Memahami Arti dari Prosesi Jamasan Keris, Penuh Simbol dan Nilai Filosofi
Selama ini, jamasan pusaka selalu dikaitkan dengan hal-hal metafisik.
Selama ini, jamasan pusaka selalu dikaitkan dengan hal-hal metafisik.
Memahami Arti dari Prosesi Jamasan Keris, Penuh Simbol dan Nilai Filosofi
Pada masyarakat Jawa, jamasan keris dilakukan setahun sekali. Tepatnya setiap Bulan Suro. Tak hanya sekadar membersihkan keris, prosesi jamasan merupakan sebuah ritual yang penuh simbol dan makna filosofis.
Kerumitan prosesi Jamasan Pusaka dibongkar oleh para seniman dari Sanggar Kejeling yang berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal.
-
Apa yang dimaksud dengan "jodoh kembar" dalam tradisi Jawa? Menurut kepercayaan Jawa, anak kedua dan anak ketiga disebut sebagai "jodoh kembar" atau "lurah wracikan". Mereka diyakini dibawa oleh takdir sebagai pasangan yang sempurna satu sama lain.
-
Apa saja yang dilakukan dalam tradisi Larung Kepala Kerbau? Salah satu tradisi yang masih bertahan sampai sekarang adalah Larung Kepala Kerbau atau disebut juga dengan Tradisi Lomban. Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir terutama yang berprofesi seorang nelayan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Apa itu tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari.
-
Apa yang menjadi bahan baku pembuatan keris? Di Kerajaan Majapahit, banyak para empu yang jago membuat keris. Keris terbuat dari besi. Lantas di mana para empu itu memperoleh bahan baku pembuatan keris? Salah satu sentra besi di Kepulauan Nusantara itu berada di Luwu dan Banggai.
-
Apa yang menjadikan Keris Puputan Klungkung sangat bersejarah? Keris Pusaka yang Menyimpan Sejarah Peristiwa Puputan Klungkung Peristiwa Puputan Klungkung menjadi titik awal terpisahnya keris pusaka Klungkung dari tanah airnya.
Selama ini, jamasan pusaka selalu dikaitkan dengan hal-hal metafisik. Apalagi setiap bilah keris yang akan dibersihkan harus melewati syarat-syarat penyediaan ubo rampe seperti jajanan pasar, wewangian berupa dupa dan minyak, air kelapa, serta berbagai bunga-bungaan seperti kantil, mawar, dan Melati, serta tumpengan.
Prosesi jamasan dimulai dengan pembacaan doa dengan diiringi alunan musik gamelan. Setelah itu barulah prosesi jamasan bisa dimulai.
Kenapa prosesi jamasan harus dilakukan di Bulan Suro?
Rinto Murdomo, salah satu empu atau pembuat keris mengatakan, pada Bulan Suro orang-orang Jawa punya kebiasaan berdoa kepada Sang Pencipta agar tahun ke depan berjalan baik.
“Pada zaman dahulu, para sepuh melakukan penelitian secara terus-menerus. Misal anak lahir hari Selasa Pon, tanggal 3, itu wataknya seperti ini, jenis pusakanya seperti ini, besok laku hidup seperti ini. Mereka melakukan penelitian itu secara terus menerus sehingga mereka mempunyai basis data yang digunakan sebagai pisau analisis agar dalam mereka menjalani kehidupan mendapatkan keberuntungan. Jadi tidak ada kata takhayul atau syirik. Karena itu basis data yang pasti seperti matematika, statistika probabilitas,”
kata Rinto dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Rinto mengatakan, pusaka keris yang dimiliki seseorang merupakan cerminan dari pemiliknya. Membersihkan pusaka sama saja dengan membersihkan hati pemiliknya. Dengan membersihkan pusaka itu, harapannya bisa menghilangkan pikiran jelek dan nafsu buruk dari pemiliknya, sehingga yang tertinggal di dalam dirinya adalah hal yang baik-baik dalam mengarungi tahun berikutnya.
- 5 Makna Jajanan Pasar yang Dibawa dalam Upacara Lamaran Adat Jawa, Mengandung Filosofi Mendalam Bikin Terkesima
- Mengenal Silat Harimau, Seni Bela Diri dengan Serangan Mematikan Bak Hewan Buas dari Minangkabau
- Punya Arti Filosofi, Ini Tujuan Program Berbagi Ketupat kepada Masyarakat
- Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam
Kolektor keris, Agus Raharjo, mengatakan bahwa jamasan pusaka juga diartikan sebagai bentuk perawatan dari keris itu sendiri. Salah satunya adalah menjaga agar besi pada keris tidak berkarat.
“Sebelum ada sanggar ini, saya menjamasi sendiri keris-keris saya di rumah. Mistisnya itu kerasa banget. Karena semua saya lakukan sendiri di kamar, rasanya berat. Dengan melakukan secara bersama-sama doa kita disangga bareng-bareng,” ungkapnya.
Prosesi jamasan itu sendiri diiringi oleh musik karawitan. Alfian Halif, seorang pengrawit dari generasi milenial, mengatakan bahwa, saat membawakan musik tersebut, perasaannya langsung menyatu dengan suasana prosesi itu.
“Saya nggak merasakan klenik atau hal mistis yang berada di sekitarnya. Justru saya mendapatkan pengalaman bisa merasakan suasana untuk upacara tertentu,” ujar Halif.
Prosesi jamasan itu diakhiri dengan pemotongan tumpeng. Hasil dari tumpeng itu kemudian dimakan bersama oleh para peserta upacara. Budayawan Sindu Wongso berharap, dalam upacara itu para empu atau pembuat keris bisa hadir.
“Biar greget. Kita melakukan jamasan dihadiri oleh pembuat benda pusaka tersebut. Seperti kita mencuci sepeda motor dan yang punya sepeda motor melihat. Apa tidak bangga,” ujar Sindu.