UGM Kembangkan Teknologi Baru Deteksi Panas Bumi, Begini Cara Kerjanya
Daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan surga energi panas bumi. Tim Peneliti FMIPA UGM mengembangkan teknologi uji coba teknik baru untuk mendeteksi sumber panas bumi di kawasan itu. Apabila uji coba itu berhasil, teknologi tersebut akan dikembangkan di seluruh dunia.
Daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan surga energi panas bumi. Banyak pihak yang gencar mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di tempat itu. Berbagai uji coba teknologi baru dilakukan di sana dalam rangka pengembangan keilmuan energi panas bumi di Indonesia.
Tim Peneliti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bekerja sama dengan PT. Geo Dipa Energi dan Geo Flow Imaging Ltd dari Selandia Baru melakukan pengembangan teknologi uji coba teknik baru deteksi sumber panas bumi di kawasan Ciwidey. Lokasi itu disebut menjadi yang pertama dalam proyek kerja sama tersebut.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
“Ada teknologi baru yang dikembangkan oleh tim UGM, dari Selandia Baru, dan tenaga ahli dari Amerika dan Inggris. Konsep baru ini mampu memetakan posisi sumber sumur panas bumi yang lebih detail dan akurat,” kata Dekan FMIPA UGM Kuwat Triyana dikutip dari Liputan6 pada Senin (6/3).
Lalu seperti apa cara kerja teknologi baru ini? Berikut selengkapnya:
Cara Kerja Teknologi Baru
©esdm.go.id
Salah satu peneliti UGM, Wiwit Suryanto, menjelaskan bahwa teknologi itu memanfaatkan sumber berbahan bakar jet untuk menghasilkan energi dengan kecepatan tinggi. Tapi kecepatannya masih di bawah kecepatan suara yang merambat melalui medium bumi untuk direkam oleh seismometer array di permukaan.
“Kita meletakkan propelan di bawah tanah dan sinyalnya direkam di permukaan. Ibarat seperti rontgen, propelan tadi menghasilkan getaran yang membantu tingkat akurasi sebelum pengeboran,” kata Wiwit.
Ia menjelaskan, apabila uji coba itu berhasil, teknologi tersebut akan digunakan di seluruh dunia. Bahkan di Selandia Baru konsep utuh dari teknologi itu sudah selesai, namun belum dilakukan uji lapangan.
Tetap Optimis
©2021 Merdeka.com
Wiwit mengakui bahwa uji coba teknik baru pengeboran panas bumi ini tetap berisiko mengalami kegagalan. Namun ia begitu optimis penerapan uji coba lapangan ini tetap berhasil karena dari konsep hingga permodelannya sudah terbukti berhasil dilakukan.
“Jika ini berhasil nantinya perusahaan eksplorasi tidak lagi harus melakukan pengeboran di banyak titik karena sudah mengetahui titik yang betul-betul lebih akurat,” kata Wiwit.
Peluang Sangat Terbuka
Terpisah, CEO Geo Flow Imaging, Ltd Graeme Saunders menyambut baik keterlibatan tim peneliti UGM dalam pengujian teknologi baru ini. Ia berharap nantinya kampus tersebut bisa menjadi yang terdepan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi eksplorasi sumber energi panas bumi.
Sementara itu Direktur Pengembangan Bisnis dan Eksplorasi PT Geo Dipa, Yudistian Yunis, mengatakan bahwa pihaknya membuka peluang bagi para akademisi untuk melakukan penelitian terkait sistem eksplorasi energi panas bumi.
“Kita ingin nantinya semakin banyak peneliti dan mahasiswa melakukan riset soal panas bumi yang kita lakukan dan kita terbuka dalam menyampaikan data seluas-luasnya untuk kepentingan akademik,” kata Yudistian dikutip dari Liputan6.