Menguak Fakta di Balik Kasus Bunuh Diri Dokter Muda Undip, Diduga Korban Perundungan hingga Sempat Curhat ke Ibunya
Seorang mahasiswa peserta PPDS UNDIP ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya. Ia diduga bunuh diri. Sebuah buku catatan harian ditemukan di kamar korban.
Pada Senin (12/8) malam pukul 23.00, seorang mahasiswi peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS) Prodi Anestesi, Universitas Diponegoro (UNDIP) berinisial A (30 tahun) ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya. Ia meninggal dunia diduga karena bunuh diri. Polisi menyebut korban tewas usai menyuntikkan suatu obat di tubuhnya sendiri. Hasil olah TKP juga menemukan sebuah buku harian di kamar kos korban.
Dikutip dari Liputan6 pada Kamis (15/8), buku harian tersebut berisi catatan yang salah satunya berisi keluhan beratnya menjadi mahasiswa kedokteran. Dalam tulisan itu ia menyinggung relasi dengan seniornya.
-
Di mana undur-undur biasanya ditemukan? Undur-undur dapat ditemukan di tempat tersembunyi pada area berpasir seperti lantai tanah yang berpasir, tepi sungai, di pinggir pohon, di bawah pagar atau di atas atap. Hewan ini banyak pula dijumpai di daerah berpasir halus atau tanah di hutan terbuka dan kering.
-
Kapan Dewi Khotijah dibunuh? Saat ia sedang salat, para punggawa kerajaan menyerangnya dengan tombak dan keris.
-
Kenapa Buleng digemari? Warga menyukai Buleng lantaran penampilannya yang menyenangkan, dengan suguhan musik tradisional Betawi, Gambang Kromong.
-
Kapan gua itu ditutup? Gua tersebut diduga telah ditutup selama 3.300 tahun sejak zaman Firaun Ramses II, penguasa Mesir Kuno dengan wilayah kekuasaan yang mencakup pesisir Mediterania dan Sungai Nil.
-
Bagaimana Bunga Jeumpa diperbanyak? Perbanyakan Bunga Jeumpa ini dapat dilakukan dengan melalui biji yang tumbuh kurang lebih 3 bulan sesudah biji disebar.
-
Kapan doa mimpi buruk dibaca? Doa mimpi buruk ini bisa dibaca ketika bangun tidur.
Peristiwa inipun mendapat perhatian dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Pihak Kemenkes mengirim surat pemberhentian program studi anestesi Fakultas Kedokteran Undip Semarang. Berikut selengkapnya:
Sosok Korban
Berdasarkan keterangan Manajer Layanan Terpadu dan Humas Universitas Diponegoro Utami Setyowati, korban merupakan penerima beasiswa pendidikan. Ia juga dikenal sebagai sosok yang santun dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Saat bertugas di RSUP Kariadi Semarang, ia pernah mengalami cedera saraf kejepit. Sebelum meninggal dunia, korban sempat curhat pada ibunya bahwa ia mengalami kelelahan saat bekerja.
“Berdasarkan kondisi kesehatannya, almarhumah sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri. Namun karena beliau adalah penerima beasiswa, dan secara administratif terikat ketentuan dengan syarat penerima beasiswa, almarhumah mengurungkan niatnya,” ungkap Utami dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Jumat (16/8).
Tanggapan Ikatan Dokter Indonesia
Terkait kematian A, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara. Menurut mereka, kondisi kesehatan mental mahasiswa calon dokter spesialis harus dievaluasi secara berkala. Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi akan membuat pusat krisis trauma center untuk mengevaluasi kesehatan mental para peserta pendidikan dokter dan dokter spesialis di tiap rumah sakit pendidikan di Indonesia.
- Menkes Sebut Hasil Investigasi Penyebab Kematian Dokter Muda Undip Diumumkan Pekan Ini
- Tak Ada Perundungan, Ternyata Begini Isi Buku Harian Dokter Muda FK Undip yang Diduga Bunuh Diri
- Mahasiswi Kedokteran Undip Diduga Bunuh Diri karena Dibully Senior, Pakar Kesehatan Minta Pelaku Dihukum
- Mahasiswi Kedokteran Undip Diduga Menyuntikan Obat Penenang ke Tubuhnya, Sebelum Ditemukan Meninggal
“Kepada semuanya agar menghormati proses penyelidikan yang selama ini berlangsung,” kata Adib dikutip dari YouTube Liputan6.
Pihak Undip sendiri membantah adanya perundungan. Hal ini diungkapkan langsung oleh Rektor Undip Prof. Dr. Suharnomo. Ia pun mengaku sangat terbuka dengan fakta-fakta lain di luar hasil investigasi.
Fakta Tersembunyi
Dari hasil pemeriksaan, ditemukan buku harian korban yang mana dalam buku harian tersebut korban mengaku tak kuat menahan perundungan. Dalam temuan yang dibeberkan Liputan6.com, dalam keseharian sebagai dokter PPDS, ada berbagai macam motif perundungan. Perundungan yang paling umum adalah soal tugas keseharian di mana mahasiswa junior bertugas seperti pembantu rumah tangga kepada junior.
Junior harus menyediakan bolpen, sandal, air galon, sampai membeli makanan. Bahkan ada pula yang sampai rela melakukan antar jemput. Lalu perundungan saat berinteraksi di mana tidak ada junior yang boleh bercanda dengan senior. Perundungan berikutnya saat penugasan. Bila mahasiswa junior tidak melakukan tugasnya, misalnya lupa mengganti air galon, maka senior akan mengunggah foto sedang mengganti air galon disertai ucapan sarkastik.