Mencicipi Nikmatnya Kopi Khas Boyolali, Bercita Rasa seperti Buah Nangka
Pada umumnya, kopi memiliki rasa yang cenderung pahit. Namun kopi di Boyolali ini bukan kopi biasa. Rasanya berbeda dari kopi-kopi lainnya. Kopi ini merupakan jenis endemik yang hanya bisa ditemukan di lereng Gunung Merapi dan Merbabu. Masyarakat sekitar biasa menyebutnya dengan nama kopi nangka.
Pada umumnya, kopi memiliki rasa yang cenderung pahit. Namun kopi di Boyolali ini bukan kopi biasa. Rasanya berbeda dari kopi-kopi lainnya. Kopi ini merupakan jenis endemik yang hanya bisa ditemukan di lereng Gunung Merapi dan Merbabu. Masyarakat sekitar biasa menyebutnya dengan nama kopi nangka.
Seperti namanya, kopi nangka rasanya manis seperti buah nangka. Kopi ini telah ada sejak zaman Penjajahan Belanda, tepatnya pada abad ke-18. Pelestarian kopi ini diturunkan dari generasi ke generasi.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Namun sayang, makin ke sini keberadaan kopi nangka ini semakin langka. Berikut selengkapnya:
Kopi Langka
©YouTube/Liputan6
Penyebutan kopi nangka bukan sekadar karena aroma nangkanya yang kuat, tapi biji kopinya juga lebih besar jika dibandingkan dengan kopi arabika dan robusta. Ukuran inilah yang kemudian dikaitkan dengan biji nangka yang besar.
Seorang petani kopi nangka bernama Eko Budi Saroso mengatakan, keberadaan kopi nangka saat ini sudah termasuk langka. Kopi ini sulit ditemui di kedai-kedai kopi perkotaan.
“Karena kopi ini sangat jarang sekali yang membudidayakan. Tapi kalau mereka mau datang ke Omah Kopi Ngemplak di Banyuanyar, pastinya bisa menikmati kopi nangka yang rasanya unik,” kata Eko dikutip dari YouTube Liputan 6 pada Jumat (26/8).
Perlu Dilestarikan
©YouTube/Liputan6
Ketua Gapoktan Desa Banyuanyar, Meri, mengungkapkan apresiasinya bagi warga di tempatnya yang tetap mengolah kopi ini. Padahal tidak diragukan lagi kalau kopi tersebut punya keunikannya tersendiri.
“Sehingga kopi di sini akan lestari sesuai apa yang kami harapkan. Ternyata kopinya lebih enak dan lebih menyenangkan. Harumnya harum buah nangka. Sehingga khasnya lebih enak lagi. Sehingga itu perlu dilestarikan serentak,” kata Meri dikutip dari Jatengprov.go.id.
Bisa Menyejahterakan Masyarakat
©YouTube/Liputan6
Meri mengatakan, potensi kopi nangka juga bisa diandalkan untuk menyejahterakan masyarakat. Apalagi pemesan kopi ini tak hanya berasal dari daerah sekitar, namun juga luar daerah.
“Yang menjadi keunikan lain, masyarakat semakin senang karena harganya semakin meningkat. Harga kopi yang sudah di-roasting itu Rp 20.000. sekarang sudah pemesanan roasting dari luar daerah,” kata Meri.
Meri juga turut mengimbau pada masyarakat untuk menanam kopi secara organik pada lahan sekitar 15 hektar kebun kopi yang ada di Desa Banyuanyar. Kulit kopi itu dapat dipakai untuk makan ternak, sementara kotoran ternak digunakan sebagai pupuk sehingga menjadikannya kopi organik.