Nyaris Satu Abad Melawan Kolonial, Begini Kisah Keluarga Suropati yang Berujung Tragis di Tangan Belanda
Pihak kolonial enggan membiarkan keturunan Suropati hidup tenang
Pihak kolonial enggan membiarkan keturunan Suropati hidup tenang
Nyaris Satu Abad Melawan Kolonial, Begini Kisah Keluarga Suropati yang Berujung Tragis di Tangan Belanda
Terbunuhnya Kapten François Tack, seorang perwira VOC di Kartasura oleh Untung Suropati membuat kolonial Belanda meradang. Pihak kolonial pun menaruh dendam kesumat pada Suropati dan keturunannya.
-
Bagaimana cara Soeratin menentang kolonialisme Belanda? Soeratin dan rekan-rekannya ingin mengimplementasikan amanat Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Dia sendiri punya keinginan menyemai nasionalisme di kalangan pemuda melalui sepak bola. Hal ini sekaligus menjadi bentuk menentang kolonialisme Belanda.
-
Di mana orang Jawa Suriname bekerja pada masa kolonial Belanda? Dahulu di perkebunan itu banyak orang Jawa dipekerjakan oleh pemerintah kolonial Belanda.
-
Mengapa kolonial Belanda membangun jalur kereta api di Sumatera Barat? Di Sumatera Barat, wacana pembangunan rel kereta api oleh kolonial Belanda digunakan untuk distribusi kopi dari daerah pedalaman, seperti Bukittinggi, Payakumbuh, Tanah Datar, hingga Pasaman menuju ke pusat kota yaitu Padang.
-
Siapa sosok pahlawan dari Tanah Batak yang berjuang melawan kolonialisme Belanda? Sosok pahlawan dari Tanah Batak yang begitu berjasa melawan kolonialisme Belanda yang sudah mulai dilupakan. Masa kolonialisme Belanda begitu banyak melahirkan pahlawan-pahlawan yang tak gentar membela tanah kelahirannya sekaligus Bangsa Indonesia.
-
Apa tujuan utama Indische Partij dalam melawan kolonial Belanda? Tujuan Indische Partij secara umum adalah melawan diskriminasi dan ketidakadilan yang dilakukan kolonial Belanda.
-
Kenapa Penjara Koblen dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda? Penjara Koblen atau Penjara Bubutan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1930.
Trah Suropati
Suropati dan keluarga serta keturunannya merupakan pihak penting dalam konflik-konflik antara pihak kolonial dengan pribumi yang terjadi di Jawa Timur dan Jawa Tengah selama nyaris satu abad, yakni mulai tahun 1686 hingga 1770.
Trah Suropati menunjukkan keteguhannya melakukan perlawanan terhadap kolonial. Sikap inilah yang membuat mereka berbeda dari bangsawan Jawa lain yang mayoritas memilih tunduk pada Belanda.
Semangat perlawanan trah Suropati yang selalu membara membuat pihak kolonial bersikap opresif dan agresif menghadapi mereka. Kolonial Belanda berupaya keras menumpas trah Suropati.
Pihak kolonial bermaksud menghukum mati seluruh anggota keluarga Suropati.
Selain membalas dendam atas kematian salah satu perwira VOC, pihak kolonial ingin mengontrol kekuasaan dan perpolitikan di tahan Jawa yang sebelumnya berada di tangan trah Suropati.
Pihak kolonial ingin melenyapkan keluarga Suropati dari sistem kekuasaan dan perpolitikan di Pulau Jawa.
Sembunyi
Lumajang dulunya dipimpin trah Suropati yakni Adipati Kartanagara. Pada medio September-Oktober 1768 Lumajang tahun ke tangan kolonial.Tak mau membiarkan keturunan Adipati Kartanagara melancarkan perlawanan kembali, kolonial memburu mereka ke berbagai daerah di Jawa Timur.
Pihak Belanda meminta bantuan Sultan mengambil langkah penting guna memburu sisa-sisa keluarga Adipati Kartanagara.
Pada tahun 1770, prajurit Sultan dan Kompeni berhasil menangkap 21 orang keluarga Kartanagara. Mereka merupakan kelompok terakhir yang berhasil diketahui dan ditangkap.
Meski demikian, pihak kolonial meyakini ada lebih banyak sisa-sisa keluarga Adipati Lumajang yang masih bersembunyi di wilayah Jawa dan tidak bisa terdeteksi.
Nasib Tragis
Keluarga Kartanagara yang ditangkap kolonial Belanda pada tahun 1768 yakni:
- Cerita Rasisme Stasiun Tanjung Priok di Zaman Kolonial, Ruang Tunggu Penumpang Belanda dan Pribumi Terpisah
- Menilik Sejarah Gedung Balai Kota Padang, Bangunan Klasik yang Kental dengan Budaya Kolonial
- Berbeda dari Bangsawan Lain, Begini Kisah Keluarga Suropati Menolak Tunduk pada Kolonial Belanda
- Menyusuri Kampung Kapitan, Tempat Tinggal Etnis Tionghoa Pertama Masa Kolonial di Palembang
- Adipati Lumajang, (Putra/Cucu Suropati), meninggal dilereng selatan Gunung Semeru pada tahun 1767.
- Kartayuda, Adipati Lumajang setelah Kartanagara (Saudara Kartanagara), meninggal tahun
1768. - Natakusuma, Patih Lumajang era Kartanagara (Saudara Kartanagara).
4. Putra Kartanagara. Ditangkap pada 1768 di Blambangan bersama keempat istrinya, 7 budak, dua saudara ipar dan dua orang keluarga Blambangan yakni Mas Uno dan Mas Weka, dua orang Adipati pertama Blambangan yang dipasang Kompeni. Natapura dikirim ke Batavia pada September 1768.
5. Mas Ekalaya. Putra Natapura ini ditahan pada 1768 di Blambangan dengan Mas Uno dan Mas Weka. Ia dikirim ke Batavia pada September 1768.
6. Mas Brahim, saudara Kartanagara yang ditahan pada 1768.
7. Nurdin, putra Kartayuda, ditahan di Lumajang pada 1768, dan dikirim ke Batavia pada bulan September 1768.
8. Tirtakusuma, Putra Kartayuda. Mantan Adipati Winongan, melarikan diri ke Blambangan
setelah gagal melakukan pemberontakan pada 1713-1714, dan ditangkap di Lumajang.
Selain kedelapan nama tersebut, masih ada sejumlah trah Suropati yang ditumpas pihak kolonial Belanda.
Pemimpin Baru
VOC berhasil meredam kericuhan yang terjadi di Wilayah Brang Wetan (Java Oosthoek) pada akhir tahun 1770.
Selanjutnya, mereka menunjuk tumenggung baru dari Trah Kadipaten Soerabaja untuk memimpin Lumajang.