Dulunya Lokasi Pertempuran Polisi Melawan Belanda, Ini Kisah Kampung Lansia di Lereng Gunung Wilis
Mayoritas warga di sana bekerja sebagai petani kopi yang dibayar Rp25 ribu per setengah hari.
Mayoritas warga di sana bekerja sebagai petani kopi yang dibayar Rp25 ribu per setengah hari.
Dulunya Lokasi Pertempuran Polisi Melawan Belanda, Ini Kisah Kampung Lansia di Lereng Gunung Wilis
Ada sebuah desa terpencil di lereng Gunung Wilis. Letaknya tersembunyi di tengah hutan. Namanya Kampung Jeladri. Untuk menuju ke sana, pengunjung harus melewati jalanan berbatu sepanjang 7 km dan berkelok.
-
Di mana desa Tegal Wangi terletak? Desa Tegal Wangi di Jimbaran, Badung, Bali, kini menjadi hidden gem yang menawarkan keindahan pantai dengan suasana tenang.
-
Mengapa Desa Cemarajaya terancam tenggelam? Desa Cemarajaya pesisir ini terancam tenggelam imbas dari abrasi.
-
Di mana Desa Kemudo terletak? Desa Kemudo di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, berbagi inspirasi. Wilayah tersebut telah berhasil memupuk perekonomian warganya melalui pengolahan limbah industri yang berdiri di sana.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Di mana Desa Pelemwatu terletak? Desa Pelemwatu di Kabupaten Gresik, Jawa Timur berhasil mengubah kesan tertinggal menjadi desa mandiri.
-
Di mana Desa Kesimpar berada? Desa di tengah Hutan Petungkriyono itu bernama Kesimpar.
Selain melewati rimbunan hutan, perjalanan menuju Kampung Jeladri melewati di tengah hamparan kebun kopi. Selain kopi, warga di sana juga bertani cengkeh.
Walaupun kecil dan masih beralas batu, jalan menuju Kampung Jeladri sesungguhnya merupakan jalan bersejarah. Dulu Jenderal Soedirman melewati jalan itu saat melakukan perang gerilya melawan Belanda. Untuk memperingatinya, ada monumen nisan yang diresmikan pada tahun 2011 oleh Mayor Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Saat ini, Kampung Jeladri hanya dihuni empat kepala keluarga. Selain itu, hampir semua penghuni di sana merupakan warga lansia.
Dilansir dari kanal YouTube Jejak Richard, dulunya Jeladri adalah perkebunan kopi pada era sistem tanam paksa. Keberadaannya cukup penting bagi Belanda. Hasil kopi di sana kemudian diekspor Belanda tepatnya pada tahun 1840-an.
Pada saat pecah Agresi Militer II, Kampung Jeladri menjadi markas pemerintahan dan pertahanan Brimob. Waktu itu, masyarakat menyambut baik kedatangan Brimob. Mereka membantu persediaan makanan dan tempat tinggal selama masa perjuangan tersebut.
- Tunggu Penumpang di Pinggir Jalan, Ojol Lansia Dikeroyok Tiga Preman di Pasar Tanah Tinggi
- Janjian di Sosmed, 2 Kelompok Remaja Tangerang Tawuran Jelang Subuh & Satu Tewas Kena Sajam
- Untung Ketemu Polisi Baik, Kecopetan di Kapal Keluarga Ini Pulang Kampung Jalan Kaki ke Magelang
- Simpang Mayat, Lokasi Warung Remang-Remang di Riau Dirazia Polisi
Sebagai ungkapan rasa terima kasih, Brimob mendirikan sebuah sekolah dasar bagi masyarakat setempat. Namun sayang, kini sekolah dasar itu sekarang sudah ditinggalkan karena siswanya sudah tidak ada. Sekolah tersebut terakhir kali beroperasi di tahun 2008.
Suasana Kampung Jeladri sungguh sepi. Dari empat kepala keluarga, mayoritas warga adalah petani kopi. Selain itu, kebanyakan dari mereka adalah lansia.
Pak Wiji, merupakan warga paling muda di Kampung Jeladri. Dia merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam menjaga seluruh warga.
“Di sini saya menemani para orang tua itu. Soalnya di sini yang muda tidak ada. Jadi kasihan kalau ada apa-apa,” kata Pak Wiji dikutip dari kanal YouTube Jejak Richard.
Seperti diketahui, para lansia yang masih bertahan di kampung sepi itu merupakan pekerja perkebunan kopi kandangan.
Di sana mereka digaji Rp25 ribu per tengah hari. Selain itu mereka juga mendapat fasilitas berupa rumah tinggal gratis.
“Di sini kerjanya setengah hari. Tapi kami juga punya sampingan seperti memelihara kambing orang lain. Nanti bagi hasil,” kata Pak Wiji.