4 Fakta mahasiswa IISIP meninggal di Gunung Salak
Kematian Helmy di Gunung Salak seakan menambah deretan para pendaki yang meninggal saat mendaki gunung.
Mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) meninggal dunia saat mendaki Gunung Salak. Helmy Dwi Apriyanto (19) meninggal saat mendaki bersama teman dan seniornya.
Kematian Helmy di Gunung Salak seakan menambah deretan para pendaki yang meninggal saat mendaki gunung. Belum lama ini, juga ada pendaki Gunung Semeru yang meninggal.
Ada beberapa fakta terkait dengan kematian Helmy ini. Apa saja? Berikut yang berhasil dihimpun merdeka.com, Kamis (23/1):
-
Kenapa Gunung Salak disebut Gunung Salak? Banyak orang salah menganggap bahwa Gunung ini dinamakan Gunung Salak karena terdapat banyak perkebunan salak di sekitarnya. Namun, sebenarnya, nama "Salak" berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni "Salaka," yang memiliki arti 'Perak'.
-
Bagaimana cara menuju puncak Gunung Salak? Ada beberapa jalur yang dapat ditempuh untuk mendaki Gunung Salak. Puncak yang umumnya menjadi tujuan pendaki adalah Salak I. Alternatif jalur lainnya termasuk melalui "jalan belakang" melalui Cidahu, Sukabumi, atau dari Kawah Ratu, yang berdekatan dengan Gunung Bunder.
-
Gunung apa yang merupakan titik tertinggi di Indonesia? Carstenzs Pyramid atau yang lebih dikenal sebagai Puncak Jaya memiliki ketinggian 4.884 mdpl. Gunung satu ini berlokasi di Papua. Bisa dibilang, gunung ini merupakan gunung tertinggi di Indonesia.
-
Di mana saja tempat-tempat angker di Gunung Slamet? Gunung Slamet memiliki reputasi sebagai tempat angker dengan beberapa lokasi yang terkenal menyeramkan, termasuk Pos 2, Pos 9, dan Pasar Setan di Pelawangan.
-
Apa yang bisa ditemukan di Gunung Singgalang? Selain memiliki pemandangan alam yang indah, Gunung Singgalang termasuk dalam golongan gunung yang tidak aktif dan memiliki karakter udara lembap serta kandungan air yang banyak.
-
Bagaimana aktivitas Gunung Slamet menurut Sukedi? “Yang pasti sampai saat ini status Gunung Slamet masih normal. Mungkin kabar tersebut berasal dari pemberitaan beberapa tahun lalu saat Gunung Slamet berstatus siaga," Sukedi mengatakan, ia sering ikut membantu pengamatan terhadap aktivitas Gunung Slamet karena secara kebetulan rumahnya cukup dekat dengan Pos PGA Slamet.
Helmy adalah calon anggota klub pecinta alam IISIP
Helmy Dwi Apriyanto adalah mahasiswa IISIP yang meninggal saat mendaki Gunung Salak. Dia merupakan calon anggota Caterva, klub pecinta alam di IISIP. Helmy dan 8 temannya naik Gunung Salak untuk mengikuti pelatihan dasar naik gunung yang digelar oleh Caterva.
"Jadi bukan Ospek, tetapi semacam aplikasi pelatihan dasar. Sebelumnya kita sudah memberi materi dan diaplikasikan kemarin itu," ujar Ketua Umum Caterva Adi Prasetya Utama kepada merdeka.com, Rabu (22/1) kemarin.
Adi menuturkan, Helmy adalah ketua regu dari 9 peserta calon anggota Caterva itu. Selain 9 orang tersebut, sejumlah senior yang jadi panitia juga ikut mendaki.
"Kita mulai mendaki 15 Januari lalu, jumlah semuanya 20-an lebih. Kebetulan Helmy memang ketua regu peserta," terang Adi.
Meninggal karena cuaca buruk
Selama mendaki, cuaca di gunung yang dikenal angker itu memang sedang tidak bersahabat. Hujan deras dan angin kencang menghadang rombongan dan membuat kondisi kesehatan Helmy drop.
"Karena acara sudah mau selesai lalu kita turun di pos empat. Saat itu Minggu malam Senin, tetapi saat itu Helmy sudah meninggal. Lalu ada tim yang ke bawah minta bantuan dan banyak juga yang masih di atas di pos empat untuk menjaga Helmy," kata Ketua Umum Caterva Adi Prasetya Utama kepada merdeka.com, Rabu (22/1) kemarin.
Setelah tim penyelamat datang jenazah Helmy lalu dibawa ke RS PMI Bogor. Selain Helmy, beberapa peserta lainnya juga mendapat perawatan di RS PMI.
"Sebagian ada yang dirawat termasuk Deviyana, tetapi kondisi saat ini saya belum dapat informasi berapa yang masih dirawat. Teman-teman juga ada yang nungguin di PMI," terangnya.
Tak ada kekerasan
Helmy Dwi Apriyanto (19) Mahasiswa Institute Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) meninggal saat mendaki bersama teman dan seniornya di Gunung Salak. Beredar rumor, Helmy meninggal karena kekerasan yang dilakukan seniornya.
Hal ini dikarenakan Helmy mendaki Gunung Salak dalam rangka untuk mengikuti pendidikan dasar komunitas mahasiswa pecinta alam IISIP, Caterva. Helmy mendaki Gunung Salak bersama 8 teman dan didampingi senior Caterva.
Namun pihak Caterva langsung membantah rumor tersebut. Menurut Ketua Umum Caterva, Adi Prasetya Utama, juniornya itu tewas lantaran kondisi cuaca buruk di Gunung Salak.
"Tidak ada kekerasan kepada peserta. Gimana mau kekerasan kita sendiri juga dibuat susah dengan kondisi cuaca di sana," ujar Ketua Umum Caterva Adi Prasetya Utama kepada merdeka.com, Rabu (22/1).
Helmy meninggal lantaran cuaca buruk yang terjadi di Gunung Salak saat mereka melakukan pendakian.
Meninggal saat mengikuti pendidikan dasar
Menurut Ketua Umum Caterva Adi Prasetya Utama, latihan pendidikan dasar tersebut dimulai sejak 15 Januari lalu. Para peserta dan panitia memang tidak sampai puncak, karena ada berbagai acara yang harus diikuti oleh para peserta.
"Ini juga bukan Ospek, ini semacam pengaplikasian materi yang sebelumnya sudah diberikan kepada para peserta. Kebetulan, Helmy adalah ketua regu. Jadi mungkin dia kecapean. Yang jelas tidak benar ada kekerasan," bantah Adi.
Selain Helmy, beberapa peserta lainnya sempat dirawat di RS PMI Bogor setelah dievakuasi Selasa (21/1) kemarin dari Pos empat Gunung Salak. Namun Adi tidak bisa memastikan berapa mahasiswa lainnya yang masih di rawat di RS PMI Bogor.
"Salah satunya Deviyana, dia masih dirawat, yang lain saya belum tahu apakah masih dirawat apa sudah boleh pulang. tetapi sebagian memang ada yang sudah diperbolehkan pulang. Teman-teman Caterva juga tetap menunggui di RS PMI," terangnya.
Baca juga:
Caterva IISIP: Helmy meninggal bukan karena kekerasan senior
Mahasiswa IISIP tewas saat daki Gunung Salak
Jasad pria berbaju kotak-kotak ditemukan di Gunung Salak
Petugas gabungan punguti serpihan bangkai Sukhoi di Gunung Salak
Gunung Gede-Pangrango ditutup selama bulan Agustus