Ini Motif Anak Anggota DPR Aniaya Pacar, Pukul Kepala & Seret dengan Mobil hingga Tewas
Kejadian itu terjadi saat tersangka Gregorius digiring keluar menuju ruang tahanan.
Pelaku bernama Gregorius Ronal Tannur
Ini Motif Anak Anggota DPR Aniaya Pacar, Pukul Kepala & Seret dengan Mobil hingga Tewas
Motif penganiayaan berujung tewasnya Dini Sera Afriyanti, oleh tersangka Gregorius Ronald Tannur (GRT) terkuak. Anak dari anggota DPR Fraksi PKB itu disebut jengkel dengan korban.
Percekcokan antara Gregorius Ronald Tannur dengan Dini Sera Afriyanti berawal dari kejengkelan tersangka dengan korban. Namun, apa muara kejengkelan tersangka terhadap korban ini lah yang hingga kini masih didalami oleh penyidik.
- 2021 Jadi Orang Tua Angka, Pelaku Sempat Tak Mengaku Kerap Aniaya Bocah Yesa Hingga Akhirnya Tewas
- Mobil Rombongan Rumah Yatim Piatu Kecelakaan di Jalur Puncak, Empat Orang Meninggal
- Anggota DPRD Padang Pariaman Tabrak Lari Bocah hingga Tewas, Sempat Berdalih Mobil Dikendarai Anak
- Jejak Biadab Anak Anggota DPR RI Aniaya Pacar hingga Tewas di Surabaya, Korban Kritis Justru Dimasukkan Bagasi Mobil
"Iya dari keterangan tersangka awalnya jengkel sama korban. Itu yang jadi pemicu percekcokan,"
ujar salah satu penyidik yang enggan disebutkan namanya.
merdeka.com
Ia lantas mengisyaratkan dengan tangan jika korban disebut tersangka sebagai orang yang terkesan cerewet.
"(menunjukkan isyarat tangan membentuk mulut yang tengah berbicara) Kata dia (tersangka) begitu. Makanya mereka sering bertengkar masalah kecil," tambahnya.
Percekcokan yang berujung penganiayaan itu dibenarkan oleh Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono. Ia menyebut, motif sementara tersangka melakukan penganiayaan terhadap korban ini masih didalami lebih lanjut.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono mengaku penyidik belum dapat mempercayai sepenuhnya keterangan tersangka terkait dengan motif yang disebutnya.
"Terkait dengan motif kami masih mendalami, kami belum fiks hal (kejengkelan) itu benar. Tapi memang karena berawal dari percekcokan. (Cekcok karena apa?) Cekcok biasa,"
kata Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono, saat dikonfirmasi merdeka.com.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono menambahkan, penyidik saat ini tengah mempelajari media sosial korban untuk mendalami motif dari tersangka melakukan penganiayaan. Sebab, dari informasi yang dihimpunnya, korban sering mengeluhkan hal itu di medsosnya.
"Sesuai dengan fakta dan peristiwa yang kami himpun bahwasannya memang dari korban kami coba pelajari medsos yang dia miliki. Dia sering mengeluh seperti itu. Tapi kami perlu pendalaman terkait dengan kebenaran itu. Saat ini yang bisa kami gali adalah pelaku,"
tegas Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono.
merdeka.com
Sementara itu, pada salah satu konten tiktok milik Dini Sera Afriyanti @bebyandine, terupload sebuah video yang diberi narasi "pantes ya cowok gaada yg betah sama aku, soalnya rasa cinta aku kayak ibu ke anak kalau sudah terlalu sayang sama orang. Selalu overprotective, mau ikut campur sekecil apapun permasalahannya, selalu ceramah, selalu bawel, selalu ngomel, selalu kepo sama kegiatan nya, selalu suka direpotin, selalu suka dibebanin, selalu ngarahin ke arah yg lebih baik. Padahal cowok sukanya sama cwe yg manfaatin, yang morotin, yg suka selingkuh."
Terpisah, Kuasa Hukum korban Dimas Yemahura mengatakan, motif tersangka diyakininya tidak hanya sebatas kejengkelan saja. Namun, ia menyebut jika tersangka memiliki motif lain atas penganiayaan tersebut.
"Motifnya tidak hanya jengkel saja. Saya liat motif lain. Ya motif lainnya itu dia bukan hanya jengkel, dia punya kecenderungan suka bertindak demikian (kekerasan) pada seorang wanita. Makanya saya dukung proses (pemeriksaan) psikologis demikian, karena reaksional ya. Arti ya pada saat kita dicerewetin orang mungkin kita nampar satu dua kali tapi ini lebih lo," katanya.
Indikator bahwa tersangka suka kekerasan? Ia menyebut, hal itu terlihat dari beberapa kali curhatan korban yang menggambarkan bagaimana sifat tempramennya tersangka.
"Indikatornya sudah beberapa kali curhatan Andin (Dini) kan sifatnya tempramen sudah beberapa kali gitu lo. Berarti kan ada faktor psikologis," ungkapnya.
Sementara itu, pemandangan yang kontras terlihat saat tersangka dihadirkan dalam konferensi pers Jumat (7/10) di Polrestabes Surabaya. Kesadisan tersangka saat menganiaya tidak lagi terlihat pada gesturnya. Tersangka penganiayaan Gregorius Ronald Tannur malah terlihat menangis saat digiring keluar polisi seusai konferensi pers.
Kejadian itu terjadi saat tersangka Gregorius digiring keluar menuju ruang tahanan. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulut anak dari anggota DPR RI Fraksi PKB tersebut.
Saat keluar ruangan, ia hanya menundukkan kepala sembari berupaya menghindari sorotan kamera para awak media. Namun terlihat jelas, ekspresi wajahnya terlihat tengah menangis sesegukan tapi tanpa mengeluarkan kata.
Ia terus berupaya menghindari sorotan kamera sembari berjalan menuju mobil tahanan. Ekspresi itu tidak terlihat lagi lantaran ia keburu dimasukkan ke dalam mobil polisi.
Atas kasus ini, pihaknya pun menjerat tersangka dengan pasal 351 ayat 3 KUHP dan atau pasal 359 KUHP dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara.