Kisah Hidup Sofia WD, Artis Legendaris yang Pernah jadi Pejuang Kemerdekaan
Kariernya sebagai pemain film dan sutradara begitu cemerlang.
Kariernya sebagai pemain film dan sutradara begitu cemerlang.
Kisah Hidup Sofia WD, Artis Legendaris yang Pernah jadi Pejuang Kemerdekaan
Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan dengan cucuran darah para pejuang. Mereka memiliki tugas masing-masing, salah satunya sebagai pasukan mata-mata atau yang dikenal dengan intelijen.
-
Apa arti dari LO dalam konteks acara atau kegiatan? Liaison Officer (LO) profesional yang bertugas sebagai penengah hubungan antara perusahaan atau organisasi satu dengan yang lain.
-
Artis siapa yang menjadi atlet berkuda? Aktris Nabile Syakieb lama tak muncul di layar kaca. Rupanya perempuan berusia 38 tahun ini kini menjadi atlet berkuda.
-
Apa yang dilakukan Wina Talia, Wishnutama, dan Gista Putri saat wisuda Sultan? Memperingati kelulusan SMA anak mereka, Wina Talia dan Wishnutama hadir untuk menyaksikan wisuda Sultan. Dalam upacara tersebut, Wina, Wishnutama, dan Gista Putri berdiri di sebelah Sultan, memberikan dukungan pada saat yang spesial ini.
-
Kenapa banyak artis yang takjub dengan rumah Soimah? Rumah ini tak hanya indah, tapi juga nyaman. Soimah dengan sengaja mempersiapkan fasilitas yang membuat para tamu betah.
-
Apa arti dari "Sholawat Munjiyat"? Sholawat munjiyat artinya "Sholawat Penyelamat".
-
Apa arti dari garis tangan lurus? Arti garis tangan lurus ini dikaitkan sebagai individu yang positif, percaya diri, cerdas, dan mampu membuat keputusan dengan baik.
Salah satu pejuang itu adalah Sofia. Saat perang revolusi, ia berjuang bersama sang suami, Eddy Endang. Namun di tengah perjuangan itu, sang suami diculik dan dibunuh oleh kelompok DI/TII.
Sofia sangat terpukul atas kematian suaminya. Kemudian dengan menyamar sebagai istri seorang tukang minyak tanah, ia masuk ke Kota Bandung bersama anak-anaknya. Di sana membuka warung nasi kecil-kecilan.
Setelah kematian sang suami, Sofia keluar dari dinas kemiliteran dan fokus pada bisnis warung makan. Saat itu Sofia sempat dekat dengan seorang perwira angkatan udara bernama Wagino Dachrin Mochtar atau dikenal WD Mochtar.
Namun kedekatan itu tak berlanjut karena ia masih terbayang atas kematian suaminya. Belum lagi kondisi revolusi yang serba tak menentu pada saat itu.
Suatu hari warung nasi Sofia didatangi oleh kru rombongan kelompok pementasan sandiwara Fifi Young. Setelah makan di warung tersebut, para kru ternyata merasa cocok dan makan di situ selama pentas di Bandung. Tak disangka, suami Fifi Young, Njoo Cheong Seng, mengajak Sofia untuk ikut berakting bersama perusahaannya. Sofia menerima tawaran tersebut dan berangkat ke Jakarta. Selama tinggal di Jakarta, Sofia dua kali ikut menjadi pemain sandiwara. Dari sinilah kariernya melejit. Ia banyak dilirik untuk membintangi film. Ia kemudian membintangi film pertamanya yang berjudul “Air Mata Mengalir di Citarum”.
- Kisah Hidup Baby Huwae, Artis Serba Bisa Berdarah Maluku yang Dekat dengan Presiden Soekarno
- Kisah Hidup Pelawak Legendaris Kardjo AC DC, Tak Direstui Jadi Seniman hingga Terkenal Bersama Srimulat
- Sosok Njoo Cheong Seng, Penulis Sastra Melayu dan Sutradara Legendaris Keturunan Tionghoa
- Mengenang Sosok Abdul Kadir, "Si Kancil" Andalan Timnas Indonesia yang Mulai Terlupakan
Saat film ini tayang, banyak teman Sofia yang bangga sekaligus terharu. Apalagi jalan cerita film tersebut mirip sekali dengan kisah hidup Sofia dan suaminya dulu, Eddy Endang. Sejak saat itu nama Sofia makin berkibar di dunia perfilman. Namanya semakin melejit setelah ia diperistri oleh Eswaldi, lelaki Indo-Jerman yang berprofesi sebagai sutradara sekaligus pelawak.
Karier Sofia di dunia perfilman begitu moncer. Ia sukses membintangi ratusan judul film. Bahkan ia juga kemudian menjadi sutradara dan pimpinan produksi.
Film pertama yang ia sutradarai berjudul “Badai Selatan” pada tahun 1960. Film ini mendapat penghargaan khusus pada ajang Festival Film Berlin tahun 1963. Selain itu, film ini juga mempertemukan kembali Sofia dengan WD Mochtar. Namun saat itu hubungan keduanya tak lebih dari sekedar sahabat dan mitra kerja saja.
Tahun 1962 Eswaldi meninggal dunia. Setahun kemudian WD Mochtar melamar Sofia sebagai istri. Sejak saat itu Sofia menambah nama “WD” di belakang nama aslinya.
Bersama WD Mochtar, Sofia memproduksi film-film laga seperti “Si Bego dari Muara Condet”, “Singa Betina dari Marunda”, dan “Si Bego Menumpas Kucing Hitam”.
Kiprah Sofia WD sebagai sutradara semakin bersinar. Banyak filmnya yang mendapat penghargaan. Salah satunya film “Mutiara dalam Lumpur”. Sofia WD juga ikut berperan dalam film G30S PKI” sebagai pemeran pendukung. Sofia WD meninggal dunia pada 23 Juli 1986 di Rumah Sakit Cikini, Jakarta. Saat itu usianya 62 tahun. Sebagai veteran perang, ia dimakamkan secara militer di TMP Kalibata.