Mencicipi Sego Tonjok, Kuliner Unik Khas Perdesaan Semarang Bekal Buat Orang yang Bepergian
Sego Tonjok berasal dari kata bahasa Jawa, yaitu Diasto Sonjo yang artinya makanan yang dibawa untuk bekal bepergian.
Desa Wisata Lerep di Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, tak hanya menawarkan pemandangan alam yang asri dan menarik. Di sana ada sebuah kegiatan rutin yang diadakan setiap bulan, yaitu Pasar Kuliner Djajanan Ndeso “Tempo Doeloe”.
Di pasar kuliner itu, dijajakan berbagai makanan dan minuman tradisional yang sudah jarang ditemui di pasaran. Salah satu makanan khas yang dijual di pasar kuliner itu bernama Sego Tonjok.
-
Apa julukan Kota Semarang karena makanan khasnya? Kota Semarang biasanya disebut dengan Kota Lumpia karena identik dengan makanan khasnya yaitu Lumpia.
-
Dimana Sego Tempong di Boyolali dijual? Uniknya lagi, lauk sego tempong di salah satu warung makan di Boyolali itu adalah iga sapi yang pedas.
-
Kenapa Sego Tempong Mbok Wah jadi kuliner favorit? Cita rasa nikmat dan harga yang terjangkau membuat warung makan milik Puji semakin ramai.
-
Apa yang membuat Soto Podjok Kediri unik? Cita rasa soto di sini memang berbeda dari kebanyakan makanan sejenis karena tidak memakai santan sama sekali. Kuah beningnya sangat kaya dengan kaldu ayam, rasanya gurih, segar dengan rasa rempah yang nikmat saat disantap.
-
Sego Tempong Boyolali terbuat dari apa? 'Sego tempong di sini uniknya pakai iga bakar. Jadi cocok banget kalau sama orang-orang Boyolali sama Solo Raya,' kata Ria Saputri, salah satu penikmat Sego Tempong.
-
Kenapa Sego Penek unik? Sego Penek unik karena bentuknya mirip opor ayam. Namun Sego Penek memiliki perbedaan cita rasa seperti aroma bumbu yang khas dan kuah santan bertekstur kental.
Dari namanya saja, kuliner ini terdengar unik. Lantas apa yang membuat makanan ini berbeda dengan jajanan khas desa lainnya? Berikut selengkapnya.
Makanan untuk Bekal Bepergian
Mengutip situs Undip.ac.id, Sego Tonjok berasal dari kata bahasa Jawa yaitu Diasto Sonjo artinya makanan yang dibawa untuk bekal bepergian. Isinya antara lain nasi gudeg, daun pepaya, bacem tempe, serundeng sapi, ikan asin, hingga parutan kelapa dan singkong.
Uniknya walau sudah modern, sego tonjok masih dibungkus menggunakan daun jati, kemudian ditenteng dengan katokan atau anyaman blarak atau daun kelapa.
“Kuliner sego tonjok ini ciri khas dari Desa Wisata Lerep. Kalau Sego Tonjok itu biasanya diberikan kepada tamu untuk bekal,” kata Tabita Andriyanti, salah satu anggota Pokdarwis Desa Wisata Lerep, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Jumat (27/9).
Disajikan dalam Upacara Adat
Selain Sego Tonjok ada makanan tradisional lainnya yaitu Sego Iriban. Secara sekilas, Sego Iriban terlihat serupa dengan Sego Tonjok. Namun bedanya, Sego Iriban dimasak dan dimasukkan ke dalam batang bambu muda dan dibakar dengan bara api.
Baik sego tonjok maupun sego iriban merupakan kuliner khas yang disajikan dalam tradisi Iriban, yaitu tradisi membersihkan mata air yang ada di Desa Lerep.
Di pasar kuliner jajanan tradisional itu, kuliner Sego Tonjok dihargai Rp10 ribu per porsi. Namun makanan ini hanya dijual pada hari-hari tertentu bersamaan dengan digelarnya pasar jajanan itu.
Jajanan Tradisional Lain
Selain Sego Tonjok dan Sego Iriban, di pasar jajanan tradisional Desa Wisata Lerep dijual berbagai jajanan lainnya seperti dawet nganten, dawet brokohan, bubur suweg, dan masih banyak lagi.
Pasar ini biasanya digelar di tempat wisata Embung Sebligo Desa Wisata Lerep. Suasana yang sejuk dan jauh dari perkotaan sangat mendukung wisatawan dari dalam maupun mancanegara.
Di sana semua pengunjung mengharuskan menukar uangnya dengan koin bathok yang sudah disediakan panitia sebagai sarana untuk jajan. Selain itu, semua makanan tradisional yang dijual tidak mengandung bahan pengawet seperti micin apalagi bahan pewarna kimia.