Curi Perhatian, Dua Bule Asal Swiss Ini Ikut Antar Makanan saat Tradisi Sinoman
Keduanya merupakan kawan dari tetangga pemilik hajatan yang kebetulan sedang berlibur di Indonesia.
Masyarakat Jawa mengenal sebuah tradisi gotong-royong bernama sinoman. Dalam tradisi itu, ibu-ibu dan anak-anak muda bergotong-royong dalam membantu pemilik acara dengan melayani para tamu yang hadir dan mempersiapkan segala acaranya secara sukarela.
Dikutip dari Liputan6.com, para sinoman melakukan berbagai tugas seperti membangun tenda, memasak makanan, menyajikan makanan, menata meja dan kursi, dan mempersiapkan acara agar semuanya dapat berjalan dengan lancar. Di akhir acara, mereka membersihkan makanan sisa ataupun sampah-sampah lainnya hingga bersih seperti sedia kala.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Apa yang terjadi di video yang viral? Video berdurasi 20 detik tersebut memperlihatkan seseorang yang diklaim sebagai Gibran yang sedang menggendong bayi sambil mengumandangkan takbir.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
-
Kenapa video tersebut viral? Video yang diunggahnya ini pun viral dan menuai perhatian warganet."YaAllah Kau bangunkan aku tengah malam, aku kira aku mimpi saat ku lihat suamiku sedang sujud," tulisnya di awal video yang diunggahnya.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
Tradisi ini masih dijaga pada berbagai daerah di Pulau Jawa. Salah satu daerah yang melestarikan tradisi sinoman itu adalah Klaten. Tapi sebuah acara sinoman di Klaten tampak berbeda dari sinoman pada umumnya. Pada momen itu, dua bule asal Swiss tampak ikut menjadi anggota sinoman dan melayani para tamu yang hadir. Kok bisa?
Berikut selengkapnya:
Curi Perhatian
Kehadiran dua bule asal Swiss itu berhasil mencuri perhatian para tamu undangan. Mereka tampak sibuk membagikan piringan berisi makanan kepada tamu undangan. Dengan menggunakan batik, para bule itu tampak mondar-mandir membawa makanan di acara nikahan yang digelar di Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
Saat itu Ahmad Bilal, teman kedua bule asal Swiss itu, iseng mengajak mereka ikut hadir di acara hajatan tetangga. Di luar dugaan, mereka justru menawarkan bantuan untuk berpartisipasi. Akhirnya mereka diberi kesempatan walau hanya mengantar makanan.
“Mereka setelah melakukan itu sangat merasa senang. Benar-benar ini pertama kali bagi mereka, dan itu pertama kalinya pula mereka pakai batik dan berbaur dengan warga,” kata Ahmad Bilal dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Jumat (20/9).
- Kapsul Bunuh Diri Bikin Geger Swiss, Sudah Makan Korban Seorang Perempuan
- Jadi Wali Nikah Putrinya, Ini Sosok Daniel Kaiser Mantan Suami Susi Pudjiastuti yang Berdarah Swiss
- Mencicip Kuliner Khas Sichuan China di Jakarta
- Kisah Keluarga Surbek dari Swiss di Indonesia, Saksi Hidup Era Kolonial yang Terusir di Masa Penjajahan Jepang
Sedang Berlibur di Indonesia
Dua bule asal Swiss itu bernama Robin Amrhein dan Dominic Giovanoli. Keduanya merupakan kawan dari tetangga pemilik hajatan yang kebetulan sedang berlibur di Indonesia.
Ahmad Bilal sendiri melarang kedua bule Swiss itu membawa nampan berisi minuman karena takut gelas yang dibawa jatuh dan menumpahi para tamu. Yang jelas kehadiran kedua bule itu membuat para tamu undangan jadi gagal fokus.
Bukannya sibuk memberi selamat pada yang punya hajatan, para tamu justru sibuk mendokumentasikan kegiatan kedua bule asal Swiss itu saat mengantarkan makanan. Mereka pun senang dengan kehadiran kedua bule ini.
“Senang, karena dia di sini terus ngobrol-ngobrol sama kita,” kata Fitri, salah satu warga Desa Bero yang ikut sebagai tamu undangan.
Tentang Tradisi Sinoman
Dikutip dari Liputan6.com, tradisi sinoman sendiri diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14. Pada prinsipnya, tradisi itu menekankan pada nilai kesukarelaan dan kekeluargaan. Prinsip sukarela ini terlihat saat para sinoman melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Sementara prinsip gotong royong terlihat dari tujuannya yaitu meringankan beban pemilik acara dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, persatuan, dan kerukunan.
Saat ini tradisi sinoman mulai langka ditemukan. Tradisi tersebut telah tergantikan sistem baru menggelar hajatan, juga penyesuaian dengan pekerjaan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman seperti event organizer, katering, dan lainnya.