Mengenal Hydroxychloroquine, Obat yang Digunakan untuk Pasien Covid-19
Obat Hydroxychloroquine memang diketahui menjadi obat yang dibutuhkan untuk mengurangi gejala dari pasien positif Covid-19.Diketahui bahwa bahan baku dari obat ini sangat sulit didapat, sebab hampir seluruh dunia berebut untuk mendapatkan obat ini.
Pandemi virus corona masih menjadi masalah besar di banyak negara. Hingga pertengahan April, lebih dari 2,5 juta orang telah terinfeksi virus yang berasal dari Wuhan, China ini.
Berbagai cara telah dilakukan sejumlah pihak untuk mencegah penyebaran virus corona. Para peneliti masih bekerja keras untuk menemukan bisa menemukan vaksin yang bisa menyembuhkan penyakit Covid-19 ini.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
-
Bagaimana cara membuat bakwan jagung? 1. Blender bahan 1 (bawang putih, temu kunci, daun jeruk, gula pasir, garam, desaku cabe bubuk, air, dan jagung pipil), pindahkan ke dalam bowl. 2. Masukkan telur, terigu, seledri, jagung pipil, dan air. Aduk rata hingga menjadi adonan. 3. Masukkan 1 sendok makan munjung adonan ke dalam wajan dengan minyak cukup panas. Lakukan hingga beberapa adonan di dalam minyak. 4. Goreng adonan hingga bagian bawah dadar jagung kuning keemasan, balik dan lanjutkan menggoreng hingga matang dan kuning kecoklatan merata. 5. Hidangkan selagi hangat.
Meski sampai saat ini vaksin virus corona belum ditemukan, para peneliti telah menggunakan beberapa obat untuk diberikan kepada pasien Covid-19, salah satunya adalah Hydroxychloroquine.
Hydroxychloroquine memang diketahui menjadi obat yang dibutuhkan untuk mengurangi gejala dari pasien positif Covid-19. Diketahui bahwa bahan baku dari obat ini sangat sulit didapat, sebab hampir seluruh dunia berebut untuk mendapatkan obat ini.
Lalu seperti apa dan bagaimana obat Hydroxychloroquine ini bekerja. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut penjelasannya untuk Anda.
Mengenal Hydroxychloroquine
AFP
Seperti dilansir dari situs Healthline, Hydroxychloroquine merupakan salah satu obat resep, artinya hanya dapat dikonsumsi dengan menggunakan resep dokter. Hydroxychloroquine berupa tablet yang diminum langsung, atau disebut juga dengan tablet oral.
Di pasaran, obat ini tersedia dengan merek dagang Planequil. Selain itu Hydroxychloroquine juga tersedia dalam versi generik. Biasanya versi generik ini bisa didapatkan dengan harga yang lebih murah. Naum dalam beberapa kasus, obat versi generik dari Hydroxychloroquine ini tidak tersedia dalam setiap kekuatan atau dosis tertentu.
Biasanya obat Hydroxychloroquine ini dikonsumsi sebagai terapi kombinasi. Di mana, penggunaan obat ini disertai dengan konsumsi obat lain. Diketahui bahwa Hydroxychloroquine diproduksi untuk mengobati penyakit lupus dan rheumatoid arthritis. Selain itu, Hydroxychloroquine juga digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria.
Bedanya dengan Chloroquine
PATRICK HERTZOG/AFP
Sebelum Hydroxychloroquine, diketahui bahwa Chloroquine telah lebih dulu digunakan untuk mengobati pasien Covid-19. Seperti dilansir dari laman Sehatq, Chloroquine digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria. Obat ini diyakini dapat bekerja menghambat masuknya virus ke dalam tubuh.
Obat Chloroquine ini kemudian sempat digunakan pemerintah China untuk diujicobakan pada pasien Covid-19. Pasien yang mendapat pengobatan ini, menunjukkan hasil rontgen paru-paru meningkat lebih baik, dapat menghambat virus dan mempercepat pemulihan.
Seiring perkembangan, saat ini telah digunakan obat baru yang masih satu jenis dengan Chloroquine, yaitu Hydroxychloroquine. Kedua obat ini memang digunakan untuk penyakit malaria. Namun berdasarkan penelitian, penggunaan Hydroxychloroquine ini dinilai lebih efektif untuk membunuh virus corona dibandingkan Chloroquine yang telah digunakan sebelumnya.
Namun penelitian lain menemukan bahwa konsumsi Hydroxychloroquine pada pasien Covid-19 terdapat kemungkinan terjadinya kerusakan hati dan ginjal. Meski demikian, hal ini masih diteliti lebih lanjut untuk memperjelas fakta.
Cara Hydroxychloroquine Bekerja
2020 Merdeka.com/ cdc
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa Hydroxychloroquine telah digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria. Dalam hal ini, berdasarkan situs Healthline, Hydroxychloroquine bekerja untuk membunuh parasit yang menjadi penyebab infeksi malaria. Namun dalam penggunaannya untuk penyakit lupus dan arthritis, masih belum diketahui secara jelas bagaimana Hydroxychloroquine bekerja.
Sedangkan dalam penanganan wabah Covid-19, Hydroxychloroquine dipercaya dapat menghambat perkembangan virus dan mencegah kondisi infeksi paru-paru yang semakin buruk. Dalam pelaksanaannya, Hydroxychloroquine dipercaya mampu mempercepat pemulihan pasien Covid-19.
Hydroxychloroquine dan Azithromycin
shutterstock
Pemerintah Indonesia sediri kini telah menggunakan obat Hydroxychloroquine untuk penanganan pasien Covid-19. Sebagai obat terapi kombinasi, Hydroxychloroquine ini dikonsumsi bersama obat Azithromycin.
Berdasarkan situs Sehatq, gabungan kedua obat ini telah dilakukan oleh peneliti Prancis. Penelitian ini dilakukan pada 20 pasien Covid-19. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua pasien yang mendapat pengobatan ini dinyatakan sembuh secara virologis. Di mana virus tidak lagi terdeteksi pada tubuh pasien.
Meskipun dinilai efektif, WHO menyebutkan bahwa penelitian yang dilakukan dalam cakupan kecil dan menggunakan metode non-acak tidak dapat menunjukkan hasil yang akurat. Sehingga dalam hal ini, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperkuat fakta yang disebutkan.