Kembali ke Desa, Petani Magelang Ini Bisa Hasilkan 30 Ton Kentang per Bulan
Setelah lulus kuliah, Agus memilih untuk pulang ke desanya di Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Magelang. Di sana ia mulai bertani kentang. Namun dalam meneruskan jejak orang tuanya, Agus tidak ingin jadi petani biasa.
Setelah lulus kuliah, Agus memilih untuk pulang ke desanya di Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Magelang. Di sana ia mulai bertani kentang.
Dilansir dari kanal YouTube Capcapung pada 6 Agustus 2021, Agus memilih menjadi petani karena ingin meneruskan jejak orang tuanya. Dari orang tuanya, Agus menilai bahwa petani adalah profesi yang mulia. Apalagi petani bertugas mencukupi kebutuhan pangan banyak orang dan menjaga ketahanan nasional.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Namun dalam meneruskan jejak orang tuanya, Agus tidak ingin jadi petani biasa.
“Saya ingin mengubah sistem pertanian di tempat saya jadi lebih modern dan bisa lebih maju dari yang dulu-dulunya,” kata Agus dikutip dari kanal YouTube Cap Capung. Lantas seperti apa perjuangannya dalam bertani kentang di desa?
Menanam Dua Jenis Kentang
©YouTube/Cap Capung
Agus menjelaskan, di ladangnya ada dua jenis kentang yang dia produksi yaitu kentang sayur dan kentang industri. Kentang sayur biasanya digunakan untuk membuat sop sedangkan kentang industri digunakan untuk keripik, steak, dan lain sebagainya.
“Kalau kentang sayur biasanya kadar air dan kadar gulanya lumayan tinggi. Kalau kentang industri, kalau dibelah warnanya lebih putih dan kadar air serta kadar gulanya lebih rendah,” kata Agus.
Hasilkan 30 Ton Kentang per Bulan
©YouTube/Cap Capung
Pada awal mula bertani, Agus mengaku belum mengajak petani untuk bermitra karena ingin membuktikan kalau bibit yang dihasilkannya bisa membuahkan tanaman kentang yang berkualitas. Namun seiring usahanya tumbuh besar, Agus harus menyetor sebanyak 30 ton kentang ke pabrik. Mau tak mau dia menjalin kemitraan dengan petani yang ada di sekitarnya.
“Karena petani di sekitar kita lahannya tidak terlalu banyak, rata-rata per orang Cuma 3.000-5.000 meter persegi, jadi saya memperbanyak petani yang ikut dengan saya. Paling tidak butuh 70 petani mitra, supaya suplai kita terpenuhi ke pabrik tersebut,” kata Agus.
Ingin Memberikan Bibit Terbaik
©YouTube/Cap Capung
Dalam bertani kentang, Agus berharap bisa terus memberikan bibit terbaik pada petani kentang lainnya. Tak hanya itu, ia juga berharap bisa meningkatkan volume produksi bibit kentangnya sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar. Dia juga berharap biaya bibit kentang itu juga bisa ditekan sehingga petani tidak terlalu keberatan untuk membudidayakan kentang.
“Kalau sudah begitu, dengan harga yang tidak terlalu mahal, kita masih bisa untung. Karena BEP (Break Event Point) yang kita keluarkan rendah. Jadi yang terpenting saya bisa menyediakan bibit yang bagus, dan petani tidak merasa terlalu berat untuk menanam kentang,” kata Agus dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Ajak Anak Muda untuk Bertani
©YouTube/Cap Capung
Agus berharap, anak-anak muda yang tertarik pada dunia pertanian bisa membantu sektor itu dari akarnya. Hal ini dikarenakan pelaku pertanian di level terbawah masih didominasi orang-orang tua.
“Nah nantinya tugas anak muda ini membuat sistem atau hal-hal baru yang bisa memberikan nilai tambah di dunia pertanian. Supaya pertanian kita maju. Kalau pertanian kita konvensional terus-menerus, kita bakal kalah dengan negara lain,” kata Agus dikutip dari kanal YouTube Cap Capung pada Kamis (19/8).