Cerita tumpukan batu misterius di sungai Cibojong yang akhirnya dibongkar
Tumpukan batu di aliran sungai Cibojong yang membuat heboh warga Sukabumi dan sempat viral di sosial media akhirnya dibongkar. Agar tidak menimbulkan keresahan, Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Cidahu, Kabupaten Sukabumi, memutuskan untuk membongkar tumpukan batu tersebut.
Munculnya tumpukan batu misterius di aliran sungai Cibojong sempat membuat heboh warga Sukabumi, tepatnya Desa Jayabakti. Sempat dihubungkan dengan hal berbau mistis, akhirnya tumpukan batu tersebut dibongkar Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Dilansir Liputan6.com, puluhan tumpukan batu misterius tersebut ditemukan warga pada Kamis, 1 Februari 2018. Tumpukan batu tertata rapi baik di tengah aliran, maupun pinggiran sungai.
-
Kapan Adipati Lumajang meninggal? Adipati Lumajang, (Putra/Cucu Suropati), meninggal dilereng selatan Gunung Semeru pada tahun 1767.
-
Kapan Luweng Wareng terbentuk? Gua ini terbentuk ribuan tahun lalu akibat proses geologi amblasnya tanah dan vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi.
-
Siapa Sie Kong Lian? Sie Kong Lian dulunya merupakan pemilik dari rumah tersebut. Menurut catatan keluarga, Sie Kong Lian lahir pada 3 Januari 1878. Pada tahun 1908, tepatnya saat usianya 30 tahun, ia membeli rumah di Jalan Kramat 106 yang kemudian terkenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.
-
Apa yang diungkapkan oleh pantun lamaran lucu? Pantun lamaran lucu merupakan salah satu bentuk ekspresi kreatif dan menggemaskan dalam menyatakan perasaan cinta.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Kapan bandara Lolak diresmikan? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
Tak heran, temuan ini menghebohkan warga sekitar. Informasi sumir soal temuan ini menyebar cepat di media sosial dan aplikasi perpesanan. Bahkan, ada yang berani menyebut tumpukan batu ini tidak mungkin dibuat oleh manusia.
"Ini bisa menimbulkan kemusyrikan. Kalau masyarakat mempercayai adanya kekuatan lain, khawatir menyimpang dari ajaran agama," ujar Camat Cidahu, Ading Ismail, Jumat, 2 Februari 2018.
Hal ini menjadi salah satu alasan yang membuat camat bersama pejabat muspika setempat serta tokoh agama, merasa harus mengambil sikap. Puluhan tumpukan batu misterius ini pun diruntuhkan.
Kendati demikian, bukan berarti camat dan pejabat setempat mempercayai informasi mistis ini. Tumpukan batu serupa sudah banyak dibuat di daerah lain. Tentunya dibuat oleh manusia.
Ading mengungkapkan alasan lain yang membuat pihaknya berinisiatif membongkar tumpukan batu misterius itu. Temuan tersebut sudah terlalu menghebohkan. Banyak warga yang datang, khawatir terjadi musibah.
"Ini kan sedang musim hujan. Kami khawatir debit air Sungai Cibojong tiba-tiba besar hingga ada yang menjadi korban," kata Ading.
Penyusun Tumpukan Batu Masih Misterius
Kendati buatan manusia, belum ada yang bisa memastikan siapa orang yang membuat puluhan tumpukan batu itu. Sekalipun, informasi soal pengakuan pembuat susunan batu sudah beredar di media sosial.
"Kami belum mengetahui siapa yang membuatnya," ujar Sekretaris Desa Jayabakti, Agus Muzamil dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
Informasi yang dihimpun dari warga sekitar pun simpang siur. Ada yang masih saja mengaitkannya dengan hal mistis, adapula yang mengaku melihat beberapa orang menumpuk batu di malam hari.
"Ada yang melihat, katanya sudah dibuat sejak Senin, 29 Januari kemarin. Awalnya cuma empat tumpukan," katanya.
Lokasi Temuan Dikenal Angker
Agus tidak memungkiri bahwa lokasi temuan tumpukan batu dikenal angker. Dulu, lokasi tersebut dikenal dengan sebutan Pencelut.
"Itu sebutan kolot baheula (orang tua zaman dulu). Artinya tempat siluman," kata Agus.
Seiring berjalannya waktu, keangkeran di lokasi itu pun memudar. Banyak warga yang bermukim di dekat lokasi itu.
"Lokasinya dekat ke Kampung Cibojong," tutur Agus.
Aliran sungai tempat temuan batu misterius dimanfaatkan untuk irigasi sawah. Tidak hanya untuk irigasi sawah di Desa Jayabakti, namun juga untuk desa tetangga seperti Desa Pasirdotong, Pondok Kaso, dan Pondok Kaso Tengah.
"Sampai ada yang bilang lihat kera putih, itu terlalu mengada-ngada," tutur Agus.
Sumber: Liputan6
(mdk/dzm)