Jumlah orang gangguan jiwa kebanyakan, Dinsos Sumsel bingung tempat hingga cari utang
Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan kebingungan mencari tempat penampungan bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pasalnya, jumlah orang dengan gangguan jiwa yang terjaring saat Asian Games 2018 terlalu banyak.
Dinas Sosial Provinsi Sumatera Selatan kebingungan mencari tempat penampungan bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pasalnya, jumlah orang dengan gangguan jiwa yang terjaring saat Asian Games 2018 terlalu banyak.
Kepala Dinsos Sumsel Rosyidin Hassa mengungkapkan, pihaknya memiliki tempat penampungan di dua panti. Namun kapasitasnya hanya untuk 200 orang. Sedangkan jumlah orang gangguan jiwa yang terjaring operasi pekat mencapai 250 orang.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Ragit Jalo diburu masyarakat Palembang? Biasanya, ragit jalo diburu oleh masyarakat Palembang ketika Ramadan.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Apa ciri khas dari pantun lucu Palembang? Pantun bahasa Palembang sering kali menggunakan bahasa yang khas dan unik untuk daerah tersebut, serta mengandung unsur budaya dan kearifan lokal.
-
Apa itu pindang tulang iga sapi khas Palembang? Pindang tulang iga sapi dapat menjadi menu alternatif dalam acara makan Anda bersama keluarga.
"Kami bingung panti sudah overload untuk menampung mereka, tidak ada tempat lagi," ungkap Rosyidin, Senin (24/9).
Selain tempat, pihaknya juga kesulitan dalam persoalan anggaran. Terutama biaya makan di penampungan. Dinsos Sumsel menganggarkan hanya untuk 200 orang dengan masing-masing Rp 18.000 per hari.
"Kami terpaksa mencari pinjaman karena bagaimanapun pun mereka harus kita layani dengan baik," kata dia.
Menurut dia, banyak kendala dalam menghadapi orang gangguan jiwa. Mereka mayoritas tidak mengetahui asal daerahnya. Keluarganya juga enggan menerima keberadaannya kembali ke rumah.
"Makanya kita setop dulu menjaring mereka, mau ditaruh dimana nantinya. Kita minta kabupaten dan kota berperan untuk menekan tersebarnya orang gila dan kaum terlantar," ucapnya.
Baca juga:
Bikin resah, orang gangguan jiwa kerap ganggu warga di Putussibau
Agar mereka tak terguncang lagi jiwanya
Kewalahan mengurus yang sakit jiwa
Ibu kota penderita gangguan jiwa
Rusak jiwa hidup di Jakarta