Kekeringan Melanda Ngawi, Begini Perjuangan Warga Ambil Air di Sungai Bengawan Solo
Sudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Air itu pun tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
Kekeringan Melanda Ngawi, Begini Perjuangan Warga Ambil Air di Sungai Bengawan Solo
Kekeringan melanda sebagian wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Sumur-sumur warga kering, air tak mengalir sama sekali dari keran. Kondisi ini dialami oleh puluhan kepala keluarga (KK) di daerah penghasil keripik tempe tersebut.
Perjuangan Warga
Kekeringan sudah terjadi sejak tiga bulan lalu. Akibatnya, sebanyak 56 KK terpaksa mencari air dari sumber terdekat, yakni Sungai Bengawan Solo. Air dari Bengawan Solo digunakan untuk mandi dan mencuci.
- Mengunjungi Desa Girikerto Ngawi, Ada Kebun Teh Warisan Kolonial hingga Mata Air Alami yang Tak Pernah Kering
- Pilu Warga Karawang Tak Bisa Mandi hingga Cuci Beras karena Air Bendungan Tercemar Limbah, Warna Berubah Hitam Pekat dan Berbau
- Pilu Warga Lebak Alami Kekeringan, Gunakan Air Sungai untuk Mencuci hingga Kebutuhan Minum
- Bendungan Megah Peninggalan Belanda Ini Punya 70 Pintu Air, Dulu jadi Andalan Kini Terbengkalai
Setiap sore dan pagi hari, warga Desa Banjarbanggi, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi turun ke sekitar aliran Sungai Bengawan Solo untuk mencari air yang digunakan mandi dan mencuci. Sementara untuk minum dan memasak, mereka membeli air isi ulang. (Foto: Freepik)
Warga setempat berinisiatif membuat kubangan berjarak 1-2 meter dari Bengawan Solo. Kubangan itu bertujuan untuk mengendapkan air sungai agar lebih jernih. Air dari kubangan itulah yang dimanfaatkan warga untuk mandi dan mencuci. (Foto: Freepik jcomp)
Mereka tak punya pilihan lain selain memanfaatkan air dari Sungai Bengawan Solo. Di sisi lain, warga terdampak kekeringan juga khawatir mengingat air sungai Bengawan Solo sering tercemar limbah. (Foto: liputan6.com)
Kemarau Panjang
Menurut data BPBD Ngawi, kemarau di wilayah setempat diperkirakan berlangsung hingga September 2023. Hal ini membuat bencana kekeringan masih akan berlangsung dan berpotensi meluas.
Adapun saat ini, terdapat 10 desa di Kabupaten Ngawi yang mengalami kekeringan ekstrem, dan 30 desa lainnya di siaga kekeringan.