5 Fakta Pohon Tengsek, Tumbuhan Langka Gunung Merapi yang Bisa Hidup Ratusan Tahun
Pohon Tengsek keberadaannya semakin langka di habitat asalnya di lereng Merapi sana. Budidayanya pun sulit dilakukan karena harus menunggu bertahun-tahun agar pohon ini tumbuh besar. Padahal, pohon ini memiliki banyak sekali khasiat salah satunya adalah untuk menyembuhkan kanker.
Gunung Merapi lebih dikenal masayarakat sebagai gunung yang berbahaya karena bisa erupsi setiap saat. Namun di lereng gunungnya hidup berbagai flora dan fauna yang langka. Bila kita mengenal Burung Elang Jawa sebagai fauna langka yang tinggal di lereng Merapi, ada pula Pohon Tengsek yang menjadi tumbuhan endemik gunung itu.
Dilansir dari Jatengprov.go.id, pohon yang memiliki nama latin Rhynchocarpa Monophylla Backer itu keberadaannya semakin langka di habitat asalnya di lereng Merapi sana. Budidayanya pun sulit dilakukan karena harus menunggu bertahun-tahun agar pohon ini tumbuh besar. Padahal, pohon ini memiliki banyak sekali khasiat salah satunya adalah untuk menyembuhkan kanker.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Tanaman Langka
©jatengprov.go.id
Pohon Tengsek merupakan tanaman yang langka. Di habitat aslinya, keberadaan tanaman ini semakin jarang dijumpai mengingat kondisi Gunung Merapi yang sering mengalami erupsi.
Padahal, tanaman itu disebut sebagai pohon bertuah karena memiliki banyak manfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Selain itu, kayu dari pohon tersebut juga kerap dipakai sebagai gagang keris dan bahan pembuatan tasbih.
Ciri Pohon Tengsek
@YouTube/Kementerian LHK.
Dikutip dari Rumahpengetahuan.web.id, Pohon Tengsek memiliki ciri yaitu batangnya yang keras, berwarna hitam, namun memiliki bunga yang cantik. Bunga pada pohon itu mengalami tiga kali perubahan warna mulai dari warna hijau, merah keunguan, dan di akhir berubah menjadi coklat.
Tak hanya itu, tanaman ini juga memiliki fungsi yaitu sebagai penyimpan air tanah. Di habitat aslinya di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), tumbuhan ini banyak ditemukan di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Karena pertumbuhannya sangat lambat, sangat jarang ada orang yang mau membudidayakan tanaman ini.
Usaha Budidaya
Karena keberadaannya semakin langka di habitat aslinya sana, beberapa orang berusaha melakukan budidaya agar tanaman ini tidak punah. Salah satunya Sulistyo Wadi yang memulai mengembangkan pelestarian pohon itu pada tahun 2017.
Pada waktu itu, dia memulai budidaya tanaman Tengsek atas rekomendasi dari Jatmiko, ketua forum Merapi Merbabu karena keberadaannya yang semakin langka. Selain itu di Oman, pohon ini mulai dibudidayakan sehingga ia optimis bisa membudidayakan pohon ini karena dekat dengan habitat asal.
“Masak kita yang memiliki pohon asli lereng Merapi ini tidak mengembangkan. Karena itu saya tergerak untuk membudidayakannya,” ungkap Sulistyo dikutip dari Jatengprov.go.id.
Bukan Hal Mudah
©jatengprov.go.id
Menurut Sulistyo, bukan hal mudah untuk mencari keberadaan bibit Tengsek yang akan ditanam di lahannya. Untuk mencari keberadaan pohonnya saja ia harus masuk ke hutan di lereng gunung. Setelah pohonnya ketemu, ia harus naik ke pohon untuk mengambil biji yang mirip biji selasih itu.
Karena tak memiliki ilmu bagaimana cara membudidayakan pohon, Sulistyo pun harus belajar secara otodidak baik lewat buku maupun internet. Setelah sembilan bulan, barulah ia berhasil membudidayakan pohon tersebut.
Setelah budidayanya berhasil, 30 persen dari tanaman itu ia sumbangkan untuk dilestarikan di berbagai gunung seperti Merbabu, Andong, Sumbing, Gunung Sari, dan Muria. Sementara itu 70 persen di antaranya ia jual.
Bisa Hidup Ratusan Tahun
Menurut Sulistyo, pohon Tengsek ini bisa hidup hingga ratusan tahun. Namun butuh waktu lama agar pohon itu bisa tumbuh besar. Salah satu kelebihan lain dari pohon itu adalah pohon itu bisa ditanam di mana saja.
Untuk memperluas pemasaran, bibit Tengsek yang dibudidayakan Sulistyo ia jual secara online. Banyak orang yang sudah membelinya karena khasiatnya beragam. Di negara Arab, Australia, dan juga India, Tengsek banyak digunakan sebagai obat herbal dengan cara direbus daunnya terlebih dahulu.