Dulunya Jadi Saksi Kejayaan Perdagangan Rempah, Ini Sejarah 5 Pelabuhan Kuno di Pesisir Pantura Jawa Tengah yang Masih Eksis Hingga Kini
Pada masanya pelabuhan-pelabuhan itu ramai oleh aktivitas perdagangan. Sekarang beberapa di antaranya telah hilang karena proses alam.
Pada masanya pelabuhan-pelabuhan itu ramai oleh aktivitas perdagangan. Sekarang beberapa di antaranya telah hilang karena proses alam.
Dulunya Jadi Saksi Kejayaan Perdagangan Rempah, Ini Sejarah 5 Pelabuhan Kuno di Pesisir Pantura Jawa Tengah yang Masih Eksis hingga Kini
Pesisir utara Pulau Jawa merupakan kawasan strategis perdagangan baik di masa lalu maupun masa kini. Saat ini, banyak berdiri kawasan industri maupun kota-kota yang berkembang pesat seperti Jakarta, Semarang, hingga Surabaya.
Di masa lalu, kawasan yang dikenal nama Pantura itu menjadi saksi kejayaan perdagangan rempah. Di Jawa Tengah sendiri, ada lima pelabuhan kuno yang menjadi pusat perdagangan komoditas tersebut. Mana saja?
-
Kapan puncak kemarau di Jawa Tengah? “Jadi kalau kita lihat di data saya, rata-rata dari ketersediaan kabupaten/kota baru sepertiga atau 45 persen yang baru digunakan. Sedangkan kita masa puncaknya pada Agustus dan September. Diharapkan pada November sudah mulai ada hujan. Artinya kalau kita petakan dengan permintaan masyarakat nantinya Insya Allah masih mencukupi. Itu baru sumber yang disiapkan oleh pemda setempat melalui BPBD,” kata Kalakhar BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengutip YouTube Liputan6 pada Kamis (24/8).
-
Apa yang ditemukan di Kota Kuno ini? Penggalian pada situs tersebut telah menemukan contoh pertama sebuah kucing peliharaan yang ditemukan pada Jalur Sutra Utara dan simpanan telur ayam bertuliskan huruf Arab di bejana keramik pada abad ke-10 Masehi.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno ini? Mereka menemukan monumen-monumen yang mengesankan dan mengumpulkan data yang menambah pengetahuan tentang sejarah kota Yunani Kuno ini.
-
Apa yang ditemukan di kota kuno itu? Puing-puing yang ditemukan dari situs tersebut termasuk tembikar, manik-manik, patung, bagian dinding, serta tulang dan gigi manusia, dengan penanggalan karbon yang menunjukkan bahwa benda-benda tersebut berusia hampir 9.500 tahun, menurut laporan BBC News pada saat itu.
-
Apa saja yang ditemukan di kota kuno tersebut? Temuan pada penggalian tersebut juga mengungkap fase bangunan era Helenistik bagian dari sebuah benteng basilika Romawi dengan kompleks pemandian air panas, bengkel dengan tempat pemerasan anggur zaman Romawi, dan dua gereja Kristen tipe basilika tiga lorong.
-
Bagaimana pahatan batu kuno itu ditemukan? Batu-batu ini muncul dari dasar sungai yang mengering. Kekeringan parah di beberapa kawasan Amazon, Brasil menyebabkan ketinggian air sungai menyusut sangat signifikan. Dari dalam sungai, muncul banyak formasi batuan yan tersembunyi, di antaranya ada yang bergambar sosok manusia yang diperkirakan berusia 2.000 tahun.
1. Pelabuhan Bergota Semarang
Saat ini, kawasan Bergota di Kota Semarang menjadi pemakaman umum bercampur permukiman warga. Padahal di masa lalu, tepatnya di era Kerajaan Mataram Kuno, Bergota merupakan bandar utama di pesisir utara Jawa.
“Pelabuhan Bergota mempunyai andil besar dalam perkembangan Mataram Kuno, dari sebuah kerajaan kecil menjadi besar, megah, dan berkuasa,” tulis Sejarawan Amen Budiman dalam buku “Sejarah Semarang” dikutip dari Babad.id
Namun saat ini pelabuhan itu lenyap diduga karena proses pendangkalan. Hal itulah yang menjadi faktor penting bagi kemunduran Mataram Kuno.
Foto: Babad.id
2. Pelabuhan Juwana
Pada masa lampau, Pelabuhan Juwana yang berada di Kabupaten Pati menjadi salah satu tempat yang penting dalam perdagangan rempah di Nusantara. Dikutip dari Kemdikbud.go.id, saat itu pelabuhan tersebut menjadi pusat pengiriman beras yang ditukar rempah dari wilayah Nusantara bagian timur.
Pada masanya pelabuhan ini juga dijadikan tempat transit untuk mengambil perbekalan beras. Selain menjadi pusat distribusi beras, Pelabuhan Juwana juga menjadi pintu gerbang perdagangan rempah yang berasal dari timur.
Bertemunya para pedagang dari pelabuhan lain di pelabuhan ini menciptakan interaksi sosial, budaya, pengetahuan, dan agama yang jejaknya masih bisa ditemui pada masyarakat Pati hari ini.
Sumber Foto: Kemdikbud.go.id
3. Pelabuhan Kudus
Letak Pelabuhan Kudus berada di Selat Muria yang dulunya memisahkan daerah utara Pulau Jawa dengan Gunung Muria. Dahulu selat ini ramai sebagai jalur transportasi dan perdagangan bagi masyarakat Jawa Kuno.
- Penyebab Pusing setelah Olahraga, Tanda Tubuh Terlalu Dipaksa
- Jaksa Agung Akui Ada Kendala Tindak Pidana Pemilu, Pelaku Ulur Waktu Proses Penanganan
- Anies Cerita Perjalanan Menuju Pilpres: Berliku-liku, Tapi Tidak Jalan Pintas Apalagi Potong Konstitusi
- Ikatan Pedagang Pasar Dukung Anies-Cak Imin di Pilpres 2024: Kami Mengharapkan Perubahan
Dengan adanya pelabuhan ini, Kudus memasuki masa kejayaan sebagai kota pelabuhan sungai dan perdagangan pada masa Kerajaan Islam. Diduga komoditas perdagangan yang diperjual belikan berupa hasil pertanian dan ditukarkan dengan keramik yang berasal dari luar Kudus.
4. Pelabuhan Lasem
Dikutip dari Kebudayaanindonesia, Lasem merupakan daerah pesisir kabupaten Rembang yang memiliki pantai serta muara sungai yang berhulu di pedalaman.
Pada abad ke-7 Masehi, Lasem diduga sudah menjadi bandar yang ramai dan mempunyai hubungan yang erat dengan Kerajaan Holing yang pusat kerajaannya berada di wilayah pedalaman.
5. Pelabuhan Jepara
Pada masa lalu, Pelabuhan Jepara menjadi pusat perdagangan yang amat ramai. Dilansir dari Merdeka.com, pada abad ke-16 Pelabuhan Jepara mampu mengekspor beras sebanyak 15.000 ton yang diangkut dengan 60 kapal jung ke Kepulauan Maluku dan Banda. Selain itu ada pula komoditas seperti lada, garam, sutra, porselen, dan beragam rempah-rempah yang diperdagangkan di sana.
Bahkan pada masa jayanya, seorang pengelana dunia, Tomi Pires, mencatat bahwa Jepara merupakan teluk dengan pelabuhan yang indah. Melalui bukunya berjudul “Suma Oriental”, ia memuji Pelabuhan Jepara sebagai tempat berlabuh terbaik dari sekian banyak pelabuhan yang pernah ia sambangi selama perjalanannya di abad ke-16.