Desa Terpencil di Blora Ini Dulunya Jadi Pusat Kerajaan Demak, Begini Penampakannya
Ada sebuah desa terpencil yang berada di pelosok Kabupaten Blora. Namanya Desa Jipang. Di desa ini terdapat sebuah reruntuhan keraton yang dipercaya di sanalah dulu berdiri sebuah istana bernama Keraton Jipang. Pada masanya, keraton ini pernah menjadi pusat Kerajaan Demak.
Ada sebuah desa terpencil yang berada di pelosok Kabupaten Blora. Namanya Desa Jipang. Di desa ini terdapat sebuah reruntuhan keraton yang dipercaya di sanalah dulu berdiri sebuah istana bernama Keraton Jipang.
Di zaman dahulu kala, keberadaan Keraton Jipang ini sangat erat kaitannya dengan cerita Arya Penangsang yang memerintah di abad ke-15. Bahkan dulu keraton ini sempat menjadi pusat dari Kerajaan Demak.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Bagaimana ceritanya? Berikut selengkapnya:
Berada di Desa Terpencil
©YouTube/Saptono Soemarsono
Lokasi situs Keraton Jipang berada di desa terpencil. Letaknya sekitar 8 km dari pusat Kota Cepu. Kini bekas kerajaan itu hanya menyisakan reruntuhan batu bata. Di tengah halaman keraton itu terdapat tiga gundukan batu bata memanjang yang di masing-masing ujungnya terdapat batu nisan.
Di tempat itu bisa ditemukan petilasan Siti Hinggil, petilasan Bengawan Sore, patilasan masjid, dan makam kerabat kerajaan.
Di sana terdapat makam kerabat Kerajaan Jipang antara lain Raden Bagus Sosrokusumo, Raden Bagus Sumantri, RA Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo. Selain itu juga ada makam Santri Songo yang berada di sebelah utara petilasan itu.
Santri Songo merupakan sebutan bagi sembilan santri yang diduga sebagai mata-mata Pajang. Mereka semua meninggal dunia karena ditangkap dan dibunuh oleh prajurit Jipang.
Pusat Kerajaan Demak
©YouTube/Saptono Soemarsono
Dulunya, petilasan keraton itu pernah menjadi pusat Kerajaan Demak. Pada waktu itu, Arya Penangnsang disebut sebagai Raja Demak ke-5 atau penguasa terakhir Kerajaan Demak. Dia memboyong pusat pemerintahan Demak ke Jipang yang kemudian dikenal sebagai Demak Jipang.
Namun waktu itu pemerintahan Demak yang telah dipindahkan ke Jipang dianggap tidak sah karena saat itu Sunan Prawoto (Raja Demak ke-4) dibunuh oleh utusan Arya Penangsang. Dalam Serat Kanda dijelaskan, Arya Penangsang sendiri merupakan putra dari Surowiyoto atau Raden Kikin.
Raden Kikin merupakan putra dari Raden Patah. Dengan kata lain, Arya Penangsang masih keturunan pendiri Kerajaan Demak itu.
Namun pada tahun 1554, Arya Penangsang tewas di tangan Sutawijaya atau Joko Tingkir setelah peperangan besar di dekat Bengawan Sore. Sejak itulah Demak Jipang runtuh dan diganti oleh Kerajaan Pajang.
Ramai Peziarah
©blorakab.go.id
Kini, tempat situs Kerajaan Jipang ramai peziarah yang datang dari berbagai kota. Mereka datang dengan berbagai maksud. Ada yang hanya ingin melihat-lihat, ada yang datang dengan hajat tertentu, seperti ingin sukses, ingin kedudukan, atau berharap kesembuhan bagi kerabat yang sakit.
Salekun, juru kunci situs itu, mengatakan bahwa setiap pengunjung yang datang harus menjaga sopan santun. Ia mengatakan ada pantangan yang tidak boleh dilanggar saat berkunjung ke makam seperti dilarang membawa benda-benda yang ada di lingkungan makam, bahkan secuil tanah pun. Selain itu pengunjung diminta untuk salam terlebih dahulu saat masuk lingkungan makam.
“Kalau pantangan-pantangan ini dilanggar biasanya ada kejadian yang tidak baik menimpa orang tersebut,” kata Salekun, mengutip dari Blorakab.go.id.
Bisa Bahaya
©YouTube/Saptono Soemarsono
Warga Jipang juga memiliki tradisi sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur. Tradisi ini disebut dengan Manganan dan biasanya dilakukan di pusat petilasan itu. Setidaknya ada tiga kali acara Manganan setiap tahunnya, yaitu saat turun hujan pertama kali, saat tanam padi, dan saat panen. Acara ini biasanya disertai dengan pertunjukan seni tradisi seperti ketoprak, wayang krucil, wayang kulit, atau seni tradisi yang lain.
“Namun pantangannya kalau nanggap ketoprak jangan sampai mengambil lakon Arya Penangsang. Bisa berbahaya!” kata Salekun, mengutip dari Blorakab.go.id.