Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.
Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
Kabupaten Demak memiliki tradisi sedekah bumi yang dikenal dengan nama Apitan. Tradisi dinamakan “Apitan” karena dilaksanakan setiap bulan Apit, yaitu sebelum bulan besar dalam penanggalan Jawa atau bulan Dzulhijjah dalam penanggalan Islam.
-
Apa itu Sedekah Rame? Mengutip dari berbagai sumber, arti dari Sedekah Rame yaitu sedekah bersama-sama.
-
Apa itu sedekah subuh? Sedekah merupakan kegiatan memberi sesuatu pada fakir miskin atau pihak-pihak yang memang membutuhkannya. Sedekah ini di luar dari kewajiban seorang umat Islam dalam melakukan zakat dan zakat fitrah. Pemberian yang dilakukan pada sedekah disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pemberi bantuan itu sendiri. Maka, sedekah subuh ialah melakukan sedekah yang diberikan pada mereka yang berhak menerimanya dan dilakukan pada waktu setelah sholat subuh.
-
Kapan Sawah Segar Sentul buka? Sawah Segar Sentul buka setiap Selasa–Minggu pukul 09.00-18.00 WIB saat weekdays. Saat weekend, buka pukul 08.00-18.00 WIB.
Mengutip Demakkab.go.id, Apitan atau sedekah bumi digelar sebagai ikhtiar masyarakat Demak serta ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah di tahun sebelumnya.
Selain itu, pada acara tersebut mereka berharap bisa terhindar dari musibah dan mara bahaya serta diberi hasil panen yang melimpah lagi.
Keseruan tradisi itu terlihat dalam sebuah reportase dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (22/5). Dalam video liputan, terlihat warga saling berebut hasil bumi yang berada di gunungan itu.
Tanpa menunggu lama, empat gunungan hasil pertanian dan laut yang berada di halaman Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Demak, jadi rebutan warga.
Tak memandang tua ataupun muda, mereka merebut aneka sayur dan hasil tangkapan laut yang menghiasi gunungan. Hasil rebutan gunungan akan dimasak di rumah. Warga percaya bahwa sajian dalam gunungan akan membawa berkah.
“Ini mau saya masak oseng-oseng. Harapannya baik semua. Biar selamat, panjang umur, bagas waras,” kata Sujinah, warga Desa Surodadi.
Ada Hasil Tangkapan Laut
Gunungan di Desa Surodadi terbilang cukup unik. Hal ini dikarenakan di sana ada hasil tangkapan laut seperti kerang, ikan tengiri, kepiting, hingga ikan bandeng.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga digelar guna mempertahankan warisan budaya leluhur. Hal itulah yang diungkap Kepala Desa Surodadi, Supriyanto.
“Kami mengajak masyarakat untuk merasa memiliki kegiatan tersebut. Biar kegiatan tersebut tidak punah. Kalau kita selaku pemerintah desa hanya mencarikan sponsor atau biaya utuh dari pemerintah desa, maka masyarakat tidak merasa memiliki. Sehingga nanti pada saat kepemimpinan kami berubah ke pemimpin baru, maka program dari kegiatannya akan berubah. Saya takut budaya ini akan hilang,”
kata Supriyanto dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
- Ketinting Kiluan, Perahu Tradisional Andalan Masyarakat Teluk Kiluan yang Tangguh Membelah Lautan
- Keseruan Tradisi Praonan di Pasuruan, Warga Ramai-Ramai Naik Perahu Nelayan Rayakan Lebaran Ketupat
- Mencicipi Kue Ka Khas Pulau Seribu, Hanya Ada saat Ritual Nelayan Pulang Melaut
- Serunya Tradisi Sedekah Laut di Brebes, Bentuk Rasa Syukur Para Nelayan
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur. Puncaknya adalah membawa gunungan berkeliling desa diiringi badut wayang.