Jejak Laksamana Cheng Ho di Klenteng Sam Po Kong Simongan Semarang
Laksamana Ceng Ho disebut-sebut dua kali menginjakkan kaki ke Semarang pada 1406 dan 1416.
Klenteng Sam Po Kong yang berdiri megah di kawasan Gedung Batu, Kecamatan Semarang Barat, menjadi saksi sejarah perjalanan etis Tionghoa di Kota Semarang, Jawa Tengah. Klenteng itu peninggalan sejarah perjalanan musafir dari Tionghoa beragam Islam bernama Sam Po Tao Lang dikenal pula dengan Sam Po Tay Djien. Orang lebih mengenalnya dengan sebutan laksamana Cheng Ho.
Majalah Eastern Economic Review dalam edisi Asian Millenium menceritakan, pada 1405 ribuan orang berkumpul di Pelabuhan Liujia di Sungai Yangtze. Mereka melepas keberangkatan Laksamana Cheng Ho yang hendak pergi berlayar. Tak hanya satu kapal yang dibawa, ada sekitar 300 kapal yang ukuranya lebih besar dari kapal-kapal perang Eropa.
-
Apa yang terjadi pada bocah 8 tahun di Semarang? Seorang bocah berusia 8 tahun di Semarang diduga dibakar teman sepermainannya. Dia mengalami luka bakar cukup parah di punggung hingga kaki. Kini korban hanya bisa merintih kesakitan sembari terbaring lemah di atas tempat tidurnya.
-
Apa yang ditemukan di Kota Lama Semarang? Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
-
Kapan wabah kelaparan terjadi di Semarang? Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak.
-
Kapan banjir terjadi di Semarang? Curah hujan tinggi yang mengguyur Semarang pada Rabu (13/3) hingga Kamis dini hari menyebabkan sejumlah daerah dilanda banjir dan tanah longsor.
-
Di mana banjir terjadi di Semarang? Banjir terjadi di daerah Kaligawe dan sebagian Genuk.
-
Kapan Hari Lebah Sedunia diperingati? Setiap tahun pada tanggal 20 Mei, dunia merayakan Hari Lebah Sedunia, sebuah peringatan yang mengingatkan kita semua tentang makhluk kecil yang memiliki peran besar dalam kelangsungan hidup planet kita.
Rombongan kapal itu mengangkut 28.000 orang yang terdiri dari tentara, dokter, perawat, pedagang, ahli pertanian, penulis dan lainnya. Di bawah komando Ceng Ho, mereka menuju Laut China Timur dilanjutkan ke Samudera Hindia dan singgah ke negara-negara Asia Tenggara. Termasuk mendarat di wilayah Simongan, Kota Semarang.
Sejarawan Semarang Jongkie Tio menceritakan, Nigel Pick Ford dan Michael Hatcki dalam buku bertajuk The Legacy of the Tek Sing menulis, Laksamana Cheng Ho berkunjung ke-37 negara di luar China.
Besarnya kapal Cheng Ho membuat beberapa peneliti negara Barat tercengang dan tak percaya. Kapal itu memiliki layar kain sutera sepanjang 130 meter, lebar 33 meter dengan tiang sebanyak 9 tonggak. Awalnya itu dianggap mustahil. Namun dengan penemuan benda purbakala pada abad 15, akhirnya dapat dibenarkan.
"Selain melakukan ekspedisi, mereka juga melakukan misi militer. Serta mempunyai misi dagang dan misi kebudayaan. Sehingga setiap ekspedisi membawa sekitar 30.000 orang dari berbagai macam profesi," ungkap Jongkie Tio saat ditemui merdeka.com di Kota Semarang, Jawa Tengah Jumat (4/2).
Dikutip dari pelbagai literatur, Laksamana Cheng Ho lahir dan dibesarkan di lingkungan Islam. Dia lahir di Yunnan dengan menyandang marga Ma. Cheng Ho muda terpilih menjadi Sida-Sida (pria yang dikebiri dan dipekerjakan di lingkungan Istana Kaisar). Di bawah kepemimpinan Kaisar Chu Yun Chang, Cheng Ho mendapat kepercayaan besar karena berdedikasi dan loyal pada kaisar. Dia diangkat menjadi pengawal pribadi Kaisar Chu Ti.
Kemudian dia diangkat sebagai komandan pasukan kawal di Ibu Kota Nanking. Di bawah kepemimpinan Kaisar Chu Ti. Kaisar Chu Ti kemudian digantikan Kaisar Chu Chan Chi dari Dynasti Ming ke V sekitar 1431. Laksamana Cheng Ho kembali mendapat kepercayaan berlayar ke pelbagai negara. Termasuk ke Indonesia, tepatnya mendarat di Kota Semarang.
Masyarakat Tionghoa di Kota Semarang mengenal Cheng Ho dengan sebutan Sam Po Tay Djien atau Sam Po Tao Lang.
"Sejarah tepatnya kapan Cheng Ho mendarat di Semarang juga tidak begitu jelas dalam catatan sejarah. Namun, menurut inskripsi di Tempat Ibadah Gedong Batu di Kompleks Klenteng Sam Po Kong yang tertulis dalam tiga bahasa, tercatat bahwa Laksamana Cheng Ho telah dua kali datang pada tahun 1406 dan 1416," terangnya.
Penulis buku 'Kota Semarang Dalam Kenangan' ini menuturkan, jejak Cheng Ho di Kota Semarang juga dikaitkan dengan Dampoawang. Banyak literasi mengungkap soal Dampoawang, namun menurut catatan DR Theodore G.Th.Pigeaud, Dampoawang adalah seorang saudagar Tionghoa. Di Kompleks tempat ibadah Sam Po Kong terdapat makam suci Jurumudi Dampoawang bernama Ong King Hong yang memeluk Islam.
"Jurumudi itu terpaksa ditinggal oleh Laksamana Cheng Ho pulang ke Tiongkok karena sakit. Kemudian dengan 10 anak buahnya menetap dan berasimilasi dan membaur dengan penduduk setempat," katanya.
(mdk/noe)