Mengenal Daluang, Selembar Kertas Kuno yang Pembuatannya Butuh Waktu Sepekan
Hanya orang sabar dan tekun yang mampu membuat kertas ini.
Hanya orang sabar dan tekun yang mampu membuat kertas ini.
Mengenal Daluang, Selembar Kertas Kuno yang Pembuatannya Butuh Waktu Sepekan
Manuskrip kuno merupakan salah satu warisan intelektual dari leluhur yang tak ternilai harganya. Pembatasan manuskrip kuno tak berhenti pada teksnya, tetapi juga bagaimana proses produksi kertas di masa lalu sebagai media tulis.
-
Apa itu kertas daulang? Kertas Daulang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon glugu atau pohon saeh.
-
Kapan patung-patung kuno tersebut dibuat? Tahun ini, mereka menemukan sesuatu yang sangat istimewa: patung-patung yang dibuat sekitar tahun 5700 SM. "Patung-patung itu ditemukan di ruang yang kami pikir adalah tempat penyimpanan dan bertanggal sekitar 5700 SM.
-
Apa yang digambarkan di mural makam kuno tersebut? Adegan-adegan kehidupan selama Dinasti Tang menghiasi dinding makam, pintu, koridor, dan platform tempat peti mati ditempatkan. Langit-langit kubah ruang tersebut dilukis dengan gambar yang mungkin merupakan naga dan burung phoenix. Penjaga makam Beberapa sosok yang dilukis di dekat pintu mewakili "penjaga pintu" atau penjaga makam; mereka mengenakan jubah kuning dan beberapa memiliki pedang di pinggang mereka, kata Xinhua.
-
Kapan gelang kuno ini dibuat? Hasil laporan pihak museum setelah melakukan restorasi di laboratorium menyampaikan, gelang tersebut merupakan gelang elektrom berhias emas yang diperkirakan berusia sekitar 3.330 tahun. Mereka mengatakan, artefak ini berasal dari peradaban kuno Hittite sekitar abad ke-13 SM.
-
Bagaimana cara membuat kertas daulang? Pembuatan kertas daluang dimulai dengan memotong dan mengupas kulit terluar maupun kulit lapisan kedua dari batang pohon, sedangkan lapisan ketiga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas daluang.
-
Kapan kuburan kuno itu dibuat? Pekuburan itu diidentifikasi berasal dari abad ke-8 SM hingga pertengahan abad ke-7 SM yang merupakan kuburan campuran laki-laki dan perempuan, di dalamnya berisi barang-barang persembahan untuk pemakaman seperti keramik dengan berbagai bentuk sebagai persembahan untuk mendiang.
Daluang
Salah satu jenis kertas yang menjadi media tulis untuk manuskrip kuno pada masa lalu adalah Daluang. Orang Madura menyebutnya Dhalubheng, sementara orang Bali menamainya Ulantaga.
Mengutip situs Dinas Kebudayaan DIY, Daluang merupakan sarana pendukung utama bagi penulisan naskah atau tradisi tulis di beberapa wilayah Nusantara. Pada masa Pra-Islam, daluang merupakan bahan pakaian para pertapa atau kelengkapan upacara keagamaan.
Daluang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon glugu (Jawa) atau pohon saeh (Sunda). Nama latin dari pohon ini adalah Broussonetia papyrivera Vent yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan sebutan paper mulberry.
Selain digunakan sebagai media tulis, kulit pohon ini juga digunakan sebagai media lukis. Lembaran yang dihasilkan memiliki kekuatan dan ketahanan dalam jangka waktu cukup lama, bahkan menghasilkan permukaan yang relatif dasar.
Sejarah
Mengutip situs E-Library Umikom, kertas daluang merupakan hasil diaspora Austronesia. Terdapat tradisi pemanfaatan kulit kayu pohon saeh yang awalnya digunakan untuk pakaian kulit kayu, namun di Jawa bertransformasi menjadi kertas Daluang yang dimanfaatkan untuk tulis menulis.
Kertas Daluang bisa diklaim merupakan kertas tradisonal Indonesia. Bahkan peneliti asing menyebut kertas Daluang sebagai kertas Jawa.
Proses Pembuatan
Mengutip Instagram @kulit_pohon, selembar daluang berukuran 50 cm x 40 cm membutuhkan waktu pembuatan nyaris sepekan.
Sebuah Manuskrip Mushaf Al-Qur'an berbahan kertas daluang sebanyak 800 halaman ditemukan di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Bisa dibayangkan berapa lama proses produksi kertas daluang dilakukan oleh leluhur di masa lalu.
Pemanfaatan
Pemanfaatan daluang sebagai media dalam tradisi tulis menulis mencolok pada masa Islam.
Kertas daluang digunakan untuk keperluan praktis sehari-hari di lingkungan pesantren dan kebutuhan administrasi pemerintah lokal.
Sebagian besar naskah-naskah pada masa Islam ditulis dengan media daluang dan telah menjadi bukti sejarah kejayaan kertas ini di masa lampau sekaligus menjadi catatan tersendiri atas pengetahuan nenek moyang.