Kisah Hidup Kartosoewirjo, Tokoh Sumpah Pemuda yang Dihukum Mati
Kartosoewirjo merupakan salah satu tokoh Sumpah Pemuda. Semasa hidupnya, ia menjadi aktivis pergerakan dan juga berteman akrab dengan berbagai tokoh nasional yang lain. Sayangnya hidupnya berakhir tragis.
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo merupakan salah satu tokoh Sumpah Pemuda yang lahir di Blora, 7 Januari 1905. Semasa mudanya, dia mengenyam pendidikan di sekolah Holland Inlandsche School (HIS) di Rembang.
Semasa menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi Kedokteran Nederlands Indische Artsen School sejak tahun 1923, ia bergabung dengan organisasi Syarikat Islam yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. Saat itulah ia tinggal di rumah Tjokroaminoto dan menjadi murid sekaligus sekretarisnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Di sanalah Kartosoewiryo tumbuh dengan integritas keislaman yang kuat serta kesadaran politik yang tinggi. Sayangnya hidupnya berakhir tragis.
Lalu bagaimana perjalanan hidupnya? Berikut selengkapnya:
Seorang Aktivis
blogspot.com
Pada tahun 1923, Kartosoewirjo banyak terlibat dengan organisasi pergerakan nasionalisme Indonesia di Surabaya. Saat itu, di Surabaya memang muncul banyak pergerakan kaum nasionalis yang berkumpul dan berdebat tentang cita-cita bagaimana bentuk Indonesia di masa depan.
Pada awalnya, Kartosoewirjo bergabung dengan gerakan pemuda Jong Java. Saat itu ia terpilih menjadi Ketua Jong Java Cabang Surabaya. Pada tahun 1925, ia terpilih menjadi ketua organisasi Jong Islamieten Bond (JIB). Melalui gerakan inilah ia berkenalan dengan tokoh-tokoh utama pergerakan seperti Agus Salim dan HOS Tjokroaminoto.
Saat itu, awalnya ia akrab dengan pemikiran “kiri” sosialisme karena banyak membaca buku-buku pamannya, Kartodikromo. Namun sejak menikah dengan Siti Dewi Kalsum, seorang putri tokoh terkemuka PSII, ia memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam.
Guru Kartosoewirjo
©©2012 Merdeka.com/ilusrasi
Dilansir dari uin-alauddin.ac.id, pengetahuan Kartosoewirjo tentang Islam ia pelajari secara otodidak lewan buku-buku berbahasa Belanda dan pertemuannya dengan sejumlah kiai. Guru ngaji pertamanya adalah Notodiharjo, seorang aktivis Partai Sarikat Islam Indonesia sekaligus Muhammadiyah di Bojonegoro.
Sementara itu, gurunya di dunia pergerakan sekaligus guru Islam terbesarnya adalah Tjokroaminoto. Terpesona oleh wibawa pria yang dijuluki Belanda “raja tanpa mahkota” itu, Kartosoewirjo melamar jadi muridnya dan mondok di rumahnya di Surabaya. Untuk membayar uang pondokan, ia bekerja sebagai redaktur surat kabar Fadjar Asia. Di sanalah ia bertemu dan berteman akrab dengan Soekarno yang juga sama-sama tokoh pergerakan.
Menolak Jadi Menteri
Handout/Hari Terahir Kartosoewirjo/Fadli Zon
Saat masa perang kemerdekaan 1945-1949, Kartosoewirjo terkenal dengan sikap kerasnya yang sering bertentangan dengan pemerintah, termasuk saat ia menolak perintah dari pemerintah pusat agar seluruh Divisi Siliwangi mundur ke Jawa Tengah sebagai konsekuensi dari Perjanjian Renville.
Bahkan ia pun menolak posisi menteri yang ditawarkan Amir Sjarifuddin yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri. Pada waktu itu, Sugondo Djojopuspito yang kenal baik dengan Kartosoewirjo saat peristiwa Sumpah Pemuda membujuk Kartosoewirjo untuk jadi menteri. Namun Kartosoewirjo menolak kalau dasar negaranya bukan Islam.
Kematian Kartosoewirjo
Handout/Hari Terahir Kartosoewirjo/Fadli Zon
Kekecewaan Kartosoewirjo terhadap pemerintah pusat semakin membulatkan tekadnya untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII). Ia kemudian mempoklamirkan NII pada 7 Agustus 1949. Tercatat beberapa daerah menyatakan menjadi bagian dari NII terutama Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
Pemerintah Indonesia kemudian bereaksi dengan menjalankan operasi untuk menangkap Kartosoewirjo. Gerilya NII melawan pemerintah ini berlangsung lama. Pemberontakan Kartosoewirjo baru berakhir ketika aparat keamanan menangkapnya setelah melalui perburuan panjang di wilayah Gunung Rakutak, Jawa Barat pada 4 Juni 1962.
Kartosoewirjo kemudian dihukum mati pada 5 September 1962 di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu. Sebagai presiden, Soekarno pun mengaku berat saat harus menandatangani vonis mati sahabatnya itu.
“Pada 1918, ia adalah seorang sahabatku yang baik. Kami bekerja bahu membahu bersama Pak Tjokro demi kejayaan Tanah Air. Pada Tahun 20-an di Bandung kami tinggal bersama, makan bersama, dan bermimpi bersama-sama. Tetapi ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, dia berjuang semata-mata menurut azas agama,” kata Soekarno mengenai sosok Kartosoewirjo diambil dari buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”.