Berusia Lebih dari 300 Tahun, Kampung Batik Jetis Sidoarjo Berawal dari Kegiatan Jemaah Masjid
Mengunjungi Kampung Batik Jetis Sidoarjo yang sudah eksis lebih dari 300 tahun silam. Munculnya para pembatik andal berawal dari komunit jemaah masjid.
Perintisnya adalah kerabat kerajaan.
Berusia Lebih dari 300 Tahun, Kampung Batik Jetis Sidoarjo Berawal dari Kegiatan Jemaah Masjid
Keahlian membatik warga Jetis Sidoarjo diwariskan turun-temurun. Produksi batik tulis tradisional yang sudah ada sejak 1675 itu kini sudah mencapai generasi ketujuh.
Sejarah
Kampung Batik Jetis bermula dari seorang pendatang dari kerabat kerajaan yang tinggal di kampung Jetis. Dulu pria yang dikenal dengan panggilan Mbah Mulyadi itu menyamar jadi pedagang di pasar kaget yang berada di Kampung Jetis.
Beliau melakukan pendekatan dengan masyarakat kampung Jetis dengan mengajak salat berjemaah dan mengajarkan Al-Qur’an. Pada 1674, Mbah Mulyadi mendirikan masjid di Kampung Jetis dan diberi nama Masjid Jamik Al-Abror.
Seiring waktu, penduduk sekitar masjid aktif menjalankan ibadah. Daerah tersebut kemudian dinamakan Desa Pekauman, tempat bermukimnya para kaum (sebutan bagi pemeluk Agama Islam).
-
Apa saja destinasi wisata menarik yang dimiliki oleh Kabupaten Sidoarjo? Walau dikenal karena industrinya, nyatanya Kabupaten Sidoarjo juga menawarkan beragam tempat wisata menarik yang patut dikunjungi. Beberapa di antaranya adalah:Wisata Sungai PorongSungai Porong menawarkan pengalaman unik dengan pulau Sarinah yang terbentuk di tengah kawah lumpur Lapindo. Aktivitas yang dapat dilakukan meliputi memancing, menyusuri sungai, serta menikmati matahari terbit dan terbenam.
-
Bagaimana Kampung Prawirotaman menjadi sentra batik? Selain jadi basis perjuangan, Kampung Prawirotaman juga pernah berkembang menjadi sentra batik yang dikelola keluarga Prawirotama. Apalagi, istri para prajurit Prawirotama mayoritas menekuni usaha batik. Lama-lama peminat kain batik di kampung Prawirotaman semakin meluas. Pada akhirnya batik menjadi komoditas dagang utama di daerah tersebut.
-
Bagaimana cara Desa Wisata Wukirsari menonjolkan kerajinan batiknya? Sentra batik tulis di Kampung Giriloyo, Wukirsari, biasa dikunjungi berbagai sekolah dan kampus untuk belajar seputar batik.
-
Apa saja potensi wisata yang ada di Kabupaten Sijunjung? Masuk Daftar Daerah Termiskin di Sumbar, Ini Sederet Potensi Wisata di Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatra Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam melimpah. Namun sayang, sisi lain daerah ini begitu di luar dugaan.Badan Pusat Statistik Sumatra Barat baru saja menerbitkan akumulasi jumlah penduduk miskin di provinsi tersebut yang mencapai 340,37 ribu orang atau sekitar 5,95%. Berkaca dari data tersebut, tentu berbanding terbalik dengan potensi yang dimiliki.Kabupaten Sijunjung menduduki peringkat pertama daerah termiskin di Sumbar dengan angka 16,28%. Mirisnya, masalah di daerah ini tak hanya kemiskinan, melainkan juga angka stunting yang meningkat.Padahal ada banyak potensi di wilayah tersebut. Seperti salah satunya pada sektor pariwisata. Simak ulasan potensi wisata di Kabupaten Sijunjung yang dihimpun dari berbagai sumber.
-
Di mana kawasan Rawapulo berada di Sidoarjo? Kawasan Rawapulo saat ini diperkirakan terdiri dari Kecamatan Jabon, Porong, Tanggulangin, Krembung, Tulangan, dan Prambon.
-
Kenapa Kampung Batik Larangan menjadi tempat wisata yang menarik? Keunikan kampung ini terletak pada keberadaan berbagai rumah batik yang masih mempertahankan tradisi membatik secara manual. Pengunjung dapat menikmati keindahan motif-motif batik yang dipamerkan di setiap rumah-rumah batik di sana.
Mbah Mulyadi juga mengajarkan cara membatik kepada komunitas jemaah masjid. Komunitas jemaah masjid ini berkembang menjadi beberapa perkumpulan pengajian, hubungan persaudaraan antar para pengrajin batik pun semakin erat.
Hubungan harmonis itu diabadikan dalam motif batik gadag. Motif ini merupakan wujud dari persatuan dan persaudaraan antar pengrajin batik Sidoarjo yang digambarkan dalam bentuk rangkaian bunga.
Seiring perjalanan waktu, perdagangan di pasar Jetis semakin ramai. Banyak pedagang asal Madura menyukai batik tulis buatan warga Jetis. Mereka sering memesan batik tulis dengan permintaan motif dan warna khusus khas Madura. Batik tulis asal Jetis ini kemudian juga dikenal orang sebagai batik corak Madura.
Motif Batik
Tahun 1675, batik Jetis Sidoarjo menggunakan warna dasar gelap, yaitu coklat soga. Pola gambarnya juga masih sederhana. Seiring berjalannya waktu, motif batik yang diproduksi warga Jetis semakin beragam. Perajin batik juga menyesuaikan keinginan konsumen.
Konsumen kebanyakan masyarakat pesisir menyukai warna terang dan cerah, maka perajin batik Sidoarjo mengikuti permintaan tersebut. Maka muncul warna-warna mencolok seperti merah, biru, hitam dan sebagainya.
Motif yang populer pada tahun 1980-an yakni motif Beras Utah dan Kembang Tebu. Motif ini visualisasi hasil bumi yang paling banyak di Sidoarjo.
Ciri khas batik Jetis ditunjukkan dengan warna yang berani atau mencolok. Motif beras utah mempunyai banyak warna, lebih dari tiga warna yang digunakan. Biasanya pembatik menggunakan teknik colet (kuas) untuk membuat warna batik yang lebih bervariasi.
Motif Asli Batik Jetis
Awal kemunculan batik Jetis Sidoarjo, motif yang paling dikenal adalah sekardangan dengan warna coklat, biru tua, dan jingga tua. Selain itu, ada motif beras utah dan kembang tebu yang semuanya menggunakan warna gelap.
(Foto: Instagram @batikjetissidoarjo)
Para perajin kemudian membuat motif sekardangan dengan warna cerah dan menyolok seperti merah, kuning, biru muda, merah muda, dan jingga. Modifikasi motif dan warna batik bertujuan untuk mendatangkan lebih banyak konsumen. Salah satu modifikasi yang dilakukan adalah batik motif beras utah dihiasi dengan motif kipas.
(Foto: Instagram @batikjetissidoarjo)
- Akibat Kemarau Panjang, Masjid di Kampung Ini Sepi Jemaah 'Tidak Ada Air, Masjid Nyaris Bangkrut'
- Melihat Keunikan Masjid Kayu di Kampung Naga, Beduknya Tak Boleh Ditabuh Sembarangan
- Mengunjungi Masjid Unik Dog Jumeneng Cirebon yang Berusia 500 Tahun, Muazinnya Ada 4
- Sejarah Masjid Jamik, Dirancang Bung Karno saat Diasingkan di Bengkulu