733.000 Hektare Hutan di Sumsel Rusak, Gubernur Deru Sebut Gara-Gara Minimnya Polhut
"Mestinya jadi perhatian pemerintah pusat, personelnya harus ditambah. Bila perlu kami diizinkan kami merekrut sendiri," ujarnya.
Sebanyak 733.000 hektare hutan di Sumatera Selatan dalam kondisi rusak. Kerusakan disinyalir lantaran tak optimalnya pengawasan karena minimnya polisi hutan (polhut).
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kehutanan Sumsel Pandji Tjahjanto mengungkapkan, banyak faktor yang menyebabkan rusaknya hutan, seperti perambahan ilegal, perkebunan, pertanian, dan lainnya. Banyak masyarakat membuka hutan untuk menanam karet, kopi, dan durian.
-
Kenapa kebakaran hutan sering terjadi di musim kemarau, terutama di Sumatera dan Kalimantan? Kebakaran hutan menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari ketika musim kemarau datang, terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Bahkan sampai menimbulkan bencana kabut asap yang bisa sampai ke negara lain.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Apa yang mendorong munculnya perkebunan rakyat di sekitar perkebunan kelapa sawit besar di Sumatra? Sehingga kehadiran perkebunan besar ini mendorong munculnya perkebunan rakyat di sekitarnya.
-
Kenapa pondok perambah hutan dibakar? Petugas Balai Taman Nasional Tesso Nillo menemukan pondok yang dibangun perambah kawasan dilindungi. Tanpa basa basi, pondok itu langsung dibakar.
-
Di mana kebakaran hutan tersebut terjadi? Ia diduga membakar area hutan milik Perhutani seluas 5 hektare, setengah dari total luas hutan tersebut, yaitu 10 hektare.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
"Padahal hutan itu bukan milik mereka atau ilegal. Dalam catatan kami ada 733.000 hektare hutan yang rusak, salah satunya karena dijadikan tanaman produktif," ungkap Pandji, Kamis (7/1).
Untuk mengatasi kerusakan hutan, pihaknya melakukan penanaman kembali sebanyak 16.000 hektare pada 2019. Kemudian, menggerakkan program perhutanan sosial sejak 2015 agar hutan kembali baik.
"Luas hutan sosial di Sumsel ada 124.000 hektare, ada 27.000 kepala keluarga yang menggantungkan hidup di sana," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru menilai kerusakan hutan salah satunya karena minimnya personel Polhut di wilayah itu. Dampaknya pengawasan tidak maksimal sehingga pelaku leluasa merusak hutan.
"Memang jumlah Polhut sangat minim, itu pun sudah memasuki masa pensiun. Padahal pengawasan secara ketat perlu dilakukan," kata dia.
Deru meminta pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada daerah untuk menambah polhut menggunakan APBD.
"Mestinya jadi perhatian pemerintah pusat, personelnya harus ditambah. Bila perlu kami diizinkan kami merekrut sendiri," ujarnya.
Deru juga meminta masyarakat yang mengelola hutan sosial, ada, dan tora untuk menjaga hutan di lingkungannya. Jangan sampai hutan ditelantarkan bahkan diperjualbelikan.
"Perlu dijaga dan dikelola. Jangan sampai jadi hutan alang-alang dan terbakar ketika musim kemarau," katanya.
Baca juga:
Polisi Sebut Kasus Kebakaran Hutan di Sumsel Berkurang 36 Persen
Data BNPB: Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun 2020 Menurun 81 Persen
Sepanjang 2020, Polri Tangkap 48 Ribu Tersangka Kasus Narkoba
Polisi Klaim Kebakaran Hutan di Jambi Turun Drastis
268 Hektare Lahan di Sumsel Terbakar Sepanjang 2020, Turun 70 Persen
Status Darurat Karhutla Riau Berakhir, BNPB Tarik Empat Helikopter