Dulunya Berjarak 1 Km dari Pantai, Desa di Pekalongan ini Kini Sudah Tenggelam oleh Air Laut
Air laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Air laut yang terus meninggi diduga merupakan dampak dari pembangunan.
Dulunya Berjarak 1 Km dari Pantai, Desa di Pekalongan ini Kini Sudah Tenggelam oleh Air Laut
Ancaman tenggelamnya desa-desa yang berada di pesisir utara Pulau Jawa bukan omong kosong belaka. Buktinya, sudah ada beberapa desa yang tenggelam karena sebab tersebut. Salah satunya terlihat di Kampung Semonet, Kabupaten Pekalongan.
Melalui video yang diunggah pada Minggu (7/7) pemilik kanal YouTube Vista Holic berkesempatan mengunjungi kampung itu. Kini kampung itu telah tenggelam. Namun ada beberapa rumah yang konon masih ditinggali pemiliknya.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Bagaimana kondisi kabut saat hujan di Kampung Sukamekar? Menurut sang kreator video, ketika hujan turun kabut di kampung tersebut memang sangat tebal. Akibatnya, pandangan hanya terlihat dari beberapa meter saja.
-
Apa yang terjadi di Desa Sidomulo, Pekalongan akibat hujan deras? Akibatnya, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik.
-
Kapan Danau Tempe terbentuk? Dikutip dari kanal YouTube Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Danau Tempe terbentuk sekitar 10.000 tahun lalu atau pada Kala Holosen.
-
Di mana saja dampak perubahan iklim dirasakan? Perubahan iklim memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Berikut dampak penyebab perubahan iklim, antara lain: Menurunnya kualitas air. Curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan penurunan kualitas sumber air.
-
Apa yang terjadi pada Gunung Semeru? Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur (Jatim), kembali erupsi disertai dengan letusan abu vulkanik.
Satu-satunya akses menuju Kampung Semonet adalah dengan menyusuri tepi pantai. Untuk mencapai pantai itu, pemilik kanal YouTube Vista Holic melintasi rute berpasir di tengah sinar matahari yang terik.
Tak ada pilihan lain. Kalau sore hari, jalanan itu tak bisa dilewati karena pasangnya air laut. Petunjuk Google Map pun tiada artinya lagi kalau mau menuju ke sini.
Jarak satu rumah ke rumah lainnya di Kampung Simonet jauh-jauh. Tampak sebuah rumah yang ditemui Vista Holic sudah dikelilingi air. Tak ada akses jalan atau gundukan tanah untuk bisa mengakses rumah itu.
Tak hanya satu, ada rumah lain yang rupanya sudah dikelilingi air. Sama sekali tak ada akses jalan untuk menuju ke rumah itu. Satu-satunya cara agar bisa sampai ke rumah itu adalah dengan menggunakan perahu.
Di tengah penjelajahan itu, Vista Holic bertemu Pak Rasjoyo. Ia merupakan salah seorang warga yang tinggal di kampung mati Semonet. Sehari-hari, ia mencari nafkah dengan berdagang hasil tangkapan laut.
âAslinya saya ini petani. Tapi karena tambaknya ikut tenggelam karena rob, sekarang saya berdagang kepiting,â kata Pak Rasjoyo.
Walaupun rumahnya terdampak rob, namun Pak Rasjoyo belum mengungsi. Selain Pak Rasjoyo, masih ada beberapa penduduk yang setia menempati rumah mereka di tengah kondisi sulit yang mereka alami.
- Mengunjungi Desa Plabuhan di Batang, Ada Sumur Tepi Laut yang Jadi Sarana Pengobatan
- Serunya Berwisata ke Umbul Pelem Klaten, Manfaatkan Mata Air Alami Cocok Hilangkan Gerah karena Cuaca Panas
- Kota Semarang Dulunya adalah Lautan, Begini Sejarahnya
- Serunya Berkunjung ke Pantai Kodok Pandeglang, Ada Kolam Renang dengan Pemandangan Laut
Padahal di Kampung Semonet banyak rumah yang sudah hancur berkeping-keping. Satu kawasan pemukiman tampak seperti sebuah pulau kecil karena sudah terkepung air laut.
Selain Pak Rasjoyo, Vista Holic bertemu warga kampung lainnya, Pak Suroso. Pak Suroso bercerita dulunya jarak rumahnya dengan bibir pantai mencapai 1 km. sejak tahun 1999, terjadi abrasi di kampung tersebut.
âIni ada dampak dari pembangunan di kawasan Ujung Muara. Jadi ombak yang dulunya landai dan stabil, dengan ada pembangunan itu ombak jadi berputar ke arah sini. Lama-lama kan akan menggerus pantai. Kalau sehari berapa milimeter, setahun sudah berapa meter?â ungkap Pak Suroso.
Pak Suroso sudah tinggal di Kampung Semonet sejak tahun 1965. Setahun belakangan, ia tinggal di sebuah bangunan tidak permanen yang ia dirikan di tepi pantai.
Bangunan itu ia dirikan sebagai buntut rumahnya yang kini telah tenggelam dan tak bisa ditempati lagi.