Dibangun Belanda Tahun 1916 dan Jadi Tempat Wisata, Waduk di Blora Ini Kini Terancam Limbah Tambang Minyak Bumi
Keberadaan Waduk Tempuran diapit oleh dua desa penghasil minyak bumi
Keberadaan Waduk Tempuran diapit oleh dua desa penghasil minyak bumi
Foto: YouTube Story Ojawa
Dibangun Belanda Tahun 1916 dan Jadi Tempat Wisata, Waduk di Blora Ini Kini Terancam Limbah Tambang Minyak Bumi
Waduk Tempuran merupakan sebuah waduk yang terletak di Dusun Juwet, Desa Tempuran, Kabupaten Blora. Dengan luas genangan mencapai 44,23 hektare, waduk ini sungguh vital keberadaannya karena berfungsi sebagai lahan penyimpanan air untuk keperluan perikanan dan pertanian.
-
Kenapa Belanda menghancurkan kilang minyak di Wonokromo? Demi mengadang Jepang menguasai aset-aset penting, kolonial Belanda menghancurkan berbagai objek vital seperti gedung pemerintahan, gedung militer persenjataan, hingga kilang minyak di Wonokromo.
-
Dimana pabrik belerang Wanaraja dibangun? Pabrik belerang Wanaraja jadi salah satu lokasi bersejarah yang menarik di Kabupaten Garut. Era revolusi industri di negara Eropa sempat dirasakan juga di Indonesia karena kolonialisme Belanda. Akibatnya pada 1900, berdiri pabrik-pabrik besar di Indonesia, salah satunya pabrik belerang di Wanaraja, Kabupaten Garut.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Kenapa pabrik belerang Wanaraja dibangun? Setelah diteliti, ternyata gunung tersebut mengandung banyak belerang dan berpotensi untuk dikelola.
-
Dimana letak kolam renang peninggalan Belanda? Kolam Bekas Belanda ini berada di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan.
-
Kapan Benteng Baluwarti dibuat? Benteng ini dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I dan selesai pada masa pemerintahan Sri Sultan HB II.
Kini Waduk Tempuran banyak dikunjungi wisatawan sebagai salah satu obyek wisata yang ada di Blora. Di sana pengunjung bisa menaiki speedboat dan bebek bermesin atau sekedar menikmati keindahan waduk.
Selain itu terdapat pondok-pondok lesehan yang menjajakan kuliner lezat seperti ikan bakar dan menu seafood lainnya.
Namun daya tarik Waduk Tempuran sebagai tempat wisata kini terancam. Malam itu, Minggu (21/7) kawasan Waduk Desa Tempuran masih tampak ramai.
Para warga berkumpul di warung kopi di tempat wisata itu membicarakan tentang kekhawatiran mereka terkait limbah di Waduk Tempuran yang sewaktu-waktu bisa mencemari kawasan itu.
Setelah sekian lama menjadi tempat wisata favorit terutama bagi warga Blora dan sekitarnya, telah banyak lapangan pekerjaan yang tercipta di kawasan Waduk Tempuran.
Banyak kafe-kafe yang berdiri di sekitar waduk. Mengingat keberadaannya yang begitu vital, masyarakat setempat giat melestarikan waduk dan lingkungan di sekitarnya dengan berbagai cara.
“Di antara kami dulu pernah ada yang kerja di pemerintahan desa dan melakukan program pelestarian waduk biar sedimen tidak banyak yang masuk. Selain itu kami juga melakukan gerakan rehabilitasi lahan menghutankan rakyat,”
kata Kepala Desa Tempuran, Keman, dikutip dari Liputan6.com pada Senin (22/7).
Namun saat ini kelestarian Waduk Tempuran serta lingkungan di sekitarnya terancam. Hal ini dikarenakan keberadaan waduk diapit oleh dua desa penghasil minyak bumi, yaitu Desa Plantungan dan Desa Soko.
“Kami khawatir, mungkin dalam jangka waktu ke depan akan berdampak juga kalau pengelolaan limbahnya kurang maksimal. Walaupun di sana itu daerah penambangan minyak, namun daerah itu juga merupakan daerah aliran sungai,” ungkap Keman.
Waduk Tempuran diketahui merupakan waduk tadah hujan. Daerah aliran sungai (DAS) yang menuju ke Waduk Tempuran berasal dari lereng Pegunungan Kendeng Utara, tepatnya dari Desa Plantungan dan Desa Soko.
“Saya harapkan kalau di sana ada aktivitas pertambangan pengelolaan limbahnya bisa maksimal. Sehingga nanti tidak akan berdampak di Waduk Tempuran ke depannya. Karena tempat ini menjadi satu-satunya sumber mata pencaharian,” kata Keman.
Keman mengatakan, keberadaan Waduk Tempuran memberikan banyak manfaat bagi warga sekitar.
Ia pun khawatir, kalau waduk itu tercemar, nasib masyarakat yang tinggal di sekitar waduk akan suram.
Apalagi banyak dari mereka yang menggantungkan nasibnya pada keberadaan Waduk Tempuran seperti nelayan, petani, serta warga yang bergerak di sektor pariwisata.