.
-
Kapan Cak Imin ikut potong tumpeng di IKN? Gibran Rakabuming Raka mengungkit keikutsertaan Muhaimin Iskandar pada acara potong tumpeng di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
-
Kapan IPK kuliah dihitung? Ini adalah nilai hasil kumulatif mulai dari semester pertama hingga semester akhir. Secara umum, nilai IPK didapat dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang diambil dan SKS mata kuliah.
-
Siapa yang menciptakan Tari Landok Sampot? Tarian ini diciptakan oleh seorang pemuda bernama Mat Said yang melihat kegiatan masyarakat setempat yang setiap malam hari berlatih ketangkasan perang.
Berdasarkan jejak yang terekam dalam kelenteng itu, Cheng Ho merupakan seorang laksamana asal Tiongkok yang beragama Islam. Pada tahun 1416, dia “terpaksa” merapat di sebuah pelabuhan karena juru mudinya, Wang Jing Hong, menderita sakit keras. Oleh karena itulah, mereka harus menetap sementara di tempat itu.
Lalu bagaimana ceritanya hingga kemudian Kelenteng Sam Poo Kong dibangun? Dan apa kaitannya keberadaan kelenteng itu dengan sosok Laksamana Cheng Ho? Berikut selengkapnya:
Jejak Laksamana Cheng Ho
©2018 Liputan6.com/Herman Zakharia
Saat menetap di tempat itu, mereka beristirahat pada sebuah gua batu di sebuah bukit bernama Simongan. Di sana pula Wang Jing Hong diobati hingga kondisinya berangsur membaik. Setelah Wang Jing Hong sembuh, Laksamana Cheng Ho kembali berlayar untuk melanjutkan misi perdamaian dan perdagangan. Sementara Wang Jing Hong tetap tinggal di Bukit Simongan.
Selama tinggal di sana, Wang Jing Hong berbaur dengan warga asli dan mencari nafkah dengan bercocok tanam. Singkat cerita, daerah tersebut terus berkembang dan semakin makmur. Namun, dia tak melupakan jasa pemimpin yang telah menyembuhkannya. Akhirnya dia mendirikan patung Cheng Ho di gua batu tersebut.
“Cheng Ho, walaupun dia seorang muslim tapi tidak meninggalkan kearifan lokalnya, yaitu budaya China. Jadi di daerah itu tetap didirikan kelenteng untuknya,” ujar Bagus, salah satu pengelola Kelenteng Sam Poo Kong dikutip dari Liputan6.com.
Patung Cheng Ho Terbesar di Asia Tenggara
©2016 Merdeka.com
Kelenteng Sam Poo Kong disebut-sebut sebagai kelenteng terbesar di Semarang. Tak hanya satu, kompleks itu sendiri terdiri dari beberapa kelenteng yang untuk memasukinya wisatawan terlebih dahulu melewati sebuah gerbang.
Selain Kelenteng Sam Poo Kong, di dalam kompleks itu juga terdapat Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Juru Mudi, dan Kelenteng Kiai Jangkar. Selain itu, ada pula sebuah bangunan panggung dan patung Laksamana Cheng Ho.
“Patung Cheng Ho di sini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Tingginya mencapai 12 meter dan terbuat dari full perunggu. Patung ini dikirim langsung dari China dan merupakan hadiah khusus dari pemerintah China,” ungkap Bagus.
Tiket Masuk Kelenteng Sam Poo Kong
©2018 Liputan6.com/Herman Zakharia
Pengunjung yang ingin masuk ke Kelenteng Sam Poo Kong biasanya diberlakukan dua jenis tiket masuk, yaitu tiket untuk wisata dan tiket untuk sembahyang. Jika ingin berwisata, pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp7.000 pada hari Senin-Jumat dan Rp10.000 pada hari Sabtu dan Minggu.
Sementara itu pengunjung yang ingin beribadah di tempat itu tidak dikenakan biaya alias gratis. Dalam sehari, rata-rata kelenteng itu dikunjungi 800-1.000 orang, baik itu yang ingin berwisata maupun ibadah.
“Kalau dia sudah bawa perlengkapan ibadah sendiri seperti hio, lilin, dan sebagainya, free masuk. Lalu kalau mau ibadah tapi nggak bawa apa-apa, kita wajibkan untuk beli alat ibadah dulu di sini, baru ditukar dengan free tiket di dalam,” kata Bagus.
Simbol Toleransi
©2018 Liputan6.com/Herman Zakharia
Walaupun merupakan tempat peribadatan kaum Tionghoa, namun Kelenteng Sam Poo Kong kental dengan nuansa toleransi. Menurut Bagus, semua orang bisa masuk kelenteng itu apapun agamanya.
Bahkan, tempat itu sudah menjadi destinasi utama wisata di Semarang sehingga membuat banyak pengunjung yang datang. Namun mereka tetap harus bisa menjaga dan menghormati orang-orang yang sedang sembahyang di sana.
“Yang penting saling menghormati, tidak terlalu berisik dan melakukan kegiatan positif. Karena walau bagaimanapun ini adalah tempat ibadah,” kata Bagus dikutip dari Liputan6.com pada Kamis (11/2).