Melacak Jejak Keberadaan Benteng Kota Lama Semarang, Telah Terkubur 200 Tahun
Keberadaan Kota Lama menjadi magnet wisatawan untuk datang ke Kota Semarang. Hanya saja tak banyak yang tahu kalau kawasan itu dulunya dikelilingi oleh benteng. Keberadaan benteng itupun sekarang masih terus dicari jejak keberadaannya. Diduga benteng itu telah terkubur selama 200 tahun.
Kawasan Kota Lama merupakan salah satu tempat paling terkenal di Kota Semarang. Di sana berdiri banyak bangunan tua peninggalan Belanda. Beberapa bangunan itu tampak terbengkalai. Namun beberapa lagi dialihfungsikan sebagai gedung perkantoran, pusat perdagangan, dan lain sebagainya.
Keberadaan Kota Lama menjadi magnet wisatawan untuk datang ke Kota Semarang. Hanya saja tak banyak yang tahu kalau kawasan itu dulunya dikelilingi oleh benteng. Keberadaan benteng itupun sekarang masih terus dicari jejak keberadaannya. Diduga benteng itu telah terkubur selama 200 tahun. Berikut selengkapnya:
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Bukti Keberadaan Benteng Kota Lama
©Balai Arkeologi Yogyakarta
Awal temuan adanya bukti keberadaan Benteng Kota Lama tidak diketahui dari jejak-jejak yang ditemukan di lapangan, melainkan dari peta peninggalan zaman Penjajahan Belanda. Pada peta kuno itu, benteng itu digambarkan berbentuk segi lima yang letaknya berada di tepi timur Kali Semarang.
Keberadaan benteng itu pertama kali diketahui dari peta Semarang tahun 1756, di mana bangunan persegi lima itu sudah tampak dalam peta. Keberadaan benteng itupun sebenarnya masih bisa diketahui dari peta di tahun 1810 hingga tahun 1813. Diduga, benteng itu dirubuhkan pada tahun 1824.
Pemukiman Mewah
©Balai Arkeologi Yogyakarta
Benteng Kota Lama itu dibangun VOC untuk melindungi orang-orang Belanda dari ancaman orang-orang Tionghoa setelah adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1740. Di dalam benteng itu dibangun berbagai fasilitas umum seperti balai kota, pertokoan, balai militer, dan juga perumahan untuk warga Eropa.
Selain itu, VOC juga membangun jalan penghubung untuk mempermudah akses warga Eropa. Pegawai dan serdadu VOC juga bermukim di tempat ini. Namun setelah VOC bubar, bangunan benteng ini diruntuhkan oleh pemerintah Kolonial Belanda sendiri untuk perluasan wilayah. Selain itu, wilayah benteng itu juga dilewati proyek jalan pos yang akan dibangun H.M Daendles.
Telah Terkubur Selama 200 Tahun
©Balai Arkeologi Yogyakarta
Melansir dari YouTube Balai Arkeologi Yogyakarta, situs benteng itu diduga telah lenyap hingga 200 tahun lamanya. Kondisinya pun sudah tertimbun tanah hingga kedalaman 2,5 meter. Hal inilah yang membuat proses ekskavasi atau penggalian menjadi sulit.
“Pada mulai kedalaman 50 cm air tanah sudah mulai keluar. Padahal kita sampai kedalaman 240 cm. Makanya kita memakai pompa air yang selalu menyala saat kita bekerja,” kata Drs. Muhammad Chawari, M.Hum, Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta.
Temuan Galian
©Balai Arkeologi Yogyakarta
Karena sudah banyaknya bangunan yang berada di sekitar wilayah bekas benteng itu, lokasi penggalian dipilih oleh tim Balai Arkeologi Yogyakarta di sebuah lahan kosong milik sebuah perusahaan gas dan tempat parkir bus milik Perum Damri.
Di lokasi tersebut tim ekskavasi menemukan adanya dua area kotak. Di salah satu kotak tim itu menemukan adanya tembok setebal 60 cm di kedalaman 120 cm. Tampak bagian atas tembok yang terbuat dari bata itu rusak.
Tembok itu sendiri memiliki lebar mencapai 50 cm dan ujung bawahnya ditemukan di kedalaman 200 cm. Kalau bagian atasnya terbuat dari bata, bagian bawahnya terbuat dari bongkahan batu.