Mengenal Kesenian Ledek yang Hampir Punah di Klaten, Pertunjukan Tari Keliling Desa saat Malam Hari
Rombongan penari Ledek akan berkeliling desa di Klaten untuk mencari tanggapan. Biasanya warga akan menanggap agar usahanya lancar ataupun hajatnya terkabul.
Sebelum tahun 2000, Ledek marak dijumpai di desa-desa wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ledek ini merupakan salah satu kesenian legendaris berupa pertunjukan tari keliling yang khusus tampil pada malam hari.
Suara perangkat gamelan mini termasuk gong jadi ciri khas hadirnya kesenian Ledek di perkampungan. Biasanya, saat instrumen mulai dimainkan warga dari segala penjuru desa akan berdatangan.
-
Apa yang menjadi ciri khas kerajinan di daerah Karet Tengsin? Di wilayah Karet Tengsin, kerajinan yang jadi andalan adalah industri kulit dan batik Betawi.Perkembangannya mulai melesat pada 1950-an, dan ditandai dengan tingginya permintaan pasar dan hadirnya berbagai motif.
-
Apa yang menjadi ciri khas Klenteng Talang? Menurut laman Museum Sonobudoyo, ciri khas lawasan terlihat jelas di bagian depan klenteng lewat serambi berbentuk pendopo dengan enam tiang penyangga atap. Lalu di sisi kanan dan kiri, terdapat ruangan gudang.
-
Kapan Klenteng Talang dibangun? Klenteng Talang dulunya dibangun tahun 1450 masehi.
-
Apa yang menjadi ciri khas Kampung Legok Awi di Tasikmalaya? Jalan menanjak di depan gapura selamat datang jadi ciri khas pintu masuk Kampung Legok Awi, Desa Cukang Jaya, Kecamatan Sodong Hilir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
-
Kapan Letkol Eka Wira dilantik menjadi Pabandya Tata Laksana Sapaban 2 Minop Sapsat? Letkol Inf Eka Wira Dharmawan saat ini tengah menjabat sebagai Pabandya Tata Laksana Sapaban 2 Minop Sapsat. Ia dilantik pada 16 Februari 2024.
-
Siapakah Letkol Atang Sendjaja? Nama Atang Sendjaja diketahui berasal dari seorang prajurit kebanggaan Jawa Barat, yakni Letnan Kolonel (Letkol) Atang Sendjaja.
Para pemainnya berjumlah 4 orang, tiga di antaranya sebagai pemain musik gending serta satu sisanya seorang perempuan yang menari. Mereka tampil menggunakan pakaian tradisional, dan penarinya akan menjalankan tugasnya dengan lembut dan gemulai
Meski hampir habis masa jayanya, namun pelestari kesenian ini masih ada dan bisa dijumpai di desa-desa setempat bila beruntung.
Berangkat dari Tradisi Pertanian
Mengutip penelitian yang ditulis oleh Widya Budi Prayogo dari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Senin Universitas Negeri Yogyakarta berjudul “Kajian Tema Dan Amanat Legenda-Legenda Dari Kabupaten Klaten, Jawa Tengah” kesenian ini dikabarkan berangkat dari tradisi pertanian.
Ledek, biasanya dipentaskan pasca panen sebagai bentuk kegembiraan warga karena hasilnya amat memuaskan. Ledek dipentaskan pada malam hari karena siang harinya para warga sibuk melaksanakan kegiatan panen raya.
Adapun, asal usul Ledek disebut berasal dari wilayah Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
- Mengenal Gelek Gelombang, Seni Bela Diri Masyarakat Suku Kluet yang Mulai Dilupakan
- Penemuan Jasad Lelaki Tergantung dengan Tangan Terikat ke Belakang
- Mudik Lebaran 2024, Pemudik di Lampung Antre 3 Jam untuk Masuk Kapal ke Merak
- Menelusuri Jalur Klenik Para Caleg Jelang Pemilu 2024, Mandi Kembang di Tengah Malam hingga Ziarahi Makam Keramat
Dipentaskan Pada Malam Hari Menggunakan Penerangan Lampu Cempor
Keunikan dari kesenian Ledek adalah penampilannya yang lazim dijumpai pada malam hari. Biasanya, rombongan sudah mulai berkeliling setelah petang hari sampai menjelang tengah malam.
Mereka akan berkeliling dari desa ke desa, dan mencari warga yang berniat menanggap penampilannya. Wilayah yang dituju adalah seluruh kecamatan di Klaten, termasuk Wedi, Bayat hingga Gantiwarno.
Untuk menarik perhatian warga, pemain musik sesekali menabuh kendang atau gong sehingga para penghuni rumah akan datang memenuhi titik pertunjukan. Saat pertunjukan dimulai, lampu cempor berbahan bakar minyak tanah lantas dinyalakan sebagai penerang.
Bisa Ditanggap Dadakan
Keunikan Ledek selain ditampilkan pada malam hari, adalah bisa ditanggap dadakan oleh warga yang melihatnya. Ledek pun akan bersedia menampilkan pertunjukannya di halaman rumah si penanggap dan akan diikuti warga-warga lain yang ingin menyaksikan.
Mengutip film dokumenter tentang Ledek Penari Terakhir di Klaten, biayanya mulai dari 50 ribu rupiah untuk satu lagu berdurasi panjang yang dimainkan. Ledek, warga yang masih ingin menyaksikan bisa kembali menanggapnya selama penari dan pemain musik masih berkenan untuk menampilkan pertunjukan Ledek.
Ditanggap agar Usaha Lancar
Selain sebagai kesenian pertanian, ternyata Ledek juga menjadi sarana permohonan dari warga di sana. Biasanya, warga setempat akan menanggap Ledek agar usaha yang dimiliki bisa lancar dan meraih kesuksesan.
Bahkan, warga yang memiliki keinginan memiliki kendaraan, sembuh dari sakit atau agar hewan ternaknya laku akan dengan senang hati menanggap Ledek agar harapannya terlaksana.
Saat ini, kesenian Ledek perlu dilestarikan sebagai salah satu kesenian khas yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.