Mengenal Tradisi Buka Luwur, Momen Penggantian Kain Penutup Makam Sunan Kudus
Panitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Panitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi ini.
Mengenal Tradisi Buka Luwur, Momen Penggantian Kain Penutup Makam Sunan Kudus
Buka luwur Kanjeng Sunan Kudus merupakan tradisi yang dilaksanakan setahun sekali dalam pergantian tahun Hijriyah atau setiap 10 Muharram. Ada berbagai rangkaian acara pada tradisi tersebut.
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi Buka Luwur? Tradisi Buka Luwur diawali dengan kirab kain luwur dan kelengkapan lainnya untuk kemudian diserahkan pada juru kunci makam. Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi penggantian kain penutup makam tersebut.
-
Kenapa tradisi Buka Luwur dilakukan? Tradisi itu diadakan dalam rangka mendoakan leluhur dan mengharap berkah. Selain itu, acara tersebut juga dilakukan untuk melestarikan budaya Jawa serta mengenang perjuangan dakwah ajaran Islam yang dilakukan oleh pendahulu.
-
Kapan tradisi Buka Luwur dilakukan? Tradisi itu diadakan rutin setiap hari ke-20 Muharram atau Sura.
-
Siapa saja yang dimakamkan di lokasi tradisi Buka Luwur? Selain Syekh Maulana Ibrahim Maghribi, terdapat empat tokoh lain yang kain makamnya diganti dalam tradisi itu. mereka adalah Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram, Ki Ageng Kebo Kanigoro, dan Dewi Nawangwulan.
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi labuhan? Tradisi Labuhan adalah ritual yang dilakukan di Pantai Parangtritis setiap 8 tahun sekali untuk menjaga keselamatan Sultan Hamengkubuwono dan masyarakat sekitar. Dalam tradisi ini, sesaji berupa makanan, minuman, kain, dan bunga ditampilkan dan diarak ke tengah laut sebagai tanda penghormatan kepada Nyi Roro Kidul, sang Ratu Laut.
-
Mengapa tradisi Labuhan Lawu dilakukan? Mengutip YouTube Kraton Jogja, Hajad Dalem Labuhan Lawu ini merupakan bentuk ketaatan Kraton Yogyakarta terhadap para pendahulu.
Salah satu acara tradisi Buka Luwur adalah penggantian kain penutup makam Sunan Kudus. Kain yang lama diganti dengan kain yang baru. Selain itu diadakan juga bersih-bersih di sekitar makam.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembagian sega berkat atau nasi berkat. Buka Luwur yang diadakan setiap tanggal 10 Muharram ini banyak mengundang pengunjung memadati acara ini.
“Ini sudah dipercaya masyarakat luas di Kabupaten Kudus, bukan sekadar mitos. Banyak yang sudah membuktikan manfaatnya sebagai salah satu obat. Tapi semua atas izin Allah. Sega berkat ini hanya perantara, melalui doa yang dipanjatkan para alim ulama.”
Bupati Kudus, Hartopo, bicara soal makna dari pembagian nasi berkat, dikutip dari Jatengprov.go.id
Dalam acara tradisi Buka Luwur tahun 2023 ini, panitia menyiapkan 9,1 ton beras, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing. Sesuai rencana, ribuan bungkus nasi berkat akan dibagi-bagikan pada masyarakat secara gratis. Tradisi pembagian nasi gratis itu selalu dinantikan masyarakat. “Setiap buka luwur, aula gedung parkiran Menara Kudus kami sulap menjadi dapur. Insyaallah nanti kami akan memasak beras, nasi sekitar 9,1 ton,” ujar Em Nadjib Hassan selaku Ketua Yayasan Masjid, Menara dan Makam Sunan Kudus dikutip dari Liputan6.
Tak hanya itu, pihak yayasan setempat juga berencana menyembelih 14 ekor kerbau dan 80 ekor kambing. Ratusan hewan dan beras tersebut diperoleh dari sumbangan masyarakat.
- Mengenal Tradisi Ujungan di Lebak, Warga "Saling Pukul" untuk Perkuat Persaudaraan
- Mengenal Dongkrek, Kesenian Tradisional dari Madiun yang Hampir Punah
- Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan
- Mengenal Cembengan, Tradisi Tebu Manten yang Jadi Mulainya Gilingan PG Madukismo
Selain pembagian nasi berkat, tradisi tersebut juga dimeriahkan berbagai kegiatan di antaranya Halaqah Internasional Peradaban Wali Sanga di gedung Menara Kudus pada Sabtu (22/7) malam.