Banyak yang Kena PHK, Ini 5 Fakta Fenomena Manusia Silver di Jateng dan DIY
Akhir-akhir ini, makin banyak manusia silver yang mengais rezeki di setiap lampu merah pada kota-kota besar. Uniknya, fenomena ini banyak terjadi di kota-kota besar, tak terkecuali para beberapa kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Akhir-akhir ini, makin banyak manusia silver yang mengais rezeki di setiap lampu merah kota-kota besar. Di sana mereka berdiri di hadapan para pengendara saat lampu sedang merah, dan setelah itu mengelilingi mereka dan berharap para pengendara mau memberikan sedikit uang mereka.
Uniknya, fenomena ini banyak terjadi di kota-kota besar, tak terkecuali para beberapa kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Faktanya adalah, para pemeran “manusia silver” ini terpaksa menjalani kehidupan seperti itu karena terhimpit krisis selama pandemi COVID-19, mulai dari terkena PHK massal, sampai terpaksa membantu orang tua dalam mencari nafkah.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Tak jarang pula, dalam mencari uang itu, para manusia silver harus berurusan dengan polisi karena dinilai melanggar protokol kesehatan COVID-19. Berikut kisah manusia silver yang mencari nafkah di tiap lampu merah pada kota-kota besar.
Fenomena Manusia Silver di Kota Pelajar
©2021 Merdeka.com/Septian Dwi Kurniawan
Walaupun panas terik menyengat, tiga anak berdiri pada sebuah persimpangan jalan di pusat Kota Jogja. Ketiga anak itu melumuri seluruh tubuhnya dengan warna silver. Berbekal penampilan yang berbeda itulah mereka berkeliling ke pengendara satu ke pengendara lainnya demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Dilansir dari Merdeka.com, merebaknya COVID-19 membuat mereka harus membantu penghasilan keluarga dengan menjadi para manusia silver. Datang menyesuaikan jadwal sekolah, mereka membagi waktu antara belajar dengan bekerja. Pendapatan ketiga anak itupun tak menentu setiap harinya, setidaknya berkisar antara Rp40 ribu sampai Rp100 ribu per hari.
Di Yogyakarta, keberadaan manusia silver bisa ditemui di beberapa persimpangan. Mereka pun berasal dari berbagai kelompok usia mulai dari tua, muda, anak-anak, hingga perempuan.
Korban PHK
©2021 Merdeka.com/Arie Basuki
Terkait alasan mereka menjadi manusia silver, banyak yang mengatakan bahwa mereka merupakan korban PHK yang butuh penghasilan. Salah satunya manusia silver yang sehari-hari mencari uang di kawasan perempatan Galonan, Rembang.
Biasanya, manusia silver di sana muncul meminta-minta antara pukul 14.00 WIB hingga sore hari. Terkadang, mereka tidak menaati protokol kesehatan seperti tidak memakai masker.
“Mereka bilangnya karena pandemi dan menjadi korban PHK. Kita peringatkan, kalau lain hari mengulangi, kami akan amankan untuk pembinaan lebih lanjut,” kata salah satu anggota Satpol PP Kabupaten Rembang, Teguh Maryadi, mengutip dari Liputan6.com pada Selasa (8/6).
Kejar-Kejaran dengan Polisi
©2020 Merdeka.com/Danny Adriadhi Utama
Karena sering melanggar protokol kesehatan inilah, para manusia silver sering berurusan dengan polisi. Bahkan saat hendak diamankan, tak jarang mereka berusaha kabur dan terlibat kejar-kejaran dengan aparat keamanan.
Namun petugas polisi nyatanya cukup pandai dan sudah memetakan ke mana saja manusia silver ini akan lari. Mereka pun akhirnya bisa tertangkap dengan mudah.
“Setelah mereka tertangkap, lalu kita beri sanksi hukuman mulai dari push up sampai menyanyikan lagu kebangsaan. Selain itu, kita cukur gundul semua,” kata Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto, dikutip dari Merdeka.com.
Manusia Silver Berjiwa Mucikari
©2020 Merdeka.com/Danny Adriadhi Utama
Tak jarang pula di antara manusia silver itu punya pekerjaan sampingan. Terkadang pekerjaan sampingan mereka merupakan pekerjaan illegal. Hal inilah yang dilakukan QF (23), warga Ogan Komering Hilir, Sumatra Selatan. Selain mencari uang dari perannya sebagai manusia silver di Gunung Kidul, DIY, ternyata dia juga seorang mucikari.
Saat tertangkap, QF mengaku kepada polisi menjaring mangsanya lewat media sosial di balik profesinya sebagai manusia silver. Bahkan dalam waktu dua minggu, dia sudah beberapa kali melakukan transaksi seks. Melansir dari Liputan6.com pada 17 Maret 2021, para korban QF kebanyakan merupakan warga Gunungkidul yang sudah berusia dewasa.
Fenomena di Berbagai Daerah
©2021 Merdeka.com/Septian Dwi Kurniawan
Kemunculan manusia silver telah menjadi fenomena di berbagai daerah, khususnya kota-kota besar di Tanah Air. Dari hasil pengamatan yang dilakukan Liputan6.com, biasanya mereka muncul kembali setelah ditertibkan. Kondisi ini seolah sudah menjadi siklus yang tak pernah usai.
"Saya doakan semoga mereka bisa usaha mencari pekerjaan lain. Soalnya kalau melihat postur tubuh mereka, sehat-sehat saja kok,” kata Munari, salah seorang pengguna jalan di kawasan Rembang, mengutip dari Liputan6.com pada Selasa (8/6).