Dulu Miskin Tak Punya Rumah, Pria Kediri Ini Sukses Jadi Juragan Tabulampot Pembelinya dari Seluruh Indonesia
Ia memberdayakan masyarakat sekitar untuk hidup sejahtera bersama-sama
Ia memberdayakan masyarakat sekitar untuk hidup sejahtera bersama-sama
Dulu Miskin Tak Punya Rumah, Pria Kediri Ini Sukses Jadi Juragan Tabulampot Pembelinya dari Seluruh Indonesia
Agus Joko Susilo dulunya punya kehidupan kurang baik. Pria asal Kediri ini tak punya rumah memadai untuk tinggal. Bahkan, sang anak harus mengenakan helm saat tidur untuk mengantisipasi genteng jatuh.
-
Apa itu taubat? Arti taubat kepada Allah SWT yaitu pulang kepada-Nya, kembali ke haribaan-Nya dan berdiri di depan pintu surga-Nya. Bisa dikatakan pula, taubat merupakan kembali dan menyerahkan diri kepada Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
-
Apa itu Tabuik? Tabuik diambil dari bahasa Arab Melayu yang artinya peti atau keranda yang dihiasi bunga-bunga dan kain warna-warni dan dibawa secara arak-arakan keliling kampung.
-
Kapan pemukiman Atlit Yam tenggelam? Tentang penyebab tenggelamnya pemukiman ini, terdapat perdebatan. Ada yang menyebut tsunami akibat runtuhnya gunung berapi, sementara yang lain mengaitkannya dengan perubahan iklim yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut.
-
Kapan kapal-kapal itu tenggelam? Kapal ini berasal dari pertengahan Dinasti Ming (1368-1644).
-
Kapan Pallu Butung sering diburu? Makanan tersebut banyak dicari ketika Bulan Ramadan karena cocok sebagai menu berbuka puasa.
-
Kapan kapal Uluburun tenggelam? Dengan usia sekitar 3.300 tahun, Uluburun tidak hanya menjadi contoh keterampilan teknik pembangunan kapal pada zamannya, tetapi juga menyimpan rahasia jaringan perdagangan global yang mengagumkan.
Kehidupan Agus sekeluarga mulai berubah saat dirinya berprofesi sebagai tukang stek tanaman keliling. Keberhasilannya menghasilkan buah-buah unik membuat namanya terkenal.
(Foto: YouTube PecahTelur)
Dulunya Miskin
Agus mengaku dulunya ia merupakan salah satu orang paling miskin di lingkungan tempat tinggalnya. Ia baru bisa membeli motor bekas seharga Rp1 jutaan pada tahun 2004 silam. Motor itu jadi modal utamanya menjalani profesi tukang stek tanaman keliling. Ia dan keluarganya tinggal di rumah warisan orang tua yang kondisinya sudah tidak layak.
"Anak saya kalau tidur saya kasih helm biar tidak kejatuhan genteng," ungkap Agus.
Awalnya Hobi
Sebelum menekuni dunia perkebunan, Agus menggembala kambing. Pada tahun 2004 setelah membeli motor bekas, ia mulai menjalani profesi sebagai tukang stek keliling. Ia mengaku kemampuannya menyetek tanaman adalah hobi.
Petani Alpukat
Agus memutuskan memilih mengembangkan alpukat karena buah ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati masyarakat.
Awalnya Agus mengembangkan alpukat lokal. Kemudian berkembang menanam alpukat aligator hingga menemukan alpukat kelud.
Eksistensi Agus sebagai petani alpukat dikenal saat ia berhasil membuat alpukat sebagai tabulampot. Pohon alpukat yang ia tanam di dalam pot sudah bisa berbuah saat tinggi pohonnya sekitar satu meter.
Tabulampot Indonesia
Agus memberi nama usaha perkebunannya sebagai Tabulampot Indonesia. Ia punya harapan khusus terkait nama ini.
- Hadiri Jalan Sehat Hakordia, Bupati Kutai Timur Ajak Masyarakat Perangi Korupsi
- Terima Dukungan Perhimpunan Tionghoa Kalbar, Mahfud Ajak Masyarakat Jaga Kerukunan
- Kembali ke Indonesia Setelah 5 Tahun Tak Pulang, Ini Potret Kebersamaan Ira Wibowo & Sang Ibunda
- Ternyata, Masyarakat Indonesia Habiskan Rp64 Triliun untuk Beli Rokok dalam Setahun
Bahkan, Agus pernah menerima kunjungan dari Malaysia. Salah satu produk unggul di perkebunan milik Agus adalah alpukat kelud. Ia memberi nama sendiri jenis alpukat ini dengan mengambil nama gunung di Kediri yakni Gunung Kelud. Tabulampot Indonesia
Ajak Masyarakat
Menariknya, Agus tak mau menikmati keberhasilannya sendiri. Ia mengajak masyarakat di lingkungannya untuk lebih berdaya. Salah satunya dengan menyediakan bibit tanaman. Selanjutnya, bibit tanaman itu dijualkan oleh Agus.
Agus berprinsip, menjalankan usaha secara bersama-sama dengan masyarakat akan memberikan keuntungan lebih besar untuk mereka semua.
(Foto: Dok. Agus Joko Susilo)