Diduga pakai pukat harimau, 2 kapal di Pesisir Selatan dibakar warga
Dua kapal menggunakan jenis pukat harimau di Pantai Nagari Muara Kandis, Kecamatan Linggosari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat diduga dibakar warga, Senin (1/1). Warga geram melihat kapal-kapal tersebut beroperasi dan tidak tersentuh hukum.
Dua kapal menggunakan jenis pukat harimau di Pantai Nagari Muara Kandis, Kecamatan Linggosari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat diduga dibakar warga, Senin (1/1). Warga geram melihat kapal-kapal tersebut beroperasi dan tidak tersentuh hukum.
Pembakaran kapal ini diduga terjadi sekitar pukul 07.40 WIB tadi. Ratusan warga mengamuk dan menyasar dua kapal yang diduga mengoperasi pukat harimau di perairan.
-
Kapan kapal-kapal itu tenggelam? Kapal ini berasal dari pertengahan Dinasti Ming (1368-1644).
-
Kapan kapal itu tenggelam? Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar," ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
-
Kapan kapal Uluburun tenggelam? Dengan usia sekitar 3.300 tahun, Uluburun tidak hanya menjadi contoh keterampilan teknik pembangunan kapal pada zamannya, tetapi juga menyimpan rahasia jaringan perdagangan global yang mengagumkan.
-
Kenapa kapal terlihat melayang? Sering kali, ilusi Fatamorgana menghasilkan gambar yang terbalik yang menampilkan penampakan aneh saat berada di laut.
-
Apa yang ditemukan di lokasi dugaan Kapal Nabi Nuh? Sampel tanah dari puncak tertinggi di Turki mengungkap aktivitas manusia dan material laut.
-
Di mana kapal nelayan yang ditumpangi para PMI terbalik? Nah, kapal nelayan yang tenggelam ini bermutan di dalamnya seberat 29 ton terbalik pada pagi hari di perairan yang terletak sejauh 68 kilometer di selatan pulau daerah Tongyeong, Provinsi Gyeongsang Selatan," ucapnya.
Dua kapal yang dibakar biasanya beroperasi di sekitar 200 meter dari pinggiran pantai Pasir Muara Kadis. Saat warga melakukan pembakaran, awak kapal sempat melakukan perlawan. Namun kalah jumlah dari warga yang mengamuk.
"Kedua awak kapalnya sempat melakukan perlawanan dengan mempergunakan parang. Namun karena jumlah sedikit akhirnya melarikan diri saat kapal dibakar," sebut salah satu warga setempat yang enggan disebutkan namanya kepada Merdeka.com.
Dia menjelaskan, dalam peristiwa tersebut, Camat setempat yang hendak menenangkan warga dikejar karena diduga membela para pemilik kapal. Bahkan saat peristiwa itu terjadi, lokasi Pantai Muaro Kandis dipadati masyarakat.
"Kapal Pukat Harimau Mini itu sering beroperasi di sekitar lautan Muara Kandis sampai Pantai Sumedang. Karena masyarakat sudah geram hingga dua kapal tersebut dibakar masyarakat," pungkasnya.
Merdeka.com berusaha menghubungi Kapolsek Linggosari Baganti, AKP Yohanes, namun hingga berita ini diturunkan belum ada balasan.
Sementara itu, kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Teluk Bayur Sumatera Barat mengaku belum menerima laporan insiden pembakaran kapal.
Kepala KSOP Teluk Bayur Sumbar, Nazarwin menyebutkan, terkait adanya insiden tersebut, pihaknya masih perlu melihat latar belakang kasusnya.
"Kita belum pastikan insidennya seperti apa. Karena kita belum dapat informasi," sebut Nazarwin kepada merdeka.com.
Terpisah, ketua kelompok masyarakat setempat, Pokmaswas Ombak Biru Jamirus menyebut, persoalan tersebut harus secepatnya diantisipasi pihak berwenang.
"Kita tidak bisa juga mencegah, karena warga sudah sangat marah. Sebab, selama ini beroperasinya kapal-kapal hamparan dasar (pukat harimau) itu sudah sangat meresahkan nelayan kecil di Muaro Kandis," pungkasnya.
Baca juga:
Cara unik nelayan India saat berburu ikan
Nelayan di Bengkulu jual mesin tempel bantuan pemerintah
Hari Ibu, perempuan di Kampung Nelayan dapat penyuluhan kanker serviks
Pergi mencari ikan di Sungai Sebaung Nunukan, Amat tak kunjung pulang
Bawa bom ikan saat melaut di Perairan Pangkajene, 3 nelayan diringkus polisi