Kisah Perjuangan Kyai Makmur, Pahlawan Kemerdekaan dari Pemalang yang Tewas Tertembak Belanda
Kyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Kyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Kisah Perjuangan Kyai Makmur, Pahlawan Kemerdekaan dari Pemalang yang Tewas Tertembak Belanda
Di tepi Jalan Raya Pantura yang berada di Kabupaten Pemalang, terdapat sebuah tugu peringatan berwarna putih dengan garis tepi warna merah. Di sanalah dulu Kyai Makmur bersama adiknya tewas tertembak.
-
Di mana Khayru Kuliah? Saat ini, Khayru sedang menempuh pendidikan di Monash University Australia.
-
Siapa Kyra Wahab? Ariyo Wahab jadi sorotan netizen gara-gara anak sulungnya, Kyra Wahab, yang cantik banget dan udah tambah dewasa.
-
Apa bentuk nisan makam Kyai Jatikusumo? Dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia, bentuk nisan makam Kyai Jatikusumo merujuk era akhir 1400-an hingga 1500-an pertengahan. Makamnya berbentuk bangun persegi dengan bahu yang tinggi hingga mendekati mustaka atau kepala nisan.
-
Apa makna dari "umroh mabrur"? Makna kata "mabrur" dalam konteks Islam merujuk kepada perbuatan yang diterima atau diterima dengan baik oleh Allah SWT.
-
Siapa Kayra Miendra? Kayra Miendra sendiri merupakan anak kedua dari Mieke Amilia hasil pernikahan pertamanya dengan Hendra Wijaya.
-
Kenapa penemuan makam Kaisar Xiaomin penting? Temuan ini akan membantu kita memahami lebih dalam tentang kehidupan dan budaya dari masa lalu yang kini tengah terungkap melalui artefak-artefak yang ditemukan dalam makam ini.
Almarhum Kyai Makmur dan adiknya dimakamkan di TPU Pagaran Pemalang. Kini sosok Kyai Makmur dikenang sebagai salah satu nama jalan di Pemalang.
Dilansir dari Pemalangkab.go.id, Kyai Makmur dilahirkan di Desa Pelutan, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang pada tahun 1906. Ayahnya, KH Nawawi, merupakan seorang penghulu dan imam sholat di Masjid Agung Pemalang.
Kyai Makmur merupakan anak pertama dari sebelas bersaudara. Pada 1921, Kyai Makmur melanjutkan pendidikan di Presantren Grobogan dan kemudian pindah ke Pesantren Godong di Purwodadi.
Tahun 1922, Makmur bersama kakak sepupunya menempuh pendidikan di Pesantren Jamsaren, Solo. Ia kemudian kembali ke Pemalang pada tahun 1925.
Tak lama kemudian Kyai Makmur melanjutkan pendidikan di Pesantren Tebu Ireng. Setelah 6 tahun belajar di Tebu Ireng, ia kembali ke Pemalang.
Saat berusia 26 tahun, Kyai Makmur diperintahkan oleh gurunya dari Pesantren Tebu Ireng, Kyai Hasyim Asy’ari, untuk membuka pondok pesantren salafiah.
Saat itu juga ia menikah dengan Samnah, seorang anak mantan penghulu yang berasal dari Tegal. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai empat orang anak yaitu tiga laki-laki dan satu perempuan.
Pada tahun 1946, Kyai Makmur menjadi seorang pemimpin pasukan dan diangkat sebagai Bupati Pemalang.
Namun era pemerintahannya hanya berjalan sembilan bulan. Pada 14 Oktober 1947 ia ditembak mati oleh Belanda pada Agresi Militer I karena tidak mau diajak bekerja sama.
- MK Tolak Gugatan Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Kaesang Terganjal Maju Pilgub
- Kisah Perjuangan Kidung & Gading, Anak Kembar dari Keluarga Kurang Mampu yang Lolos Jadi Casis Polri
- Kisah Makam Keramat Marongge Sumedang, Diyakini Jadi Pelet yang Bisa Pikat Lawan Jenis hingga Manjur untuk Karier
- Kisah Pembunuhan Keluarga Pribumi di Negeri Belanda, Pelaku Pembantunya Sendiri
Atas perjuangan Kyai Makmur, Pemkab Pemalang berencana membangun monument pahlawan menggantikan tugu nanas madu di Alun-Alun Kota. Rencananya monumen tersebut akan dilengkapi relief kisah perjuangan Kyai Makmur