Mengenal Festival Bhumi Atsanti di Magelang, Kolaborasi Seniman Lintas Daerah Ajak Kepedulian Masyarakat Terhadap Isu Lingkungan
Tercatat ada 350 seniman dari 18 kelompok kesenian yang terlibat dalam acara itu.
Setiap individu atau kelompok punya cara masing-masing dalam mengekspresikan ide atau gagasan mereka. Para seniman asal Magelang dan daerah sekitarnya mengadakan acara Festival Bhumi Atsanti (FBA) pada 4-6 September 2024 di Dusun Bumisegoro, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur.
Festival tersebut mengangkat tema “Hayuning Roso” dengan menyesuaikan terhadap isu lingkungan, menggerakkan kepedulian terhadap lingkungan, terhadap bumi, sejalan dengan filosofi Jawa “memayu hayuning bawana” yang bermakna ikut mempercantik bumi.
-
Apa yang dirayakan di Festival Bunga Bandungan? Setiap tahun warga Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang menggelar festival bunga.
-
Untuk apa Festival Bunga Bandungan diadakan? Dilansir dari ANTARA, festival bertajuk Jagad Kembang Kumandang itu dilakukan sebagai ajang pariwisata.
-
Kenapa Festival Sepekan Tamansuruh diselenggarakan? "Tamansuruh dikenal dengan lokasinya yang sangat sejuk, berada di kaki Ijen. Di sana juga dikenal dengan Agro Wisata Tamansuruh yang sangat asri. Festival ini untuk mengangkat kekayaan wisata dan tradisi Desa Tamansuruh ini," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Senin (17/7/2023).
-
Apa yang dirayakan dalam Festival Tabot? Festival Tabot yang digelar setiap 1 sampai 10 Muharram pada kalender Islam ini bukan hanya sekedar acara biasa. Acara ini merupakan rekreasi atau memperingati peristiwa tragis yang dialami oleh Cucu Nabi Muhammad bernama Hasan Hussein.
-
Kapan Festival Bunga Bandungan digelar tahun ini? Tahun ini, Festival Bunga Bandungan digelar pada Minggu (28/7).
-
Dimana Festival Tabot diselenggarakan? Pesta budaya Bengkulu yang diselenggarakan rutin setiap bulan Muharram ini menjadi salah satu potensi destinasi wisata religi yang paling dinanti.
“Lewat kesenian harapannya masyarakat lebih peka dengan isu-isu lingkungan hidup dan cara untuk berperilaku serta lebih bersahabat dengan alam,” ujar Ketua Yayasan Atma Nusvantara Jati, MF Nilo Wardhani, dikutip dari Liputan6.com pada Rabu (4/9).
Berikut selengkapnya:
Ciptakan Musik dari Barang Bekas
Tercatat ada 350 seniman dari 18 kelompok kesenian yang terlibat dalam acara itu. Mereka berasal dari berbagai kota antara lain Magelang, Yogyakarta, Bandung, Cirebon, hingga Papua. Mereka memanfaatkan barang-barang bekas untuk berkesenian.
Anak-anak dari SD Kanisius Kenalan, Borobudur, misalnya. Mereka membuat alat musik blekothek yang merupakan singkatan dari “Biar Jelek Otak Harus Melek”. Mereka menciptakan musik dari barang-barang bekas seperti kaleng, galon air, kayu, bambu, dan beragam botol.
Acara tersebut menggandeng Bakti Budaya Djarum Foundation sebagai sponsor utama serta didukung oleh beberapa perusahaan nasional maupun lokal agar memiliki jangkauan luas dalam pelestarian kebudayaan Nusantara.
- Angkat Harmoni Nusantara, Festival Kebangsaan Rayakan Keberagaman Budaya di Banyuwangi
- Mengintip Karya Seni di Mega Festival Indonesia Bertutur 2024
- Mengenal Festival Memeden Gadhu di Jepara, Bentuk Keharmonisan Nilai Budaya Manusia dan Lingkungan
- Ini Dua Festival Klungkung yang Masuk Daftar Kharisma Event Nusantara 2024 dari Kemenparekraf
Beri Kesempatan pada Siapapun
Ketua Pelaksana Festival Bhumi Atsanti, Lusia Gita, mengatakan bahwa diselenggarakannya acara itu merupakan komitmen ia beserta para seniman lainnya untuk memberi kesempatan pada siapapun untuk berkarya. Ia menambahkan bahwa festival tersebut selalu konsisten dalam menjadikan rumah dan ruang belajar kebudayaan serta ruang ekspresi dari berbagai ragam kebudayaan.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa para penampil dalam festival itu datang dari berbagai daerah. Salah satunya adalah Ki Hari Darmo dan grup kesenian jathilan Ngaran. Rencananya mereka akan membawakan pentas wayang dengan lakon “Bima Gugah” dengan durasi sekitar tiga jam.
Pertama Kali
Festival itu juga diikuti oleh para seniman dari Suku Kamoro, Papua. Pendiri Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, Luluk Intarti, mengatakan bahwa seniman dari suku Kamoro sangat senang bisa ikut terlibat dalam acara festival tersebut. Mereka pun terlihat antusias dalam belajar berbagai hal baru dan berinteraksi dengan banyak seniman dari berbagai daerah.
Para seniman dari Suku Kamoro itu terdiri dari pengukir, penari, pemain musik, dan penyanyi. Dalam tatanan Suku Kamoro, setiap orang yang berkesenian sesuai dengan hak adat wajib diteruskan menurut garis patrilineal.
“Misal kalau orang tuanya merupakan seniman penyanyi, maka anak-anaknya memperoleh hak untuk turut melanjutkan aktivitasnya sebagai penyanyi,” kata Luluk dikutip dari Liputan6.com.