Kampung Berkelir di Tangerang, usaha warga kenalkan kebudayaan asli
Puluhan seniman lokal dan mancanegara diajak menggambar pada media tembok dan pagar di RW 01 Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Mereka berkreasi menggunakan media cat untuk menggambarkan budaya asli masyarakat Tangerang.
Puluhan seniman lokal dan mancanegara diajak menggambar pada media tembok dan pagar di RW 01 Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Mereka berkreasi menggunakan media cat untuk menggambarkan budaya asli masyarakat Tangerang.
Mengusung tema kampung berkelir, yang bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya atau ciri khas Kota Tangerang, melalui gambar tiga dimensi, mural, dan grafiti. Diharapkan bisa menjadikan kampung Babakan sebagai destinasi wisata baru di Kota Tangerang.
Terlihat puluhan warga sekitar bersama para seniman dari Nusantara hingga dunia turut terlibat dalam proses pembuatan Kampung Bekelir itu.
"Konsepnya yaitu dengan cara melukis dinding yang bertemakan kearifan lokal di Kota Tangerang," kata Communication Manager Project Kampung Bekelir, Andika Panduwinata di lingkungan RW 01 Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Minggu (30/7).
Beberapa nilai seni, budaya, dan ikon Tangerang dapat tergambar begitu indah di Kampung Bekelir tersebut. Para seniman bukan hanya sekadar melukis biasa saja, tapi juga memperkenalkan kearifan lokal yang merupakan bagian dari budaya masyarakat di Kota Tangerang.
"Sehingga kearifan lokal ini dapat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui lukisan di tembok-tembok itu," ujarnya.
Nantinya para seniman dan warga yang terlibat, akan menggambar pada 300 rumah warga dan ratusan meter pagar tembok yang ada di Kampung Babakan. Para pelukis yang hadir berasal dari Bandung, Jogja, Cilacap, Semarang, bahkan Filiphina.
-
Siapa yang pernah berkunjung ke Tangerang dan meninggalkan jejak budaya di sana? Dikisahkan bahwa rombongan yang dipimpin prajurit kepercayaan kerajaan besar Tiongkok Muslim itu mendarat di Tangerang pada 1405.Ketika itu rombongan sebanyak 30.000 pasukan datang dengan 300-an kapal besar. Laksamana Cheng Ho memiliki misi pertukaran budaya, termasuk melakukan perdagangan ke beberapa wilayah yang dijelajahinya, termasuk Tangerang.
-
Mengapa etnis Tionghoa berkembang pesat di Tangerang? Etnis Tionghoa memang berkembang pesat di Kota Tangerang, dan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia sejak abad ke-15. Saking berkembangnya etnis Tionghoa di Tangerang, tokoh kekaisaran terkenal asal negeri Tirai Bambu, Laksamana Cheng Ho pernah bertandang.
-
Siapa yang mengeluh tentang honor guru ngaji di Tangerang? Saat itu, Mahfud mendengarkan keluhan guru ngaji asal Tangerang Selatan (Tangsel) yang mengaku hanya menerima honor sebesar Rp250 ribu per bulan.
-
Apa yang dilakukan Kemensos di Kabupaten Tulungagung? Kementerian Sosial berkolaborasi memberikan pelayanan operasi katarak bagi PPKS lanjut usia (lansia) di Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, menggandeng Pemkab Tulungagung, RSUD Dr. Iskak, YPP, SCTV, Indosiar serta Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI).
-
Dimana saja tempat yang dikunjungi dalam kegiatan 'Wara-wiri Mengajar' di Tangerang? Beberapa tempat yang dikunjungi tentunya memiliki nilai sejarah yang kuat seperti Taman Makam Pahlawan Taruna, Stadion Benteng Reborn, Klenteng Boen Tek Bio, Makam Kalipasir serta kawasan Pasar Lama Tangerang.
-
Kenapa Klenteng Boen Tek Bio menjadi simbol toleransi di Tangerang? Berdiri persis di dekat Masjid Kalipasir dan Gereja Santa Maria, Klenteng Boen Tek Bio menjadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang.
Kampung Berkelir di Tangerang ©2017 Merdeka.com/Kirom
"Mereka membuat lukisan tiga dimensi dengan menggambar beberapa kesenian atau ikon yang menjadi ciri khas Tangerang. Seperti Lenggang Cisadane, Gambang Kromong, Cokek, Laksa, Masjid Al Azhom dan masih banyak lagi yang lainnya," terang Dika.
Khalayak masyarakat dapat melihat keunikan dari Kampung Bekelir ini yang lokasinya persis berada di Jalan Perintis Kemerdekaan sepanjang bantaran Sungai Cisadane. Mereka dapat memanjakan mata dengan menikmati gambar-gambar penuh warna dan memahami nilai-nilai budaya yang ada di Kota Tangerang.
"Dengan adanya Kampung Bekelir bisa mengingatkan kepada masyarakat lainnya kalau Tangerang ini tidak miskin budaya apalagi krisis identitas. Banyak beberapa kearifan lokal di Tangerang yang harus diketahui masyarakatnya dan bisa dilestarikan bahkan dipromosikan Indonesia," kata alumni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran itu.
Di tempat yang sama Lurah Babakan, Abu Sofyan menyebutkan, Kampung Bekelir ini diharapkan dapat menjadi pilot project destinasi wisata teranyar di Kota Tangerang. Wilayah tersebut dipercantik sehingga dapat menggaet para wisatawan asli Tangerang maupun dari luar Tangerang.
"Konsep ini mewujudkan model pariwisata berbasis masyarakat dan akan menjadi objek wisata baru di Kota Tangerang," ungkap Abu.
Menurut Abu dengan adanya Kampung Bekelir dapat menjadikan masyarakat Tangerang memiliki tata tertib berbudaya tinggi. Sehingga akan tumbuh ekonomi-ekonomi kreatif baru.
"Dan tentunya berguna untuk kelangsungan pertumbuhan roda perekonomian masyarakat," imbuhnya.
Devi (25) karyawan BUMN yang berdomisili di Tangerang mengaku takjub melihat keanggunan konsep yang ditawarkan Kampung Bekelir itu. Perempuan single ini menuturkan adanya Kampung Bekelir tersebut dapat menjadi alternatif bagi para wisatawan yang berkunjung di Kota Tangerang.
"Saya asal Kudus tapi kerjanya di Tangerang. Kalau main di Tangerang enggak ada gambaran spesifik yang muncul di kepala mau ke mana. Lihat Kampung Bekelir ini jadi bisa paham dan kenal budayanya," papar Devi.
Pembuatan Kampung Bekelir ini disponsori oleh perusahaan cat dan pabrik kuas ternama yang ikut membantu menyukseskan beberapa karya yang diciptakan para seniman. Bahkan Kampung Bekelir ini juga difasilitasi WiFi atau akses internet gratis serta sarana dan prasarana dengan dukungan sponsor yang akan memanjakan para pengunjung.
Baca juga:
Kisah pemuda Sudan Selatan suarakan perdamaian lewat kesenian
Kreativitas Sketsa Cilacap mengabadikan alam lepas
Gedung pusat kesenian Jabar senilai Rp 600 miliar dibangun 2018
Tarung ujung, pengingat kekejaman Belanda adu domba warga pribumi
World Dance Day di Solo, 3 orang bakal menari 24 jam nonstop
Unik, uang kertas diubah jadi karya seni bernilai tinggi