Mengenal Sosok Sie Kong Lian, Tokoh yang Rumahnya Digunakan untuk Kongres Sumpah Pemuda
Banyak keturunannya kini yang berprofesi sebagai dokter.
Banyak keturunannya kini yang berprofesi sebagai dokter.
Mengenal Sosok Sie Kong Lian, Tokoh Tionghoa yang Rumahnya Digunakan untuk Kongres Sumpah Pemuda
Gedung sederhana itu beratap pelana. Dindingnya bercat putih, kusen dan kesepuluh tiang kecil penyangga kanopi itu bercat hijau.
Pada tahun 1928, rumah itu menjadi tempat berkumpulnya para pemuda dari seluruh penjuru negeri untuk melahirkan Sumpah Pemuda.
Rumah seluas 460 meter persegi itu adalah milik Sie Kong Lian. Rumah itu sudah berdiri sejak tahun 1908. Lantas sebenarnya siapa sosok Sie Kong Liang sendiri?
-
Siapa saja tokoh Sumpah Pemuda? Di tangan setidaknya 13 tokoh serta para pemuda pemudi Indonesia, Sumpah Pemuda tercetus pada Kongres Pemuda II.
-
Siapa yang menggagas Sumpah Pemuda? Peristiwa yang terjadi pada 28 Oktober 1928 ini digagas oleh golongan pemuda yang ingin menyatakan janji persatuan.
-
Dimana Sumpah Pemuda diikrarkan? Kongres Sumpah Pemuda dilaksanakan dalam tiga tahap dengan arah pembahasan yang berbeda, yaitu: 1. Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond 2. Rapat Kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop 3. Rapat Ketiga, Gedung Indonesische Clubgebouw
-
Kapan Hari Sumpah Pemuda dirayakan? 28 Oktober ditandai sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Sie Kong Lian dulunya merupakan pemilik dari rumah tersebut. Menurut catatan keluarga, Sie Kong Lian lahir pada 3 Januari 1878. Pada tahun 1908, tepatnya saat usianya 30 tahun, ia membeli rumah di Jalan Kramat 106 yang kemudian terkenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.
Pada waktu itu, ia menyewakan rumah di Jalan Kramat 106 itu sebagai tempat kos-kosan para pemuda. Kos-kosan itu kemudian banyak dihuni para pemuda yang sedang bersekolah di STOVIA dan Sekolah Hukum Batavia.
Di sanalah para pemuda sering berdiskusi maupun belajar bersama. Seiring waktu, rumah itu juga difungsikan sebagai tempat berkumpul para aktivis pergerakan.
Mengutip berbagai sumber, Sie Kong Lian menyewakan rumahnya sebagai tempat kos dan rumah belajar bagi siswa STOVIA karena terinspirasi dari anaknya yang juga bersekolah di STOVIA. Bahkan kelak banyak keturunannya yang berprofesi sebagai dokter.
“Kan anaknya memang dokter. Bapak mertua saya dokter. Apa memang karena itu jadi ini yang menempati anak-anak kedokteran. Mungkin Sie Kong Lian berpikir oh ini anak-anak kedokteran sama dengan anaknya jadi dia kasih izin. Itu perkiraan saya,”
kata Leny, istri dari cucu Sie Kong Lian, mengutip YouTube Refleksi DAAI TV.
Leny mengatakan bahwa berdasarkan cerita yang ia terima dari anak keempat Sie Kong Lian, rumah yang digunakan sebagai kos-kosan itu sebenarnya tidak pernah ditinggal oleh Sie Kong Lian. Saat itu, Sie Kong Lian berprofesi sebagai pedagang kasur dan lebih sering tinggal di rumah Jalan Senen Raya No. 95.
“Kemudian engkong (Sie Kong Lian) beli rumah di Senen Raya No. 40 dan meninggal di sana,” kata Leny, mengutip YouTube Refleksi DAAI TV.
Rumah tempat tinggal Sie Kong Liang kini masih terawat dengan baik. Di tempat itulah dulu Sie Kong Lian meninggal karena penyakit stroke. Kini rumah itu dirawat oleh ahli waris yaitu cucu-cucu dari Sie Kong Liong.
“Ini keramiknya kita pertahankan, dan kalau ke Gedung Sumpah Pemuda keramiknya mirip-mirip. Saya itu masih banyak ikatan emosi, jadi saya nggak kasih izin untuk membongkar kecuali kalau yang sudah rusak, terpaksa ganti dengan yang baru,”
kata dr. Yanti Silman, cucu Sie Kong Lian.