Kisah Pondok Al-Frustasiyah, Tempat Belajar untuk Para Santri yang Frustasi
Di pondok pesantren itu, para santri yang menimba ilmu di sana, umumnya adalah mereka yang mengalami depresi, frustasi, atau orang-orang yang hampir putus asa dengan beban hidup. Pondok itu memiliki nama yang unik yaitu Pondok Bodo “Al-Frustasiyah”.
Pondok pesantren pada umumnya menjadi tempat belajar bagi para santri. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, ada yang dari kalangan pejabat pemerintah, tokoh ulama, bahkan ada pula para santri nakal berlatar belakang kelam.
Di pondok pesantren pula, para santri dibimbing agar menjadi pribadi lebih baik dan memiliki ilmu agama. Masing-masing pondok pesantren, punya keunikannya sendiri-sendiri. Tak terkecuali bagi sebuah pondok pesantren yang berada di Dusun Caruban, Kecamatan Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, Rembang ini.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Di pondok pesantren itu, para santri yang menimba ilmu di sana, umumnya adalah mereka yang mengalami depresi, frustasi, atau orang-orang yang hampir putus asa dengan beban hidup. Pondok itu memiliki nama yang unik yaitu Pondok Bodo “Al-Frustasiyah”. Pondok ini memiliki sistem pembelajaran yang berbeda dari pondok pesantren kebanyakan. Berikut kisah selengkapnya:
Sejarah Pondok Al-Frustasiyah
Dilansir dari Alfrustasiyah.com, Pondok Bodo Al-Frustasiyah didirikan oleh KH. Hambali Abu Syuja’ Arruslani pada tahun 1973. Di kala mudanya, KH Hambali banyak mendapat tantangan hidup yang luar biasa, terutama dari mertuanya sendiri. Selain itu, dia juga dikenal sebagai ulama kontroversial di mana banyak kiai lain yang tak cocok dengan sepak terjangnya.
Kondisi itulah yang membuat kiai yang akrab disapa Mbah Hambali itu, meminta nasihat pada gurunya, Kyai Hamid Pasuruan. Dari gurunya itu, dia mendapat petunjuk untuk menetap di pesisir pantai utara dekat makam Nyai Ageng Maloka (kakak perempuan Sunan Bonang).
©Alfrustasiyah.com
Di tempat itu, ia mendirikan sebuah pondok tempat belajar agama. Pada awalnya, Mbah Hambali tidak memberi nama pondok itu seperti pondok-pondok pada umumnya. Para santri di sana juga hanya menyebut pondok itu pondok’e Mbah Hambali.
Namun seiring waktu, ia kemudian memberi pondok itu dengan nama Hikmatus Syari’ah. Lalu, diubah dengan nama Hikmatus Sababain, dan namanya diubah lagi menjadi Al-Frustasi dan terakhir menjadi Al-Frustasiyah.
Memiliki Sistem Pembelajaran yang Unik
Pondok Bodo (Pon-Bod) Al-Frustasiyah memiliki sistem pembelajaran yang unik. Bila pada pondok pada umumnya para santri belajar menggunakan kitab dan alat tulis, di pondok itu para santri disediakan tanah sebagai “kitab” dan cangkul sebagai “pena”-nya.
Dalam kesehariannya, para santri diajarkan untuk menggarap sawah maupun tambak yang disewa Mbah Hambali.
©Alfrustasiyah.com
Selain itu, kegiatan pengajian di Pondok Al-Frustasiyah lebih mengutamakan praktik daripada teori. Mbah Hambali juga menekankan agar santrinya bisa mengolah rasa, belajar laku batin untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Dengan metode seperti ini, Mbah Hambali ingin mencetak para santrinya untuk menjadi generasi yang mandiri dan tangguh secara lahir batin. Mereka juga bisa berwirausaha dan memiliki dasar agama yang kuat untuk menghadapi tantangan zaman.
Tempat Belajar Para Santri yang Frustasi
Sejak awal, Pondok Pesantren Al-Frustasiyah memang sudah dikenal sebagai pondoknya orang-orang yang frustasi. Dikutip dari laman resminya, pemberian nama pondok itu mengandung harapan dan doa untuk para santri yang mengalami kegalauan luar biasa, agar di kemudian hari bisa menjadi orang yang lebih berguna di tengah masyarakat.
Secara khusus, Mbah Hambali memberi gambaran tentang pondok pesantren yang ia dirikan itu dengan pernyataannya sebagai berikut:
©travelingyuk.com
“Maaf di sini tidak sombong dan tidak sesumbar, ini bukan pondok pesantren dan hanya pondok-pondokan. Siap menampung orang sing podo kesasar dan podo buyar. Selain itu juga menampung anak-anak yatim piatu dan orang yang kurang mampu serta orang yang terbeku. Terus terang di sini tempat tak terhajar dan tak usah membawa bahan bakar. Asal siap ikhtiar dan Tawakal pada Tuhan yang Maha Besar.”