Kasus Transaksi Rp300 Miliar, Ini Penjelasan Eks Penyidik KPK AKBP Tri Suhartanto
Mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), AKBP Tri Suhartanto merespons tudingan terkait transaksi mencurigakan Rp300 miliar lewat rekening pribadinya. Dia menyatakan tidak ada persoalan dengan mantan Kasatgas Penyidikan KPK, Novel Baswedan yang menyampaikan tudingan itu.
Mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), AKBP Tri Suhartanto merespons tudingan terkait transaksi mencurigakan Rp300 miliar lewat rekening pribadinya. Dia menyatakan tidak ada persoalan dengan mantan Kasatgas Penyidikan KPK, Novel Baswedan yang menyampaikan tudingan itu.
"Saya sama Bang Novel tidak ada permasalahan sama sekali beliau orang baik dan senior yang perhatian juga jadi kalo ada permasalahan pun waktu saya di KPK saya sering menghadap beliau. Bahkan saya sama beliau berhubungan baik sampai sekarang," kata Tri saat dikonfirmasi, Senin (3/7).
-
Apa yang ditemukan oleh KPK di kantor PT Hutama Karya? Penyidik, kata Ali, mendapatkan sejumlah dokumen terkait pengadaan yang diduga berhubungan dengan korupsi PT HK. "Temuan dokumen tersebut diantaranya berisi item-item pengadaan yang didug dilakukan secara melawan hukum," kata Ali.
-
Kenapa Bukti Transaksi penting? Salah satu fungsinya beserta peran penting bukti transaksi yaitu untuk mencegah munculnya permasalahan keuangan di waktu yang akan datang.
-
Di mana Pasar Keuangan Rakyat (PKR) di Sumbawa Barat digelar? Dalam rangka Bulan Inklusi Keuangan, OJK Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama Bank Indonesia dan 14 Lembaga Jasa Keuangan menggelar Pasar Keuangan Rakyat (PKR) yang dilaksanakan pada 27-29 Oktober 2023 di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.
-
Dimana penggeledahan dilakukan oleh KPK? Kepala Bagian (Kabag) Pemberitaan KPK Ali Fikri menyebut penggeledahan kantor PT HK dilakukan di dua lokasi pada Senin 25 Maret 2024 kemarin. "Tim Penyidik, telah selesai melaksanakan penggeledahan di 2 lokasi yakni kantor pusat PT HK Persero dan dan PT HKR (anak usaha PT HK Persero)," kata Ali Fikri kepada wartawan, Rabu (27/3).
-
Di mana kotak persembahan ditemukan? Arkeolog Francisco Javier Laue Padilla dan Paola Silva Álvarez menemukan persembahan tersebut saat menyelidiki celah di dekat altar pusat Ruang Bawah Tanah Besar.
-
Bagaimana Bukti Transaksi membantu dalam mencatat keuangan? Bukti transaksi juga memberikan informasi kepada perusahaan tentang potensi keuntungan perusahaan di masa depan.
Sementara terkait dengan ihwal transaksi Rp300 miliar, kata Tri, hal itu telah disampaikan secara resmi saat dirinya diperiksa. Ia pun menyatakan uang tersebut tidak ada hubungannya dengan posisi tugasnya ketika di KPK maupun di Polri.
"Keluar masuk dan itu sudah saya sampaikan pada saat pemeriksaan di KPK. Dan memang tidak ada sedikit pun yg berhubungan dengan tugas saya di Polri ataupun tugas saya di KPK. Untuk rekening tersebut sudah ditutup," katanya
"Bahkan pada saat saya kembali ke kesatuan Polri pun saya sudah diperiksa terkait rekening oleh internal Polri. Jadi memang keterangan dari pihak KPK itu memang benar apa adanya pada saat saya diperiksa," tambah dia.
Alasan Kembali ke Polri
Atas kegaduhan soal transaksi itu, secara pribadi Tri yang kini menjabat sebagai Kapolres Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), turut meminta maaf. Dia pun menjelaskan bahwa kembalinya ke Polri tidak terkait persoalan transaksi tersebut.
"Saya sebenarnya kembali ke kesatuan karena memang sudah habis masa kerjanya, yaitu 4 tahun. Seharusnya saya kembali pada Oktober 2022. Karena ada perkara yang sedang saya tangani maka saya diminta untuk menyelesaikan beberapa perkara sampai dengan selesai," ujarnya.
Tri menjelaskan dirinya resmi kembali ke institusi Korps Bhayangkara baru pada Februari 2023. Dia beralasan ingin untuk dekat dengan keluarga. "Alasan saya tidak diperpanjang karena anak saya tinggal sendiri karena ibunya masuk pendidikan," ucapnya.
Klarifikasi KPK
Sebelumnya, KPK menegaskan tuduhan kepada mantan Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Penyidik KPK Tri Suhartanto soal miliki rekening gendut tidak benar. Kabag Pemberitaan KPK Ali Fikri memastikan hal itu setelah pihak KPK mengonfirmasi langsung kepada Tri Suhartanto.
Ali menanggapi tuduhan yang dilayangkan mantan penyidik KPK Novel Baswedan soal adanya transaksi mencurigakan Rp300 miliar. "Disampaikan bahwa itu tidak benar bila ada kaitan selama bertugas di KPK," kata Ali dalam keterangannya, Senin (3/7).
Dia menambahkan, transaksi dari rekening Tri Suhartanto hanya uang berputar di rekening pribadinya. Tri memiliki bisnis pribadi sejak tahun 2004. Lagi pula, menurut Ali, rekening itu sudah ditutup sejak 2018 atau sebelum bergabung dengan KPK.
"Transaksi itu hanya uang berputar di rekening karena ada bisnis pribadi sejak tahun 2004 dan itu jauh saat belum bergabung dengan KPK. Bahkan sejak tahun 2018 rekening dimaksud juga sudah ditutup," pungkasnya.
Pernyataan Novel
Sementara, Novel Baswedan mengungkapkan adanya transaksi mencurigakan sebesar Rp300 miliar. Si empunya transaksi itu merupakan pegawai di Kedeputian Penindakan dan Eksekusi KPK.
Mantan Kasatgas Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu mengungkap nilai transaksi mencurigakan berdasarkan hasil analisis dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang disampaikan kepada penegak hukum.
"Laporan PPATK itu terhadap seorang pegawai KPK di penindakan dan itu nilai transaksinya Rp 300 miliar, dan saya duga lebih, ada yang katakan hampir Rp 1 triliun bahkan," ujar Novel dalam kanal Youtube miliknya berjudul 'Deretan Kasus Menjerat Pimpinan KPK' dikutip Senin (3/7).
Bahkan, ia secara gamblang membuka nama si pemilik transaksi, yakni Tri Suhartono, mantan Kasatgas Penyidikan yang telah dikembalikan ke Polri per tanggal 1 Februari 2023.
"Yang bersangkutan mengundurkan diri. Kok bisa mengundurkan diri terus dibiarkan. Apakah pimpinan dan Dewan Pengawas KPK tidak ingin tahu kebenarannya? Dan bila benar, apakah ada orang lain di internal yang terlibat? Atau memang mereka sudah tahu tapi tidak ingin diketahui orang?" kata Novel.
Sayangnya, temuan PPATK tersebut mandek di tangan Ketua KPK Firli Bahuri. Ia menduga, Tri Suhartanto tidak "bermain" sendiri.
"Saya meyakini atau menduga kuat, dia ini enggak bekerja sendiri. Ada level-level struktural, bisa jadi ya. Tapi itu harus diperiksa. Ketika enggak diperiksa bagaimana bisa dipastikan, masa iya sih level penyidik berani sampai (menerima transaksi) sebesar itu?" kata Novel.