Es di Laut Antartika Capai Titik Terendah, Para Ilmuwan Mulai Takut
Perairan dingin Antartika juga penting untuk terciptanya arus laut dalam yang mengalir ke utara membawa nutrisi dan oksigen yang penting bagi ekosistem.
Perairan dingin Antartika juga penting untuk terciptanya arus laut dalam yang mengalir ke utara membawa nutrisi dan oksigen.
Es di Laut Antartika Capai Titik Terendah, Para Ilmuwan Mulai Takut
Area es di laut sekitar Antartika mencapai titik terendah dalam sejarah pada musim dingin. Kondisi tersebut membuat para ilmuwan iklim khawatir. Mereka mengatakan, pengurangan es ini sangat dramatis sehingga bisa menandakan titik kritis utama bagi benua beku.
- Cara Memasak Telur yang Tidak Sehat, Bisa Mengurangi Kadar Gizinya
- Demi Masa Depan Lebih Baik, Bupati Trenggalek Rela Basah Kuyup Tanam Terumbu Karang di Laut
- 10 Manfaat Daun Suruhan untuk Kesehatan, Bantu Atasi Sakit Kepala hingga Gangguan Pencernaan
- Mengenal Lempah Kuning, Kuliner Olahan Hasil Laut Khas Masyarakat Bangka Belitung
Direktur Observatorium Bumi Universitas Teknologi Nanyang Singapura, Profesor Benjamin Horton mengatakan, apa yang terjadi di Antartika akan sangat memengaruhi seluruh dunia.
“Antartika mungkin berjarak 10.000 km dari Singapura, tetapi perubahan di benua ini akan memengaruhi iklim kita dan kerentanan negara kita terhadap kenaikan permukaan laut. Setiap orang harus peduli tentang apa yang terjadi di Antartika,” katanya seperti dilansir dari The Straits Times.
Dia menerangkan, Antartika memainkan peran unik dalam mengatur iklim global dan arus laut. Pemanasan lautan dan udara di sekitar kawasan Antartika berisiko mengganggu peran kunci ini, serta ekosistemnya yang rapuh.
Setiap musim dingin, kondisi beku menyebabkan pembentukan cincin es laut yang luas di sekitar Antartika. Sehingga membengkak dari beberapa juta km persegi di musim panas menjadi maksimum 18 hingga 20 juta km persegi sekitar bulan September.
Tetapi untuk tahun 2023, luas es laut jauh di bawah. Ini berdasarkan data satelit sejak akhir 1970-an.
Saat ini, luas lautan es kira-kira 2,4 juta km persegi – atau sedikit lebih besar dari ukuran gabungan Indonesia dan Malaysia – kurang dari rata-rata historis.
Itu juga lebih dari 1 juta km persegi kurang dari total tahun 2022 sebesar 15,43 juta km persegi untuk sepanjang tahun ini, menurut Sistem Arsip Data Arktik Jepang, yang mengumpulkan data kutub dari sejumlah badan ilmiah.
“Selama 44 tahun, satelit telah membantu para ilmuwan melacak berapa banyak es yang mengapung di lautan di sekitar garis pantai Antartika sepanjang 18.000 km,” jelas Horton.
Dan rekor tingkat es laut yang rendah terjadi saat dunia menderita gelombang panas yang memecahkan rekor di darat dan di lautan. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya kebakaran hutan dan banjir.
Bumi telah menetapkan serangkaian rekor panas. Pada bulan Juni 2022, menjadi yang terpanas dalam catatan. Sementara Juli 2023 menjadi bulan terpanas dalam catatan.
Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa apa yang terjadi di Antartika, dalam istilah statistik, sangat luar biasa. Mengapa semua ini penting?
“Hamparan air laut beku yang mengambang ini sangat penting bagi cara kerja dunia kita. Mereka mengatur seberapa banyak cahaya yang dipantulkan planet kita, membantu ventilasi lautan, dan menampung ekosistem penting dalam bentuk padang alga di bagian bawahnya, ”jelas Horton.
Es laut memantulkan kembali cahaya matahari dalam jumlah besar ke luar angkasa. Mekanisme tersebut menjaga bumi tetap dingin, sedangkan perairan terbuka yang lebih gelap menyerap lebih banyak panas Matahari.
Es laut juga merupakan habitat penting bagi penguin, anjing laut, dan hewan lainnya serta penting bagi makhluk yang lebih kecil seperti krill, yang memakan padang alga selama musim dingin.
Krill adalah krustasea kecil seperti udang yang merupakan sumber makanan penting bagi ikan, paus, anjing laut, penguin, dan burung laut.
Perairan dingin Antartika juga penting untuk terciptanya arus laut dalam yang mengalir ke utara membawa nutrisi dan oksigen yang penting bagi ekosistem di daerah tropis.
Para peneliti telah menemukan, pemanasan global mulai mengganggu arus ini.
Horton dan tim sains Singapura mengalami dampak pemanasan global di Antartika secara langsung ketika mereka berkunjung pada bulan Februari. Sebab kala itu, Antartika mencatat rekor luas es laut musim panas terendah.
“Kami mengalami cuaca yang ekstrem, dari hari-hari ketika suhunya sehangat London dan Samudra Selatan setenang Waduk MacRitchie hingga kondisi badai salju di mana Anda tidak dapat melihat tangan Anda di depan wajah Anda dan ombaknya sangat besar sehingga kapal penelitian kami harus melarikan diri untuk menemukan perairan yang lebih tenang,” ungkap Horton,
“Tapi hubungannya dengan iklim sudah jelas. Penurunan es laut terjadi ketika suhu permukaan laut dunia mencapai titik tertinggi sepanjang masa,” tambahnya.
Horton mengatakan meskipun es laut yang mencair tidak secara langsung menaikkan permukaan laut karena sudah mengapung di atas air. Dia menyatakan keprihatinan tentang efek lanjutan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi semua negara, termasuk Singapura yang berada di dataran rendah.
Es laut membantu melindungi rak es terapung yang luas dari gelombang yang menghantam, jelasnya.
Benteng es terbentang melintasi area laut yang luas di depan Antartika, melindungi gletser besar di belakangnya.
“Saat kami berada di Antartika, saya melihat bagaimana es laut membantu menahan efek badai pada es yang menempel di pantai,” kata Prof Horton. Perhatian utama adalah hilangnya es laut dalam waktu lama. “Peningkatan aksi gelombang dapat melemahkan lapisan es yang mengambang itu sendiri yang menstabilkan lapisan es besar dan gletser di belakangnya di daratan,” katanya.
Lebih dari 97 persen Antartika tertutup es.
“Jika semua es itu mencair, lautan dunia akan naik 60m,” kata Prof Horton.
Direktur Pusat Penelitian Antartika Universitas Victoria di Selandia Baru, Profesor Tim Naish mengungkapkan, para ilmuwan khawatir pemanasan yang sedang berlangsung akan mempercepat hilangnya es. Sehingga mendorong Antartika menuju ambang batas yang, sekali dilewati, akan menyebabkan perubahan yang tidak dapat diubah. “Pemanasan global saat ini membawa sistem Bumi melintasi ambang batas yang belum pernah dialami manusia, ke iklim di mana lapisan es Antartika dan lapisan es laut tidak lagi ada dan satu miliar orang, yang saat ini tinggal di dekat pantai, akan tenggelam oleh naiknya permukaan laut,” tulisnya untuk situs berita The Conversation pada Juni 2023.