Cerita Pendiri Padepokan Bela Diri di Garut Dapat Gelar Raja Kandang Wesi
Berawal dari penghargaan atas jasanya mendirikan padepokan bela diri Syahbandar Kari Madi, Nurseno SP Utomo mendapatkan gelar raja dari forum komunikasi raja-raja dan sultan Nusantara yang diketuai Maskut Toyib. Nurseno sendiri diketahui memiliki kerajaan Kandang Wesi di Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Garut.
Berawal dari penghargaan atas jasanya mendirikan padepokan bela diri Syahbandar Kari Madi, Nurseno SP Utomo mendapatkan gelar raja dari forum komunikasi raja-raja dan sultan Nusantara yang diketuai Maskut Toyib. Namun kini, seiring munculnya kerajaan-kerajaan di sejumlah wilayah, ia pun menjadi salah satu sosok dari Garut yang disorot.
Nurseno sendiri diketahui memiliki kerajaan Kandang Wesi di Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut. Saat ditemui di salah satu kafe di Garut, Nurseno mengaku enggan disamakan dengan raja palsu di Keraton Agung Sejagat. Selain itu, ia juga mengaku tidak mematok iuran kepada mereka yang ingin menjadi pengikutnya.
-
Kapan Kerajaan Nagur mengalami puncak kejayaannya? Sampai dengan masa akhir kejayaannya di abad ke-5 sampai 6, kerajaan Nagur sudah dipimpin oleh empat raja yakni Darayad Damanik, Marah Silau, Soru Tilu dan Timo Raya.
-
Apa saja tempat wisata alam yang ditawarkan di Garut? Garut menawarkan berbagai macam wisata alam, seperti wisata gunung, wisata pantai, wisata air terjun, wisata kebun teh, wisata hutan, dan wisata air panas.
-
Dimana lokasi retakan tanah yang membentang di Garut? Retakan tampak membentang sejauh 480 meter dengan kedalaman mencapai 12 meter. Sudah dua bulan terakhir masyarakat di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut hidup dalam ketidaktenangan.
-
Kapan gempa bumi di Garut terjadi? Gempa bumi melanda sisi selatan Jawa Barat pada Sabtu (28/4) pukul 23:29 WIB.
-
Kapan Kerajaan Pajajaran runtuh? Sejak itu, Kerajaan Pajajaran jadi mudah diserang hingga akhirnya runtuh pada 1579.
-
Bagaimana Kerajaan Macan Putih di Gunung Raung terbentuk? Selanjutnya ialah mitos tentang Kerajaan Macan Putih yang diperkirakan telah berdiri sejak tahun 1638 dan dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana dan berwibawa bernama Pangeran Tawangulun, yang merupakan keturunan langsung dari raja-raja Majapahit pada masa lalu.
Ia menyebut bahwa isu raja-raja yang bermunculan saat ini hanyalah hal yang biasa saja. "Ini hanya euforia dari apa yang terjadi tentang banyaknya orang yang mengklaim kerajaan-kerajaan," ujar Nurseno, Jumat (24/1).
Dapat Gelar Raja Tahun 2014
Nurseno menjelaskan, bahwa ia mendapatkan gelar raja di tahun 2014 dari forum komunikasi raja-raja dan sultan Nusantara yang diketuai oleh Maskut Toyib yang merupakan Kepala Budaya TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Gelar raja yang disematkan sendiri adalah Raja Kandang Wesi.
"Saya diberi gelar raja sebagai penghargaan atas jasa saya mendirikan padepokan bela diri Syahbandar Kari Madi yang berdiri sejak tahun 1998. Gelar raja ini hanya gelar saja, tapi saya tidak pernah mendirikan sebuah kerajaan," katanya.
Ia menjelaskan bahwa secara kajian sejarah, Kandang Wesi memang terdapat kerajaannya, namun Nurseno mengaku hanya sebagai pemangku adat untuk menjaga budayanya.
Nurseno sendiri mengaku tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai raja, termasuk para murid di padepokan bela dirinya juga tidak pernah disebut sebagai pengikut kerajaan yang menggunakan kostum khusus.
Meski demikian, Nurseno mengaku dirinya memiliki kostum khusus namun tidak untuk muridnya di padepokan. "Pangkat-pangkatan juga tidak ada. Semuanya itu hanya untuk menjaga budaya saja, tidak lebih," akunya.
Tak Pernah Ajarkan Aliran Sesat
Selain itu, Nurseno mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mengajarkan aliran sesat kepada para muridnya di padepokan bela diri miliknya. Ia menyebut tidak pernah melarang muridnya untuk salat, apalagi sampai mengajak untuk menyimpang dari ajaran agama.
"Kalau saya mengajak warga disana untuk shalat menghadap ke arah timur itu sesat, silahkan saja tanya langsung kepada warga di Tegalgede (Pakenjeng, Garut). Yang ada malah saya sering ikut membantu warga untuk pembangunan mesjid," ucapnya.
Nurseno sendiri mengaku bahwa ia merupakan warga Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut sejak lahir. Ia pun tidak menampik bahwa dirinya sempat diisukan sebagai aliran sesat, namun Nurseno tidak merasa terganggu dan mengaku menanggapi hal tersebut dengan biasa saja.
Ia menyebut bahwa pemerintah dan aparat setempat juga sudah mengetahui aktivitas di kerajaannya. Namun Nurseno secara pribadi lebih sering menyebut tempatnya sebagai padepokan, bukan kerajaan.
"Karena kan lebih banyak yang belajar bela diri. Orang Koramil juga sudha menghubungi saya secara langsung. Dan sejak Kerajaan Kandang Wesi berdiri saya tidak pernah meminta murid-murid saya untuk menolak NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), namun malah mengajak agar menjaga adat budaya bangsa demi keutuhan NKRI," sebutnya.
Nurseno sendiri mengaku cukup menyesalkan dengan isu yang berkembang di tengah masyarakat yang menyebut dirinya mengajarkan aliran sesat hingga memungut iuran kepada mereka yang ingin menjadi pengikutnya.
"Saya tak punya anggota kerajaan. Tak pernah memungut iuran. Bisa dibuktikan itu semua. Kerajaan ini juga tidak ada urusan dengan agama, walau saya orang beragama. Sudah jelas berbeda dengan Keraton Agung Sejagat yang memang menipu," ujarnya.
(mdk/gil)