Kisah Inspiratif IRT Asal Kaltim Buka Usaha Batik, Modal Awal Rp3 Juta Kini Hasilkan Omzet hingga Rp300 Juta Per Bulan
Bagi Ibu Putri, ada kepuasan tersendiri saat ia berhasil membuat karya batik.
Ibu Haji Putri Arofah adalah anak semata wayang di keluarganya. Sejak kecil ia dididik oleh kedua orang tuanya untuk hidup mandiri.
Bekal hidup mandiri itulah yang ia bawa saat ia kemudian menjalani kehidupan rumah tangga. Walaupun sehari-hari menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga, namun ia juga ingin menghasilkan uang sendiri. Pada akhirnya ia kini punya usaha produksi kain batik dengan omzet mencapai Rp300 juta per bulan.
-
Siapa yang menginisiasi pembuatan Batik Pecel? Pembuatan Batik Pecel diprakarsai oleh Sri Murniati, pemilik Galeri Batik Murni Madiun.
-
Bagaimana Mbok Mase merekrut perajin batik? Ketika berkecimpung dalam dunia usaha batik, Mbok Mase juga berperan dalam merekrut para perajin batik. Dalam merekrut perajin, ia banyak mengambil warga Kampung Laweyan.
-
Di mana batik encim berasal? Pekalongan adalah kota di pesisir utara Pulau Jawa yang pada zaman dahulu dijadikan sebagai pelabuhan besar untuk disinggahi oleh kapal-kapal dari berbagai penjuru dunia seperti Cina, Arab, dan Eropa.
-
Kapan motif batik kawung diciptakan? Mengutip iwarebatik.org, motif kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam (1593-1645).
-
Apa yang menginspirasi Batik Pecel? Batik Pecel terinspirasi dari masakan asli Madiun yaitu pecel. Pecel merupakan makanan yang terdiri dari beberapa sayuran dan dipadukan dengan bumbu kacang bercita rasa manis, gurih, dan pedas.
-
Apa keunikan dari batik tulis Bayat? Batik tulis khas Bayat itu unik karena memakai pewarna alami. Pelaku usahanya juga memiliki misi pelestarian lingkungan.
“Menurut saya perempuan harus punya usaha karena bisa memperkuat fondasi rumah tangga. Dengan perempuan berusaha anak mau sekolah, anak mau beli skincare, nggak usah nunggu uang suami. Kalau kita mengharapkan hasil suami, cukup sih, tapi nggak secukup-cukupnya itu,” kata Ibu Haji Putri Arofah dikutip dari YouTube Moslem Society pada 4 Agustus 2024 lalu.
Berikut selengkapnya:
Berawal dari Pandemi
Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.
Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.
Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
- Kisah Inspiratif Pak Kliwon, Sang Perajin Batik Difabel Asal Semarang
- Ciptakan Karya Batik Lukis, Seniman Ini Punya Cara Unik untuk Kenalkan Batik Demak
- Terinspirasi dari Lingkungan Sekitar, Ini Makna Batik Melati Pandanwangi dan Sejuta Bunga Khas Madiun
- Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa
“Saya gadaikan cincin Rp3 juta untuk beli kain sama material. Karena sisa limbah yang dari balai itu kan cuma sedikit. Bahkan saking belum pintarnya membatik kalau salah kita buang dan kita buang lagi. Kami nggak tahu kalau itu bisa dimanfaatkan lagi,” kata Ibu Putri.
Kepuasan Tersendiri
Walaupun harus rela berkotor-kotor, namun bagi Ibu Putri ada kepuasan tersendiri saat berhasil menghasilkan sebuah karya batik. Apalagi tidak semua orang bisa membatik. Menurutnya, dalam proses membatik butuh ketenangan diri, butuh perenungan, dan khayalan demi bisa berkarya menghasilkan batik dengan cita rasa seni.
“Yang saya sukai itu di saat menggores sama mewarnai. Di saat menggores itu kita menemukan jati diri kita, kita temukan jawaban yang ada di hati kita. Sedangkan kalau mewarnai itu seperti perjalanan hidup,” ungkapnya.
Harga Batik
Di tempat usaha batiknya, Ibu Putri mempekerjakan delapan orang karyawan. Pekerjanya terdiri dari tukang cap, tukang tulis, tukang tutup, tukang warna, dan admin. Ia menggaji karyawannya dengan sistem harian. Untuk sehari dari jam 09.00-12.30, ia menggaji seorang karyawan Rp70 ribu. sementara untuk tukang capnya digaji bulanan dengan gaji Rp3 juta per bulan.
Untuk harga batiknya di kisaran Rp250 ribu hingga Rp700 ribu per lembar.
“Yang membedakan dari setiap harga adalah proses dan warna. Sama-sama cap tapi punya nilai beda, sama-sama tulis tapi punya warga beda,” ujar Ibu Putri.
Modal Kecil untung Melimpah
Untuk memulai usaha itu, Ibu Putri mengaku hanya butuh modal Rp2,8 juta. Namun dari usaha dengan modal seadanya ia kini telah memperoleh keuntungan melimpah. Bahkan dari penghasilan itu, ia sudah bisa membeli kendaraan dan membangun galeri sendiri. Omzetnya per bulan berada di kisaran Rp100-150 juta.
“Dulu bermimpi saya dikejar duit pada saat itu. Sekarang dikejar duit ngos-ngosan juga, karena otak dan tenaga harus diperas semua. Tapi karena itu kita harus komitmen dengan diri sendiri. Aku harus bisa, aku harus seperti putri,” pungkas Ibu Putri.