Dibangun Pada Masa Sultan Agung, Ini 5 Fakta Sejarah Makam Raja-raja Imogiri
Makam Raja-Raja Imogiri dibangun pada 1632, tepatnya pada masa Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Dengan dikepalai oleh Kiai Tumenggung Citrokusumo, kompleks pemakaman itu dibangun dengan perpaduan arsitektur Hindu-Islam.
Makam Raja-Raja Imogiri merupakan sebuah kompleks pemakaman tua yang punya nilai sejarah. Makam itu berada di wilayah Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dilansir dari Kratonjogja.id, makam imogiri dibangun pada 1632, tepatnya pada masa Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Dengan dikepalai oleh Kiai Tumenggung Citrokusumo, kompleks pemakaman itu dibangun dengan perpaduan arsitektur Hindu-Islam.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Untuk menuju ke sana, pengunjung harus menapaki ratusan anak tangga. Tak hanya itu, bagi mereka yang ingin masuk dan berziarah ke makam diwajibkan untuk memakai baju adat Jawa. Berikut selengkapnya:
Sejarah Dibangunnya Makam Imogiri
©kratonjogja.id
Makam Imogiri atau yang juga dikenal dengan Pasarean Imogiri dibangun pada 1632. Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, pada waktu itu raja Mataram Islam yang ketiga, Sultan Agung, sedang mencari tanah yang akan digunakan sebagai tempat pemakaman.
Dengan membawa pasir yang berasal dari Arab, dia melempar pasir itu dari istananya di daerah Pleret. Pasir itu kemudian jatuh di sebuah bukit yang berada di Imogiri. Atas dasar itulah Sultan Agung memutuskan untuk membangun makam raja di tempat jatuhnya pasir itu.
Mulai tahun 1632, makam itu mulai dibangun. Tiga belas tahun setelah selesainya pembangunan makam, Sultan Agung wafat. Ia kemudian dimakamkan di sana bersama para istri-istrinya yang wafat kemudian.
Makam Bagi Para Raja Mataram
©kratonjogja.id
Sultan Agung menjadi raja pertama yang dimakamkan di Pasarean Imogiri. Setelah itu pemakaman ini digunakan untuk raja-raja seterusnya, bahkan saat Mataram terbelah menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Oleh itulah kemudian pemakaman itu terdiri dari beberapa kompleks utama di antaranya Kasultanagungan, Pakubuwanan, Kasunanan Surakarta, dan Kasultanan Yogyakarta.
Dilansir dari Kratonjogja.id, walaupun ibukota kerajaan berpindah berkali-kali bahkan sampai terbelah, namun raja-raja yang bertahta tetap berpulang di tempat peristirahatan terakhir yang sama, yaitu di Makam Imogiri ini.
Terdiri dari Ratusan Anak Tangga
©Wikipedia.org
Sebelum memasuki kompleks pemakaman, pengunjung harus melalui ratusan anak tangga yang lebarnya 4 meter dengan kemiringan 45 derajat. Dikutip dari Wikipedia.org, jumlah anak tangga itu ada 409 buah.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika pengunjung dapat menghitung anak tangga dengan benar maka semua keinginannya akan terkabul.
Gapura Bernilai Filosofis
©Wikipedia.org
Makam Sultan Agung menjadi makam yang letaknya paling tinggi di kompleks pemakaman itu. Untuk menuju ke sana, peziarah harus melalui tiga gapura yang melambangkan tiga tahapan kehidupan manusia yaitu alam rahim, alam duniawi, dan alam kubur.
Di antara gapura-gapura itu, ada jasad manusia yang dikubur terpisah. Dia adalah seorang pengkhianat yang membelot kepada Belanda bernama Tumenggung Endranata. Saat berhasil ditangkap oleh Mataram, dia kemudian dieksekusi dengan dipenggal kepalanya.
Jasadnya kemudian dibagi menjadi tiga bagian dan dikubur di pemakaman Imogiri secara terpisah. Kepalanya dikubur di tengah-tengah Gapura Supit Urang, badannya dikubur di bawah tangga dekat Gapura Supit Urang, dan kakinya dikubur di tengah kolam.
Peziarah Wajib Pakai Pakaian Adat
©kratonjogja.id
Untuk bisa masuk ke Makam Imogiri, pengunjung diwajibkan untuk mengenakan pakaian tradisional Jawa. Untuk peziarah perempuan, mereka harus mengenakan kain jarit sebatas dada atau kemben sehingga terbuka di bagian bahu. Sementara itu peziarah laki-laki harus memakai kain jarit dan atasan berupa baju peranakan. Kedua model pakaian itu merupakan pakaian yang biasa digunakan para abdi dalem. Selain itu di area makam tidak boleh berfoto-foto.
Sementara itu waktu ziarah hanya dibuka tiga kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin, Jum’at, dan Minggu. Di hari tersebut pengunjung boleh melakukan ziarah mulai pukul 10 pagi hingga 1 siang.
Selain itu pada tanggal 1 dan 8 Syawal serta 10 Dzulhijjah, pengunjung juga boleh melakukan ziarah di makam ini. Makam ini akan ditutup selama satu bulan penuh selama Bulan Suci Ramadan.