Kisah Rumah Persembunyian Bung Karno di Kota Jogja, Jarang Diketahui
Salah satu tempat persembunyian Ir. Soekarno atau Bung Karno berada di Kota Yogyakarta. Di sana ada sebuah rumah tua yang dulunya pernah menjadi persembunyian sang proklamator Republik Indonesia. Lalu seperti apa keadaannya kini?
Ir. Soekarno merupakan tokoh bangsa sekaligus presiden pertama Republik Indonesia. Namun pada zaman dulu, ia merupakan sosok yang dicari pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu, berkali-kali ia harus bersembunyi dari tempat satu ke tempat lainnya.
Salah satu tempat persembunyian Ir. Soekarno atau Bung Karno berada di Kota Yogyakarta. Di sana ada sebuah rumah tua yang dulunya pernah menjadi persembunyian sang proklamator Republik Indonesia.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Kapan Soeharto mendengar berita kemerdekaan Indonesia? Di Yogyakarta dia mulai mendengar secara samar-samar tentang berita kemerdekaan Indonesia.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Kapan Soekarno diasingkan di Bengkulu? Masa pengasingan Soekarno mulai tahun 1938 sampai 1942 ini telah muncul jalinan asmara dengan Fatmawati setelah sang presiden aktif dalam kegiatan kepemudaan Bengkulu.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
Lalu seperti apa sejarahnya sehingga Bung Karno bersembunyi di tempat itu? Bagaimana pula keadaannya kini? Berikut selengkapnya:
Rumah Persembunyian Bung Karno
©2013 Merdeka.com/arie sunaryo
Seperti diketahui, rumah itu berada di Jalan Patangpuluhan, Yogyakarta. Luas rumah itu adalah 500 meter persegi dengan luas tanah 4.213 meter persegi. Di dalamnya, ada lima kamar tidur dengan dua kamar mandi dan halaman yang luas.
“Saat ini masih ada kasur bekas dipakai Sukarno dan kamar tidurnya yang 50 meter itu. Tegelnya masih asri, meja dan kursinya juga masih asri,” kata ahli waris rumah tersebut, Anggraita Sallestiani, seperti dikutip dari Liputan6.com pada 12 Agustus 2014.
Dijual Lewat Situs Online
©2023 liputan6.com
Pada Juli 2013, rumah itu dijual melalui situs online Tokobagus.com. Di situs tersebut, rumah itu ditawarkan seharga Rp29.491.000.000.
Menurut Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), rumah tersebut sebenarnya layak untuk dijadikan cagar budaya. Mereka mengkritisi pemerintah yang tak peduli dengan permasalahan rumah bersejarah di Indonesia.
“Fakta di lapangan menunjukkan bahwa bangunan bersejarah itu sampai saat ini belum ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah,” kata Koordinator Madya, Jhohannes Marbun, dikutip dari Merdeka pada 17 Juli 2013.
Saksi Bisu Peristiwa Bersejarah
©istimewa
Seperti diketahui, Ibu Kota Negara Republik Indonesia pernah dipindah dari Jakarta menuju Yogyakarta. Saat itu Presiden Soekarno harus mengungsi ke Yogyakarta dan berkantor di Gedung Kepresidenan.
Diketahui dari Liputan6.com, sejak Ibu Kota dipindah ke Yogyakarta Belanda setidaknya dua kali melancarkan agresi militer ke kota itu. Saat itu, mereka menyerang Yogyakarta dari berbagai lini. Bahkan helikopter mereka berputar-putar di atas Gedung Kepresidenan. Mengetahui kondisi ini, Soekarno beserta keluarganya naik mobil pergi mengungsi.
Mereka mengungsi ke kediaman salah satu rekannya saat kuliah di Technische Hoogeschool (sekarang ITB) yang bernama Prof. Ir. BKRT Saluku Purbodiningrat. Selama masa mengungsi itu, berbagai rapat darurat dilakukan di rumah Purbodiningrat. Para menteri datang ke rumah itu secara sembunyi-sembunyi. Penjagaan dari pengawal presiden pun sangat ketat karena banyak mata-mata Belanda.