Ini kronologi Amokrane bule pembuat onar tewas ditembak polisi
Saat dikepung polisi, Amokrane sempat melontarkan hinaan kepada aparat dan presiden.
Kapolsek Kuta Utara Komisaris Polisi, I Wayan Arta Ariawan menegaskan bahwa polisi terpaksa melumpuhkan mantan petarung Mixed Martial Arts (MMA) ini hingga tewas, lantaran pria berkebangsaan Prancis ini mengancam dan melakukan perlawanan dengan senjata tajam.
"Anggota kami sudah berikan peringatan sudah tiga kali tembakan. Namun itu tidak membuat bule tersebut menyerah, bahkan menyerang anggota kami dengan sajam," terang Kapolsek Kuta Utara Kompol Arta, Senin (2/5).
Dijelaskannya bahwa penembakan terhadap Amokrane Sabet (49), tidak terjadi di halaman Polsek Kuta Utara. Dibeberkan Arta, bahwa kejadian tersebut terjadi di dekat kediamanya di Tebu Beneng saat polisi melakukan upaya penahanan secara paksa karena meresahkan warga.
"Pengamanan itu terjadi sekitar pukul 11.30 Wita, ya tadi siang (2/5)," singkatnya.
Diurainya bahwa sebelumnya pria pelontos ini dilaporkan warga dan desa adat setempat kerap membuat onar. Selain sering makan di restoran tidak bayar dan kerap melakukan tindakan pencabulan terhadap sejumlah wanita di lokasi Berawa Kuta. Tidak hanya gadis, bahkan ibu ibu sudah berumur pun kerap digoda dan sudah sangat meresahkan.
Atas laporan itu, polisi melakukan pengamanan. Namun upaya itu selalu gagal. Hingga puncaknya pada Senin 2 Mei tadi polisi mendatangi kediaman Amukrane untuk melakukan upaya paksa.
Selain Kapolsek, hadir juga di sana Kaur Bin Plin Kompol I Gede Mustika, Kabid Penindakan Imigrasi Bandara Ngurah Rai M. Soleh, Brimob kompi II Batalion B Polda Bali dipimpin Aiptu I Made Cakra, Dalmas Polda Bali dipimpin Iptu Ishak Koko Hosio serta anggota Polsek Kuta Utara.
Sempat dilakukan negosiasi antara petugas dipimpin Kapolsek dengan translater FILLIP, namun Amokrane tetap melawan dengan membawa pisau belati menantang petugas untuk berkelahi dan minta ditembak. Tidak hanya menantang, Amukrane juga melontarkan kata-kata hinaan kepada polisi dan presiden Jokowi.
Karena melawan, polisi kemudian melepaskan tembakan peringatan sebanyak tiga kali. Tembakan peringatan ini membuat Amukrane semakin menjadi-jadi. Pria gundul tersebut malah mengejar petugas menggunakan belati. Salah satu petugas menjadi korban.
Akibat aksinya polisi langsung menembak Amukrane hingga terhempas dan mengembuskan napas terakhir. Sementara petugas yang terkena sabetan akhirnya dievakuasi menuju Rumah Sakit Bali Med.
Baca juga:
Amokrane, bule pembuat onar di Bali akhirnya tewas ditembak polisi
Ini video bule tukang bikin onar tewas ditembak polisi di Bali
Mabuk dan perkosa pacar teman, Hary tewas dalam duel maut
Video cowok aniaya pacar karena ogah diputus bikin geger Padang
Derita-derita PRT disiksa majikan, dipaksa mandi sampai disetrika
Kekerasan dalam pacaran, banyak wanita diminta berfoto bugil
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Tarian apa saja yang ditampilkan oleh Kota Denpasar? Duta kesenian dan kebudayaan Kota Denpasar menyuguhkan tiga pementasan, yakni Tari Legong Tri Sakti, Tari Baris, dan Tari Barong Ket Prabhawaning Bharuang pada malam pementasan budaya serangkaian Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Kamis (24/8).
-
Kenapa I Nengah Natyanta merantau ke Denpasar? Pria kelahiran asli Sidemen, Karangasem, Bali itu tidak pernah membayangkan dapat mendirikan bisnis yang menjelma menjadi besar saat ini. Nengah hanya seorang anak keluarga petani dan pedagang desa yang bertekad merantau ke Denpasar untuk mengubah nasib.
-
Apa yang terjadi di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Siapa Dewi Rengganis? Legenda Dewi Rengganis penjaga Gunung Argopuro Diceritakan bahwa Dewi Rengganis, putri dari Kerajaan Majapahit, diasingkan ke puncak gunung bersama enam dayangnya.