Mengunjungi Masjid Kauman Sragen, Masih Ada Kaitan dengan Keraton Solo
Masjid Kauman merupakan masjid bersejarah di Sragen yang didirikan pada 1840 Masehi. Pada masanya, masjid itu merupakan bangunan penanda batas wilayah kekuasaan Keraton Surakarta. Meskipun sudah mengalami renovasi berkali-kali, sejumlah bagian peninggalan masa-masa pembangunan awal masjid itu masih tersisa.
Masjid Kauman merupakan masjid bersejarah di Sragen yang didirikan pada 1840 Masehi. Pada saat masjid itu didirikan, wilayah Sragen masih masuk ke dalam wilayah Kasunanan Surakarta.
Pada masa itu, Masjid Kauman Sragen merupakan bangunan penanda batas wilayah kekuasaan Keraton Surakarta. Meskipun sudah mengalami renovasi berkali-kali, sejumlah bagian peninggalan masa-masa pembangunan awal masjid itu masih tersisa.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Masjid ini didirikan oleh ulama dari Bojonegoro bernama Kiai Zainal Mustofa. Dia ditugaskan oleh Keraton Kasunanan Surakarta untuk penyiaran agama Islam di daerah yang dulu disebut sebagai Bumi Sukowati,” kata Drs. Arkanuddin Masruri, Takmir Masjid Kauman Sragen, dikutip dari ANTARA.
Lalu apa saja keunikan masijd itu? Berikut selengkapnya:
Tentang Bangunan Masjid
©YouTube/MTATVDocumentary
Arkanuddin mengatakan, bila tampak dari luar, Masjid Kauman Sragen tampak tak berbeda jauh dari masjid-masjid kebanyakan di Sragen. Bangunan itu berarsitektur khas Jawa dengan bentuk bujur sangkar dan atap bersusun dengan bahan material baru.
Sementara itu di bagian dalam masjid, ada sejumlah bagian bangunan yang sebenarnya sudah berumur tua seperti empat buah pilar berbahan kayu jati yang dipertahankan sejak masjid itu berdiri pada 1840.
“Memang bentuk bangunan di sini tidak terlepas dari Kasunanan Surakarta. Bentuk gapuranya saja terinspirasi dari Persia, seperti yang ada di Keraton Surakarta,” kata Arkanuddin.
Mimbar Bersejarah
©YouTube/MTATVDocumentary
Beberapa fasilitas di Masjid Kauman Sragen masih terjaga keasliannya. Salah satunya adalah mimbar bersejarah yang masih digunakan hingga kini. Mimbar berwarna hijau itu ukurannya memang cukup kecil, namun keberadaannya sudah selama ratusan tahun sejak masjid itu awal-awal digunakan.
“Jadi mimbar ini diperbaharuinya cuma dicat saja. Tapi aslinya memang seperti ini. Makanya banyak orang yang tidak berani mengubah mimbar ini,” kata Arkanuddin dikutip dari kanal YouTube MTATVDocumentary.
Ada Ruang Perpustakaan
©YouTube/MTATVDocumentary
Bagi jemaah yang suka membaca buku, di masjid itu ada sebuah ruang khusus perpustakaan. Buku-buku yang tersedia di sana berasal dari wakaf para jemaah. Selain itu wakaf Al-Qur'an juga diberikan dari pemerintah.
“Selain itu di sini kegiatannya banyak sekali. Ada pengajian, TPA, kemudian pengajian bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, kuliah Ahad pagi, kuliah bakda Subuh, dan juga ada kajian agama,” kata Arkanuddin.
Masih di dalam kompleks masjid, terdapat makam pendiri dan pemelihara Masjid Kauman. Menurut Arkanuddin, keberadaan makam-makam itu merupakan wujud kesetiaan para pelaku sejarah masjid itu kepada agama Islam dan Keraton Surakarta meskipun tugas mereka telah berakhir karena takdir memisahkan.