Mengenal Ngabekten, Tradisi Sungkeman Kraton Jogja di Hari Lebaran
Dilansir Kemendikbud.go.id, pada saat lebaran, Kraton Jogja menggelar tradisi Ngabekten selama dua hari. Tradisi ini merupakan wujud penghormatan kepada orang yang lebih tua. Seiring waktu, tradisi ini mengalami perubahan-perubahan dalam hal waktu pelaksanaan, pakaian, dan teknis pelaksanaan.
Lebaran adalah momen indah bertemu keluarga, sanak saudara, dan teman lama di kampung halaman. Namun saat musim pandemi seperti ini lebaran menjadi sesuatu yang dilarang karena bisa menjadi penyebab penularan Virus Corona. Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali tradisi lebaran. Salah satunya adalah tradisi Ngabekten, tradisi sungkeman ala Kraton Jogja di hari lebaran.
Dilansir Kemendikbud.go.id, pada saat lebaran, Kraton Jogja menggelar tradisi Ngabekten selama dua hari. Tradisi ini merupakan wujud penghormatan kepada orang yang lebih tua. Seiring waktu, tradisi ini mengalami perubahan-perubahan dalam hal waktu pelaksanaan, pakaian, dan teknis pelaksanaan.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Sebagai Wujud Rasa Hormat Kepada yang Lebih Tua
©Kratonjogja.id
Dilansir dari Jogjaprov.go.id, maksud dari diselenggarakannya tradisi Ngabekten adalah sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih kepada Sri Sultan sebagai junjungan mereka.
Selain itu, tradisi ngabekten di Kraton juga dimaksudkan untuk meminta maaf kepada junjungannya atas segala kesalahan baik yang sifatnya sengaja maupun tak disengaja.
Tradisi ini juga dimaksudkan untuk memohon doa restu orang tua agar tidak mendapat halangan dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Perbedaan Ngabekten Dulu dan Sekarang
©2020 liputan6.com
Tradisi Ngabekten memiliki perbedaan antara zaman dulu dan sekarang. Pada awal mulanya, tradisi ini diselenggarakan satu minggu berturut-turut kemudian menjadi tiga hari berturut-turut sampai pada akhirnya hanya diselenggarakan dua hari berturut-turut yaitu pada tanggal 1 dan 2 Syawal.
Pelaksanaan Ngabekten
©Kratonjogja.id
Dalam pelaksanaannya, Ngabekten dibagi menjadi dua hari. Hari pertama dikhususkan bagi yang laki-laki. Dari seluruh kaum lelaki yang mengikuti Ngabekten itu, dibagilah ke dalam beberapa kelompok. Kelompok-kelompok itu di antaranya para pangeran atau menantu Sultan, para abdi dalem, dan para cucu Sultan.
Sementara itu hari kedua dikhususkan bagi kaum perempuan yang juga dibagi ke dalam beberapa kelompok. Kelompok itu di antaranya permaisuri, anak perempuan Sultan, para cucu sultan yang perempuan, dan para abdi dalem perempuan.
Tempat Pelaksanaan Ngabekten
©Kratonjogja.id
Acara Ngabekten biasanya diadakan di Bangsal Kencana Kraton dan ada pula prosesi yang diselenggarakan di Bangsal Proboyeksa. Kurang lebih satu bulan sebelum waktu pelaksanaan, Kraton Jogja biasanya mengeluarkan buku yang berisi peraturan Ngabekten pada Bulan Syawal.
Buku tersebut setiap tahunnya diterbitkan dan disebarluaskan sebagai buku panduan pelaksanaan Ngabekten. Di dalam buku itu, urutan duduk juga sudah diatur sedemikian rupa. Urutan duduk itu diatur mulai dari kerabat yang paling dekat dengan Sultan.
Busana yang Digunakan Selama Ngabekten
©Kratonjogja.id
Ketika pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, semua peserta harus memakai pakaian kebesaran, misalnya untuk lelaki memakai kain kampuh, bercelana panjang putih, berkuluk biru, tidak berbaju dan tidak pula bersandal. Sedangkan untuk wanita hanya mengenakan kampuh, tidak berbaju dan tidak pula bersandal.
Namun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, pakaian kebesaran itu tak lagi digunakan. Peserta hanya mengenakan pakaian biasa tetapi harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalnya boleh mengenakan kebaya warna-warni tapi tidak boleh mengenakan kuthubaru. Selain itu boleh juga mengenakan pranakan, atela, dan yang lain-lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Larangan Selama Ngabekten
©Kratonjogja.id
Dalam tradisi tersebut, terdapat larangan-larangan yang harus dipatuhi, di antaranya pakaian yang dikenakan tak boleh menyimpang, peserta yang datang terlambat tak boleh menyusul. Mundur-majunya peserta yang akan ngabekti harus menunggu perintah Sultan, tidak boleh menunjuk dan berkata keras, tidak boleh membawa senjata tajam, dan harus urut satu per satu dan rapi sesuai urutan dalam peraturan.